Artikel
PENGARUH
PENGALAMAN LANGSUNG DALAM MENARIK MINAT
ANAK TERHADAP PEMBELAJARAN SAINS
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(
Studi kasus di TK Al – HUDA Jln Bajak I Gg. Wakaf Medan )
oleh : Juli Astri Lestari
ABSTRAK
Oleh : Juli astri
lestari,Pengaruh Pengalaman Langsung Dalam Menarik Minat Aanak Terhadap
Pembelajaran Sains (Studi kasus di TK Al – HUDA Jln Bajak I Gg. Wakaf Medan)
Akhir-akhir ini pembelajaran sains pada anak usia dini sudah mulai
diterapkan.Namun pada kenyataannya banyak guru maupun pengajar yang tidak
menerapkan system pengajaran yang sesuai dengan yang seharusnya.Maksudnya,guru
maupun pengajar tidak melibatkan para siswa dalam praktek pengajarannya.Padahal
dalam mengembangkan pembelajaran sains murid sebaiknya diminta untuk ikut serta
dalam kegiatan pembelajaran sehingga memunculkan pengalaman pada anak. Seperti
yang kita tahu,Pengalaman merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang dimiliki
oleh semua orang.Ada berbagai pengalaman yang terjadi selama jenjang kehidupan
pada setiap manusia. Rumusan Masalah:Bagaimanakah
cara menarik minat anak dalam pembelajaran sains ? Bagaimanakah pengaruh
pengalaman langsung dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran sains?Apakah
pengaruh pengalaman langsung dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran
sains? Mamfaat Observasi:Menjelaskan pengaruh
pengalaman langsung dalam menarik minat
anak terhadap pembelajaran sains.Mengidentifikasikan pengaruh langsung
dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran sains.Menjelaskan kejadian di
lapangan dengan teori yang sudah ada.Kesimpulan:Pembelajaran sains pada anak
usia dini harus menekankan pada media dan pengalaman langsung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini pembelajaran sains pada anak
usia dini sudah mulai diterapkan.Namun pada kenyataannya banyak guru maupun
pengajar yang tidak menerapkan system pengajaran yang sesuai dengan yang
seharusnya.Maksudnya,guru maupun pengajar tidak melibatkan para siswa dalam
praktek pengajarannya.Padahal dalam mengembangkan pembelajaran sains murid
sebaiknya diminta untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran sehingga
memunculkan pengalaman pada anak. Seperti yang kita tahu,Pengalaman merupakan
suatu kejadian atau peristiwa yang dimiliki oleh semua orang.Ada berbagai
pengalaman yang terjadi selama jenjang kehidupan pada setiap manusia.
Pengalaman itu bisa berupa
pengalaman yang menyenangkan,mengesankan atau bahkan menyedihkan tergantung
pada situasi dan keadaan yang dialami oleh manusia tersebut.Begitu pula dengan
kegiatan pembelajaran tentunya harus di dasarkan pada pengalaman langsung dan
melibatkan seluruh indera agar penerimaan informasi yang di berikan dapat
diterima secara lebih optimal.Untuk itu dalam menjalankan system pembelajaran
sebaiknya guru harus melibatkan semua siswa agar para siswa dapat memahami
pembelajaran secara lebih real dan kongret.
Terutama
untuk anak usia dini karena pada usia tersebut seorang anak usia dini hanya
dapat berpikir secara simbolik dan berpegang pada suatu yang bersifat real atau
nyata.Untuk lebih memudahkan anak memahami tema yang ada
disekiarnya.Sehingga,guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan proses perkembangan
yang dimiliki oleh anak.Untuk lebih lanjut maka dalam jurnal ini akan di bahas
“PENGARUH PENGALAMAN LANGSUNG DALAM MINAT ANAK TERHADAP PEMBELAJARAN SAINS”
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah cara
menarik minat anak dalam pembelajaran sains ?
2. Bagaimanakah pengaruh
pengalaman langsung dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran sains?
3. Apakah pengaruh
pengalaman langsung dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran sains?
1.3 MANFAAT OBSERVASI
a.Menjelaskan pengaruh
pengalaman langsung dalam menarik minat
anak terhadap pembelajaran sains.
b.Mengidentifikasikan
pengaruh langsung dalam menarik minat anak terhadap pembelajaran sains.
c.Menjelaskan kejadian
di lapangan dengan teori yang sudah ada.
BAB II
DATA HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
NO
|
PERNYATAAN
|
PENILAIAN
|
|
YA
|
TIDAK
|
||
1
|
Siswa aktif terlibat secara mental
|
|
u
|
2
|
Pembelajaran terkait dengan kehidupan
nyata
|
ü
|
|
3.
|
Pembelajaran mendoraong berfikir
tingkat tinggi (kritis mengambil keputusan dan kreatif)
|
ü
|
|
4.
|
Pembelajaran melayani gaya belajar
siswa yang berbeda-beda
|
ü
|
|
5.
|
Pembelajaran mendorong untuk multi
arah
|
ü
|
|
6.
|
Pembelajaran menggunakan lingkungan
sebagai media (sumber belajar)
|
ü
|
|
7.
|
Pemberian tugas bermakna atau
mengaktifkan siswa, motivasi, menantang, kontekstual dan mengembangkan
aktivitas penyelidikan
|
|
ü
|
8.
|
Pengelolaan siswa bervariasi (
klasikal, berkelompok, individu )
|
ü
|
|
9.
|
Siswa mencari pengelolaan kelompok dan
siswa mencari serta membahas informasi secara aktif
|
|
ü
|
10.
|
Bentuk pengelolaan secara klasikal
kelompok dan individu sesuai dengan tugas yang diberikan
|
|
ü
|
11.
|
Strategi pembelajaran mengagktifkan
semua siswa, menumbuhkan kreativitas bahwa berfikir, berbuat, efektif
mencapai tujuan dan menyenangkan (atau tidak membuat siswa
sters/tertekan/takut salah)
|
ü
|
|
12.
|
Variasi penggunaan media dan sumber
belajar
|
ü
|
|
13.
|
Penugasan menghasilkan karya kelompok
individu
|
|
ü
|
14.
|
Upaya mendorong siswa menghasilkan
karya kelompok
|
ü
|
|
15.
|
Ada kesepakatan tata tertib kelas yang
perlu dipatuhi
|
ü
|
|
16.
|
Penataan tempat duduk memudahkan untuk
melakukan kegiatan belajar
|
ü
|
|
17.
|
Penggunaan alat dan sumber belajar
diatur dengan baik
|
|
ü
|
18.
|
Penataan lingkungan belajar di seting
secara bervariasi di dalam kelas dan di luar kelas
|
|
ü
|
Dalam proses belajar mengajar siswa
aktif ikut berperan secara mental saat itu seorang siswa menjawab hewan yang
hidup air salah satunya adalah ikan badut guru tersebut tidak mengetahui apa
itu ikan badut dan guru tersebut meminta anak untuk menjelaskan apa itu ikan
badut,dan anak itu pun menjawab bahwa ia melihatnya dalam serial kartun finding
nemo yang ada di televisi.proses pembelajaran juga terkait dengan dengan
kehidupan nyata.karena pada saat kami observasi guru sedang menjelaskan tentang
air,dan bagaimana wujud air serta sifat air.di sana pembelajaran juga mendorong
siswa untuk berfikir kritis dalam mengambil keputusan.
Pembelajaran melayani gaya belajar
yang berbeda-beda karena guru juga melibatkan semua anak dalam pembelajaran dan
meminta pendapat anak tentang tema tersebut,serta memantau anak dalam
mengerjakan tugasnya.Pembelajaran yang multiarah dan timbal balik juga memudahkan
anak dalam memahami tema yang sedang berlangsung.Hanya saja di dalam proses
mengajar guru tidak menggunakan media yang kongkret sebagai medianya.Guru hanya
menggunakan gambar atau menggambarnya di papan tulis.
Di Tk yang kami observasi penggolaan
siswa juga bervariasi hanya saja tetap pada posisi kelompok hanya saja
penggantian teman kelompok.Strategi yang digunakan dalam pembelajaran tidak
begitu efektif karena masih banyak siswa yang kurang tertarik terhadap
pembelajaran karena guru hanya berfokus pada penjelasan dan tidak adanya media
konkgret menyebabkan murid kurang tertarik dan sibuk bermain dengan
teman-temannya.Didalam kegiatan pembelajaran memang ada peraturan yang sengaja
di buat demi keamanan dan kenyaman proses belajar mengajar.Akan tetapi masih
banyak pula peraturan yang dilanggar oleh anak-anak karena mereka cenderung
tidak ingin terikat dalam peraturan dan hanya ingin bebas bermain terutama bagi
siswa yang hiperaktif.Penggunaan alat dan media dan sumber belajar yang minim menyebabkan
sumber belajar tidak dapat diatur dengan baik.Pembelajaran juga lebih sering
dilakukan didalam kelas.Diluar kelas hanya pada saat jam istirahat dan selesai
makan siang.
2.2
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
Dari
sudut bahasa, sains atau science ,berasal
dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia
artinya pengetahuan. Dari sudut etimologis yang tepat tentang sains yaitu
bahasa Jerman, merujuk kata Wissensschaft,
yang memiliki pengertian penetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara
sistematis.
Secara
konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan oleh
para ahli. Amien (1987), mendefinisikan sains sebagai sebagai bidang ilmu
ilmiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk
hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) .
Sedangkan James Conant (Holton dan Roller:1958),
mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan
pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut. Abu Ahmadi (1991)
memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas
pengamatan,percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makro kosmos( alam semesta) dan mikrokosmos(
isi alam semesta) khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya. Sedangkan
Fisher (1975) mengartikan Sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan
dengan penuh ketelitian.
Secara
analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan mencoba membagi
sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji(1988) menyatakan bahwa secara
sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan Alam(IPA), terdiri atas phisycal science dan life science.
Termasuk physichal science adalah
ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorologi dan fisika,
sedangkan life science meliputi
biologi, zoologi, dan fisiologi. Sedangkan Ernest Hagel(Indrawati:1995)
memandang sains dari 3 aspek;pertama dari aspek tujuan, sains adalah sebagai
alat untuk menguasai ilmu alam dan untuk memberikan sumbangan kepada
kesejahteraan manusia. Kedua sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis
dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari
berbegai peristiwa. Ketiga, sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu
perangkat aturan untuk memecahkan masalah,untuk mendapatkan atau mengetahui
penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau
teori-teori dari obyek yag diamati.
Sains
ternyata dibentuk karena dua orde( tahapan dan sistem) pengalaman;orde pertama
didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala dan fakta-fakta, sering disebut
sebagai orde observasi serta orde kedua didasarkan pada pemahaman atau penafsiran
manusia mengenai alam semesta atau disebut sebagai orde konseptual (zen,1981).
Sains merupakan aktivitas menemukan hukum-hukum alam Kemeney( Harry,1983).
Substansi lainnya dari sains adalah sains dianggap sebagai cara berfikir yang
benar, penalaran logis untuk menarik kesimpulan khusus dari berbagai fenomena
yang bersifat umum(Aristoteles, Sembiring:2000). Dengan demikian dapat
ditegaskan bahwa sains itu bukan hanya pengetahuan ilmiah(scientific knowledge), tetapi juga sebagai human enterprise (media penggali keuntungan dari alam)
yang melibatkan operasional mental, keterampilan dan strategi, dan sebagainya
yang dirancang manusia untuk menemukan jagat raya dan segala isinya(Carin,1975)
yang tentunya diperuntukkan bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup
manusia di dunia ini.
Maka
dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan apabila dikaitkan dengan program
pembelajaran sains yang akan
dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu: pertama, sains sebagai
suatau proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, sains sebagai
produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Ketiga,
sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan,
maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
penget Mengingat manfaat dialog dan bentuk-bentuk interaksi siswa yang lain
serta tujuan meningkatkan kontruksi
makan secara social beberapa ahli
psikologi dan pendidik menyerahkan agar
membentuk suatu pelajar yaitu kelas dimana kita dan siswa secara konsisten
saling mebantu dalam belajar (A L. Brown &Campione, 1994; Prawat, 1992;
Roggof, Matusov, & White, 1996)
Dari
uraian diatas, akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya
berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung
nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta
dimiliki oleh setiap individu di dunia ini ; bahkan dengan begitu tingginya nilai
sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat diberikan
sejak usia anak masih dini.
Menurut
teori pembelajaran sains, pembelajaran sains pada anak usia dini di TK AL-HUDA
jalan Bajak I gg.Wakaf Medan I belum sesuai dengan hasil yang di hanya diharapkan.Karena
pembelajaran sains tidak begitu di lakukan dan hanya dominan pada penjelasan
guru serta minimnya media pembelajaran menyebabkan kurangnya ketertarikan siswa
terhadap pembelajaran sains.Karena pada dasarnya pembelajaran sains pada ank
usia dini harus menekankan pada pengalaman dan keterlibatan anak pada kegiatan
agar menarik minat anak dan anak akan lebih mudah untuk memahami dari tema atau
pembelajaran tersebut.
Untuk
itu sebagai guru atau pengajar hendaknya dapat berfikir lebih kreatif dalam
menemukan strategi pengajaran yang lebih baik untuk anak usia dini.Agar
pencapaian terhadap minat anak terhadap pembelajaran sains dapat diperoleh
secara lebih optimal.Dan anak juga akan lebih mencintai lingkungan di
sekitarnya serta mencoba menemukan sesuatu hal yang baru dari penemuan kecilnya
sehingga anak akan terbiasa dengan berfikir kritis dan mampu menghadapi
masalahnya serta mampu mengambil keputusan yang dapat dipertimbangkan dengan
berfikir logis dan terjawab oleh akal dan logika.
Dari
uraian diatas, akhirnya dapat kita pahami bahwa sains ternyata bukan hanya
berisi rumus-rumus atau teori-teori yang kering; melainkan juga mengandung
nilai-nilai manusiawi yang bersifat universal dan layak dikembangkan serta
dimiliki oleh setiap individu di dunia ini ; bahkan dengan begitu tingginya
nilai sains bagi kehidupan, menyebabkan pembekalan sains seharusnya dapat
diberikan sejak usia anak masih dini.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Jika kita renungkan
secara lebih mendalam pembelajaran sains pada anak usia dini bukanlah
pembelajaran yang sulit untuk di terapkan.mengingat ada banyak media sederhana
yang dapat kita peroleh secara mudah di sekitar kita.Karena pada dasarnya
pembelajaran sains pada anak usia dini hanya sebatas pengenalan dan tidak perlu
menjejali anak dengan teori-teori yang sesungguhnya seperti di jenjang sekolah
dasar.Guru hanya perlu terus member rangsangan dan stimulus pada anak serta
melibatkan anak dalam setiap pembelajaran sains dan media yang kongkret agar
anak memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat memunculkan minat terhadap
diri anak.
3.2 SARAN
Sebagai seorang pendidik, maka tugas
kita harus memberikan rangsangan atau
stimulus kepada anak didik agar semua peserta didik mempunyai ketertarikan dan
rasa ingin tahu yang besar untuk mempelajari sains. Karena dengan merangsang
keingintahuan dan memberikan media serta
mendorong anak untuk meneliti serta bereksplorasi dengan lingkungannya bukan
tidak mungkin kita akan menciptakan generasi saintis yang cemerlang di masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha,
Ali.2005.Pengembangan Pembelajaran Sains
Pada Anak Usia Dini. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar