Personal Beauty Store Saya untuk belanja 23% silahkan daftarkan member mandiri
dan untuk info lebih untuk bisnis silahkan klik bit.ly/WaRindu
PGPAUD Unimed
Jumat, 07 Juni 2019
Rabu, 19 April 2017
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
I. PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Masa kanak-kanak awal
meliputi toddler dan anak prasekolah.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan
dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial
emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai
Agama.
Salah satu perkembangan
anak yang cukup menarik untuk diperhatikan adalah yang berkaitan dengan
perkembangan sosial anak yang merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan
orang lain. Perkembangan ini sangat berpengaruh terhadap cara anak
bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya, dimana terdapat anak-anak yang
mengalami kesulitan dalam pergaulan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Ahmad Susanto,
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Perkembangan sosial
anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Apabila lingkungan sosial
tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak
secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara
matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan
orang tua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan
bimbingan, teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan
norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti, cenderung menampilkan
perilaku, seperti : minder, senang
mendominasi orang lain, egois, senang menyendiri, kurang memiliki sifat
tenggang rasa, kurang mempedulikan norma dalam berperilaku.
Menurut Shochib, (2000)
mendidik anak pada
hakekatnya merupakan usaha
nyata dari pihak
orang tua untuk mengembangkan
totalitas potensi yang ada
pada diri anak masa depan
anak dikemudian hari akan
sangat tergantung dari
pengalaman yang didapatkan anak
termasuk faktor pendidikan dan
pola asuh orang
tua. Dapat kita ketahui bersama bahwa orang tua memiliki peran penting
dalam mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak untuk masa depannya.
Tetapi yang terjadi dilapangan, banyaknya orang tua yang mengabaikan
pengasuhan, karena adanya kesibukan-kesibukan yang lain, seperti kepentingan
bekerja. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Habibi, (2007) menurutnya, di
saat sekarang ini
tidak sedikit orang
tua yang mengejar kepentingan mereka sendiri dengan dalil
untuk kesejahteraan anak, sehingga terkadang
peran mereka sebagai orang tua
yaitu mendidik dan
mengasuh anak terlalaikan.
Pada usia inilah anak
mulai melihat dunia lain diluar dunia rumah bersama ayah dan ibu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perkembangan sosialisasi pada anak usia prasekolah terpenting
dipengaruhi oleh faktor keluarga yang merupakan agen sosialisasi dan lingkungan
dimana anak itu tumbuh dan berkembang. Hubungan dengan orang tua atau
pengasuhnya merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Salah
satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan
yang diterapkan oleh orang tua.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak ialah pola asuh orang tua, hal tersebut
sesuai dengan pendapat, Hurlock yang mengungkapkan setidaknya ada empat faktor
yang mempengaruhi sosialisasi pada anak, yaitu pola pengasuhan orang tua,
pengaruh teman sebaya, penerimaan diri dan lingkungan.
Menurut Baumrind,
terdapat 4 macam pola asuh orang tua, yaitu demokratis.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh otoriter ini
sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak
akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua,
maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah.
Pola asuh permisif ini
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pola Asuh Penelantar, pola asuh tipe ini pada umumnya memberikan
waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak
dignakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala
aamereka terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang
depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan
anak-anak mereka secar fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak
mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.
Setiap tipe
pola asuh mempunyai kelebihan
dan kekurangan, sehingga tidak
semua orang tua nyaman
menerapkan pola asuh
yang dianggap baik oleh
orang lain, karena setiap
orang mempunyai cara
pandang yang berbeda-beda dalam
mengasuh anaknya.
Pola asuh yang
diberikan orang tua akan menimbulkan suatu kemampuan, kemampuan tersebut dapat berguna
bagi anak dalam beradaptasi, salah satu kemampuan anak yang akan diperoleh
apabila anak menerima pola asuh yang tepat ialah kemampuan personal sosial
anak.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa pola asuh orang tua yang tepat dapat mempengaruhi kemampuan sosial anak.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Jelaskan apa yang dimaksud
dengan pola asuh!
b.
Jelaskan bagaimana dimensi
pola asuh!
c.
Jelaskan apa saja
jenis-jenis pola asuh!
d.
Jelaskan apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh!
e.
Jelaskan apa yang dimaksud
dengan sosial!
f.
Jelaskan bagaimana tahapan
perkembangan sosial anak!
g.
Jelaskan bagaimana hubungan
pola asuh terhadap kemampuan personal sosial anak!
1.3 Tujuan
a.
Agar mengetahui terkait
dengan pola asuh
b.
Agar mengetahui dimensi pola
asuh
c.
Agar mengetahui jenis-jenis pola
asuh
d.
Agar mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
e.
Agar mengetahui terkait
dengan sosial
f.
Agar mengetahui tahapan
perkembangan sosial anak
g.
Agar mengetahui hubungan
pola asuh terhadap kemampuan personal sosial anak
II. PEMBAHASAN
2.1
POLA ASUH
2.1.1
Pengertian Pola Asuh
Hetherington & Whiting (1999) menyatakan bahwa pola
asuh sebagai proses interaksi total antara orang tua dengan anak, seperti
proses pemeliharaan, pemberian makan, membersihkan, melindungi dan proses
sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar. Orang tua akan menerapkan pola asuh
yang terbaik bagi anaknya dan orang tua akan menjadi contoh bagi anaknya.
Menurut Gunarsa (2002) pola asuh orang tua merupakan pola
interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan
kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan
psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di
masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.
Menurut Wahyuning (2003) pola asuh adalah seluruh cara
perlakuan orang tua yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting
dan mendasar menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan
anak menunjuk pada pendidikan umum yang ditetapkan pengasuhan terhadap anak berupa
suatu proses interaksi orang tua (sebagai pengasuh) dan anak (sebagai yang
diasuh) yang mencakup perawatan, mendorong keberhasilan dan melindungi maupun
sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.
Menurut Baumrind ( dalam Irmawati, 2002) pola asuh orang
tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua
dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan
memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pola asuh adalah suatu proses interaksi total orang tua dan anak, yang meliputi
kegiatan seperti memelihara, memberi makan, melindungi, dan mengarahkan tingkah
laku anak selama masa perkembangan serta memberi pengaruh terhadap perkembangan
kepribadian anak dan terkait dengan kondisi psikologis bagaimana cara orang tua
mengkomunikasikan afeksi (perasaan) dan norma-norma yang berlaku di masyarakat
agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.
2.1.2
Dimensi Pola Asuh
Baumrind (dalam Sigelman, 2002) menyatakan
bahwa pola asuh terbentuk dari adanya dua dimensi pola asuh, yaitu:
a.
Acceptance/Responsiveness: menggambarkan
bagaimana orang tua berespons kepada anaknya, berkaitan dengan kehangatan dan
dukungan orang tua. Mengacu pada beberapa aspek, yakni;
1) Sejauh
mana orang tua mendukung dan sensitif pada kebutuhan anak-anaknya,
2) Sensitif
terhadap emosi anak,
3) Memperhatikan
kesejahteraan anak,
4) Bersedia
meluangkan waktu dan melakukan kegiatan bersama,
5) Serta
bersedia untuk memberikan kasih sayang dan pujian saat anak-anak mereka berprestasi atau memenuhi harapan mereka.
Orang tua responsif dapat menerima kondisi anak, penuh
kasih sayang dan sering tersenyum, memberi pujian, dan mendorong anak-anak
mereka. Mereka juga membiarkan anak-anak mereka tahu ketika mereka nakal atau
berbuat salah. Orang tua kurang menerima dan responsif sering kali cepat
mengkritik, merendahkan, menghukum, atau mengabaikan anak-anak mereka dan
jarang mengkomunikasikan kepada anak-anak bahwa mereka dicintai dan dihargai.
b.
Demandingness/Control; menggambarkan bagaimana
standar yang ditetapkan oleh orang tua bagi anak, berkaitan dengan kontrol
perilaku dari orang tua. Mengacu pada beberapa aspek yakni
1)
Pembatasan: orang tua membatasi
tingkah laku anak menunjukkan usaha orang tua menentukan hal-hal yang harus
dilakukan anak dan memberikan batasan terhadap hal-hal yang ingin dilakukan
anak,
2)
Tuntutan: agar anak memenuhi
aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung jawab sosial sesuasi dengan standart
yang berlaku sesuai keinginan orang tua,
3)
Sikap ketat: berkaitan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas dalam
menjaga agar anak memenuhi aturan dan tuntutan mereka. Orang tua tidak menghendaki
anak membantah atau mengajukan keberatan terhadap peraturan yang telah
ditentukan,
4) Campur tangan: tidak adanya kebebasan
bertingkah laku yang diberikan orang tua kepada anaknnya. Orang tua selalu
turut campur dalam keputusan, rencana dan relasi anak, orang tua tidak
melibatkan anak dalam membuat keputusan tersebut, orang tua beranggapan apa
yang mereka putuskan untuk anak adalah yang terbaik dan benar untuk anak.
5) Kekuasaan
sewenang-wenang: menggambarkan bahwa orang tua menerapkan kendali yang ketat,
kekuasaan terletak mutlak pada orang tua.
Mengendalikan atau menuntut
aturan yang ditetapkan orang tua, mengharapkan anak-anak mereka untuk mengikuti
mereka, dan memantau anak-anak mereka dengan ketat untuk memastikan bahwa
aturan-aturan dipatuhi. Orang tua yang kurang dalam pengendalikan atau menuntut
(sering disebut orang tua permisif) membuat tuntutan yang lebih sedikit dan
memungkinkan anak-anak mereka memiliki banyak kebebasan dalam mengeksplorasi
lingkungan, mengungkapkan pendapat mereka dan emosi, dan membuat keputusan
tentang kegiatan mereka sendiri.
2.1.3
Jenis-Jenis Pola Asuh
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang
tua, yaitu:
1. Pola
asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak,
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh
ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola asuh otoriter
sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak
akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah,
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua,
maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga
tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang
tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
anaknya.
3.
Pola asuh permisif
atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh penelantar, pola asuh tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak dignakan untuk keperluan
pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala aamereka terlalu menghemat biaya
untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori
ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secar fisik dan psikis.
Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis
pada anak-anaknya.
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Darling
(1999) mengatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:
1. Jenis kelamin anak
Jenis kelamin anak mempengaruhi
bagaimana orang tua mengambil tindakan pada anak dalam pengasuhannya. Umumnya
orang tua akan bersikap lebih ketat pada anak perempuan dan memberi kebebasan
lebih pada anak laki-laki. Namun tanggung jawab yang besar diberikan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan.
2. Kebudayaan
Latar belakang budaya menciptakan
perbedaan dalam pola asuh anak. Hal ini juga berkaitan dengan perbedaan peran
dan tuntutan pada laki-laki dan perempuan dalam suatu kebudayaan.
3. Kelas sosial ekonomi
Orang tua dari kelas sosial ekonomi
menengah ke atas cenderung lebih permissive dibanding dengan orang tua dari
kelas sosial ekonomi bawah yang cenderung authoritarian.
2.2
PERKEMBANGAN SOSIAL
2.2.1
Pengertian Perkembangan Sosial
Menurut Ahmad Susanto,
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama
Perkembangan sosial
dapat juga diartikan sebagai suatu perubahan, perubahan ini tidak bersifat
kuantitatif, melainkan kualitatif, perkembangan tidak ditekankan pada segi
material, melainkan pada segi fungsional.
Sunarto dan Hartono
(1999) menyatakan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan
antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat
sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin
dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas
dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks
perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain.
2.2.2
Tahapan Perkembangan Sosial Anak
Setiap anak mempunyai
tahapan perkembangan dalam segala aspek perkembangannya, begitu pula pada
bidang sosialnya. Perkembangan tersebut didasarkan pada tahapan usiadari
masing-masing anak Charlotte Buhler menjelaskan, tingkatan perkembangan sosial
anak menjadi 4 (empat) tingkatan sebagai berikut :
1.
Tingkatan pertama: Sejak dimulai umur 4-6
bulan, anak mulai mengadakan reaksi positif terhadap oarng lain, antara lain ia
tertawa karena mendengar suara orang lain.
2.
Tingkatan kedua: Adanya rasa bangga dan
segan yang terpancar dalam gerakan dan mimiknya, jika anak tersebut dapat
mengulangi yang lainnya. Contoh: Anak yang berebut benda atau mainan, jika
menang anak akan kegirangan dalam gerak dan mimic, tingkatan ini biasanya
terjadi pada anak usia ±2 tahun ke atas.
3.
Tingkatan ketiga: Jika anak telah lebih
dari umur ±2 tahun, mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa
antipati (rasa tidak setuju) kepada orang lain,baik yang sudah dikenalnya atau
belum.
4.
Tingkatan keempat: Pada masa akhir tahun
ke dua, anak setelah menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga, anak
timbul keinginan untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya.
5.
pada usia 4 tahun, anak makin senang
bergaul dengan anak lain terutama teman yang usianya sebaya. Ia dapat bermain
dengan anak lain berdua atau bertiga, tetapi bila lebih banyak anak lagi
biasanya mereka akan bertengkar.
6.
Kemudian, pada usia 5-6 tahun ketika
memasuki usia sekolah, anak lebih mudah diajak bermain dalam suatu kelompok. Ia
juga mulai memilih teman bermainnya,entah tetangga atau teman sebayanya yang
dilakukan di luar rumah.
2.2.3
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Faktor yang dapat
mengganggu proses sosialisasi anak, menurut Soetarno berpendapat bahwa ada dua
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor
lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Penjelasan
dari dua faktor tersebut adalah:
1.Faktor Keluarga
Keluarga merupakan
kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Fase-fase pertumbuhan
fisik dan mental tampaknya berakar dari potensi-potensi warisan. Faktor yang
terkait dengan keluarga antara lain:
a). Status sosial ekonomi keluarga.
b). Keutuhan keluarga.
c). Sikap dan kebiasaan orang tua.
2. Faktor Luar Keluarga
Pengalaman sosial awal
diluar rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan merupakan penentu yang
penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Sedangkan Elizabeth B.
Hurlock (1978) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
anak, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Pengalaman sosial awal
sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya.
Sekolah juga mempunyai pengaruh yang
sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak, karena selama masa
pertengahan dan akhir anak-anak. Anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di
sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah
tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku,
perasaan dan sikap mereka (Santrock dalam Sinolungan).
Di sekolah, guru
membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan sosial yang wajar pada
peserta didiknya. Bimbingan selain untuk belajar adalah untuk penyesuaian diri
ke dalam lingkungan atau juga penyerasian terhadap lingkungannya. Kepada siswa
diajarkan tentang disiplin dan aturan melalui keteraturan atau conformity yang
disiratkan dalam tiap pelajaran (Sinolungan, 2001).
Anak-anak yang
mendapatkan lingkungan yang menghambat perkembangan semasa bayi mempunyai
kemampuan untuk pulih kembali jika mereka dipindahkan secara dini ke suatu
lingkungan yang bervariasi, menantang, dan mengisi.
Oleh karena itu dalam
setiap fase anak yang satu dengan anak yang lain tidak sama selamanya. Perkembangan
yang dialami anak meliputi perkembangan jasmani dan rohani. Karena itu dalam
usaha pendidikan baik orang tua ataupun guru (sekolah) harus selalu menuju
kearah keseimbangan, sehingga tidak terjadi kelainan pada diri anak.
2.2.4
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Personal Sosial Anak Usia Dini
Pola asuh orang tua
merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan
perilaku sosial pada anak, dimana keluarga adalah lingkungan yang pertama kali
ditemui oleh anak. Keadaan kehidupan keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan
melalui sikap dari orang yang sangat dekat dan berarti baginya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock yang
mengungkapkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi sosialisasi pada
anak, yaitu pola pengasuhan orang tua, pengaruh teman sebaya, penerimaan diri
dan lingkungan. Oleh karena itu, pola
asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku sosial anaknya.
Menurut Suharsono,
(2009) apabila orang tua menerapkan pola asuh yang tepat maka akan mempengaruhi
kemampuan sosialisasinya, karena anak hidup dalam keluarga yang selalu
mendukungnya dalam cinta kasih dengan pola pengasuhan yang tepat dan interaksi
keluarga yang harmonis, sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang secara
optimal.
Interaksi orang tua dan anak dalam mengasuh dan
memberikan stimulasi kepada anak mempengaruhi perkembangan perilaku sosial
anak. Faktor pengasuh dari orang tua terhadap anak akan terciptanya hubungan
yang hangat sangat menentukan pertumbuhan anak, baik dalam prestasi, sosial,
pertumbuhan, psikomotorik tapi perlu diingat pola asuh tidak selamanya
berdampak positif bagi anak-anaknya. Pola asuh yang permisif terlalu memanjakan
anak juga dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang lemah dan kurang percaya diri pada kemampuan yang dimilikinya.
Begitu juga dengan pola asuh yang otoriter atau terlalu mengatur akan membentuk
pribadi anak yang cenderung tertutup dan tidak mudah untuk menerima hal-hal
baru yang ditemuinya. Meskipun dunia sekolah juga turut berperan dalam memberikan
pendidikan dalam perilaku sosial anak, keluarga tetap merupakan pilar utama dan
pertama dalam pembentukan anak dalam
perilaku sosial. Orang tua harus mengetahui tumbuh kembang anak yang normal sesuai dengan usia anak.
Kemudian pola asuh orang tua terhadap usia prasekolah,
tidak bisa hanya menggunakan salah satu model pola asuh yang ada seperti
demokratis, permisif dan otoriter karena tiga macam model pengasuhan tersebut
dapat digunakan secara bersamaan tergantung kondisi dan situasi perkembangan
anak tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan ketiga
macam model pengasuhan orang tua akan menghasilkan pengasuhan yang baik
terhadap perkembangan perilaku sosial anak khususnya pada anak prasekolah.
Sehingga semakin baik pola asuh orang tua, semakin baik pula perkembangan
sosial seorang anak khususnya pada anak prasekolah. Sehingga semakin baik pola
asuh orang tua, semakin baik pula perkembangan sosial seorang anak.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Syamsu Yusuf yang dikutip dari J. Clausen
mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan orangtua dalam rangka sosialisasi
dan perkembangan sosial yang dicapai anak, yaitu sebagai berikut :
Kegiatan Orang Tua
|
Pencapaian Perkembangan Perilaku Anak
|
1. Memberikan
makanan dan memelihara kesehatan fisik anak
2. Melatih dan
menyalurkan kebutuhan fisiologis: toilet training (melatih buang air
besar/kecil), menyapih dan memberikan makanan padat
3. Mengajar dan
melatih keterampilan berbahasa, persepsi, fisik, merawat diri dan keamanan
diri.
4. Mengenalkan
lingkungan kepada anak: keluarga, sanak keluarga, tetangga dan masyarakat
sekitar
5. Mengajarkan
tentang budaya, nilai-nilai (agama) dan mendorong anak untuk menerimanya
sebagai bagian dirinya.
6. Mengembangkan
keterampilan interpersonal, motif, perasaan, dan perilaku dalam berhubungan
dengan orang lain
7. Membimbing,
mengoreksi, dan membantu anak untuk merumuskan tujuan dan merencanakan
aktivitasnya.
|
1.
Mengembangkan sikap percaya terhadap orang lain
2.
Mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar
untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima masayarakat
3.
Belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa,
berjalan, mengatasi hambatan, berpakaian, dan makan
4.
Mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku
sosial, belajar menyesuaikan perilaku dengan tuntutan lingkungan
5.
Mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk,
merumuskan tujuan dan criteria pilihan dan berperilaku yang baik
6.
Belajar memahami perspektif (pandangan) orang lain
dan merespons harapan/pendapat mereka secara selektif
7.
Memiliki pemahaman untuk mengatur diri dan
memahami criteria untuk menilai penampilan/perilaku sendiri.
|
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang mempunyai
peranan penting dalam pembentukan pribadi dan juga perilaku sosial pada anak,
dimana keluarga adalah lingkungan yang pertama kali ditemui oleh anak. Terdapat
hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sosial pada anak prasekolah.
3.2
Saran
Diharapkan orangtua dapat
menerapkan pola asuh yang tepat, penuh kasih sayang dan perhatian bagi anak
agar anak dapat menjadi pribadi yang baik tidak tertutup dan mampu berperilaku
sosial dengan baik.
Bagi masyarakat yang memiliki anak prasekolah memberikan pola
asuh yang tepat dan memberikan semangat serta dorongan kepada putra putrinya
agar dapat meningkatkan perkembangan perilaku sosial yang baik sehingga pada
akhirnya dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
Sedangkan untuk
pendidik (guru) juga berperan dalam perkembangan perilaku sosial pada anak
prasekolah dengan cara membimbing dan mengawasi perilaku sosial anak selama
pembelajaran berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Deo, Riviro. 2013. Pengaruh pola asuh orang tua
online:http://rivirodeo.blogspot.co.id/2013/11/pengaruh-pola-asuh-orangtua.html,
diakses pada tanggal 2 April 2017
Febri,
Gangsar. 2015. Macam-macam pola asuh orang tua.
online
: http://gangsarfebri.blogspot.com/2015/01/macam-macam-pola-asuh-orang-tua.html,
diakses pada tanggal 2 April 2017
Junaidi, Wawan. 2010. Macam-macam pola asuh orang tua
online:http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02/macam-macam-pola-asuh-orang-tua.html,
diakses tanggal 2 April 2017
Nurmansyah, Fitrah. 2017.
Karakteristik perkembangan sosial
online:fitrahnurmansyah.blogspot.com/2017/02/karakterisasi-perkembangan-sosial.html,
diakses tanggal 2 April 2017
Umam, Irul. Psikologi perkembangan
online:https://irulumam112.wordpress.com/mata-kuliah/psikologi
perkembangan/, diakses tanggal 2 April 2017
Tano, Asta. 2014. Perkembangan sosial anak
astavitano.blogspot.com/2014/01/perkembangan-sosial-anak.html, diakses
tanggal 2 April 2017
Langganan:
Postingan (Atom)