Rabu, 20 April 2016

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK-ANAK USIA TIGA, EMPAT, DAN LIMA TAHUN



ARTIKEL       : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK-ANAK USIA TIGA, EMPAT, DAN LIMA  TAHUN

                        Oleh            :           Yusri E. Siahaan
                               Nim            :           1143113037

Kegiatan-kegiatan yang ditekuni oleh anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun bisa sama, tapi proses yang terjadi dalam kegiatan dan hasil-hasil kegiatan mereka bisa berbeda. Bentuk dan ukuran anak –anak usia tiga, empat dan lima tahun berbeda-beda. Mereka tumbuh dan berkembang  dalam banyak cara. Secara fisik, mereka berubah, tumbuh lebih tinggi dan sering “tampang-tampang bayi” mereka sirna. Menjelang usia tiga tahun, anak-anak beralih dari tingkat anak yang dapat berjalan. Bahasa dan perbendaharaan kata mereka bertambah dengan cepat. Anak usia tiga, empat dan lima tahun mempunyai sasa ingin tahu yang tinggi. Misalnya, anak usia tiga tahun sering sekali bertanya, misalnya “mengapa es dingin”, “mengapa burung bisa terbang”,  “mengapa pesawat bisa terbang” mereka dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan karena mereka ingin tahu. Anak usia tiga, empat dan lima tahun sangat suka tertawa, lari-lari, dan bermain.

Berikut dipaparkan perkembangan fisik, emosi, bahasa, kognitif, dan sosial yang khas pada anak usia tiga, empat dan lima tahun
.

Perkembangan Fisik

 Anak-anak usia tiga, empat dan lima tahun penuh tenaga dan tak henti-hentinya bergerak. Waktu bertumbuh, mereka mengembangkan dan memperhalus ketrampilan gerak motorik kasar dan halus. Anak-anak usia tiga tahun mengalami banyak pertumbuhan di bidang perkembangan fisik tatkala mereka mengupayakan keselarasan gerak setiap hari. Lari, lompat dan panjat menjadi semakin otomatis dan bukan merupakan tindakan yang sadar atau bertujuan. Anak usia tiga tahun masih sedikit bertatih-tatih dan sering jatuh dan bagun lagii dan mencoba lagi. Sedangkan gerak-gerak tubuh anak-anak usia empat dan lima tahun sering menjadi lebih serasi. Anak-anak usia empat dan lima tahun bisa berlari mulus dan berhenti dengan mudah. Mereka juga suka melompat dengan satu kaki dan melompat dengan dua kaki sekaligus. Mereka mulai melontar bola agak gampang dan menggunakan tangan untuk menangkap, sering meleset. Anak-anak usia ini mulai mengembangkan keseimbangan dan rasa keseimbangan mereka. Mereka menikmati naik sepeda tiga roda, mendorong dan menarik gerobak, dan lari cepat berkeliling di sekitar kereta dorong kecil.


Perkembangan Emosi


Anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti sedih, bahagia, dan sudah bisa membedakan perasaan-perasaan mereka. Dalam tahun prasekolah ini, situasi emosi anak-anak sangat bergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka beralih dari kegiatan satu ke kegiatan lain. Karena anak-anak berkembang dari tahun ke tahun ada peningkatan internalisasi dan pengaturan terhadap emosi mereka. Anak usia pra sekolah (3-5 tahun) mulai mencapai ketrampilan-ketrampilan kognitif dan bahasa yang baru, mereka belajar untuk mengatur emosi-emosi mereka dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka dan perasaan orang lain.
Gejolak perasaan anak-anak usia tiga, empat, dan limat tahun sebagian ebsar ada di permukaan, gejolak perasaan mereka sangat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dan perasaan yang terjadi pada saat itu.
Jika mereka merasakan sesuatu, mereka ungkapkan itu, jika mereka inginkan sesuatu, mereka usahakan mengambilnya. Menunda keseanngan dan mengendalikan perasaan hati sering merupakan tantangan. Keingintahuan mereka yang alami sering menimbulkan masalah. Anak-anak usia empat tahun sering lebih banyak menggunakan sarana fisik guna menyelesaikan konflik ketimbang pakai kata-kata untuk merundingkan kebuthan mereka. Mengajarkan kepada anak-anak tentang cara yang sesuai untuk mengungkapkan emosi mereka merupakan tonggak epnting dalam perkembangan mereka. Konflik yang timbul dari kebutuhan dua anak yang memperebutkan satu benda, itu wajar, anak-anak sedang belajar cara memecahkan konflik lewat cara yang bisa diterima lingkungan sosial.

Perkembangan Bahasa


Bagi anak usia para sekolah antara 3-5 tahun tibalah masa pertumbuhan dahsyat di bidang bahasa, perbendaharaan kata meluas adn struktur semantik dan sintaksis bahasa mereka menjadi semakin rumit. Perubahan dalam hal bahasa ini mewakili perkembangan kemampuan kognitif. Anak-anak menjadi pemikir yang lebih rumit dan, sejalan dengan pertumbuhan mereka, perubahan ini tercermin pada bahasa mereka. Anak-anak usia tiga tahun emiliki sekitar 900 sampai 1000 kata dan sekitar 90% dari apa yang mereka ucapkan dapat dipahami. Dengan mudah mereka bisa memproduksi kalimat tiga kata. Bahasa menjadi meksnisme utama dalam membuat kebutuhan, perasaan, dan pikiran mereka diketahui orang lain. Anak usia tiga tahun muali mengerti dan merespon banyak pertanyaan, seperti “Kau buat apa?” dan “Kenapa kaulakukan itu?”. Anak usia ini juga mulai mengajukan banyak sekali pertanyaan.
Penguasaan bahasa anak-anak semakin lama semakin berkembang, pada anak usia lima tahun berkembang terus, dan perbendaharaan kata-kata mereka meluas sampai 5.000 – 8.000 kata. Jumlah kata dalam kalimat bertambah, dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Anak-anak usia 5 tahun juga senang bicara. Mereka juga belajar kebiasaan bercakap-cakap dan agak jarang memotong percakapan, belajar antri, danmendengarkan orang lain yang sedang bicara. Bukan tidak biasa bagi anak-anak usia ini untuk belajar kata-kata sulit yang terkait denga hal-hal yang mereka minat.

Salah satu perubahan kognitif penting di tahun-tahun pra sekolah terajdi antara anak-anak usia tiga ke empat tahun adalah perkembangan pikiran simbolik. Pikiran simbolik adalah kemampuan menghadirkan secara mental atau simbolis objek, konkret, tindakan, dan peristiwa (Piaget, 1952). Tanda paling nyata dari perkembangan pikiran simbolis pada anak-anak usia empat thaun ialah perambahan yang signifikan dalam penggunakan mereka akan permainan khayalan. 
Anak-anak usia tiga tahun memiliki  daya ingat yang baik atas barang-barang di dalam pengalaman langsung mereka. Bagaimanapun, merkea belum mengembangkan strategi efektif yuntuk mengingat informasi dalam jangka waktu lebih lama. Oleh karena itu, struktur dan rutinitas penting bagi kehidupan anak usia ini. Struktur dan rutinitas ini memungkinkan mereka untuk mengantisipasi dan meramal apa yang akan mereka lakukan dan apa yang diharapkan dari mereka. Sedangkan pada anak usia empat tahun mereka mulai mengembangkan kemampuan ingatan mereka. Mereka bisa secara mendadak ingat apa yang mereka lakukan pada akhir pekan lalu, mereka mulai mengembangkan makna tentang apa yang nyata dan apa yang tidak nyata. Dan ketika anak berusia 5 tahun mereka mulai tumbuh dengan cara berfikir secara egosentris, mereka mulai sadar akan perasaan dan sudut pandang orang lain. Pada usia ini, anak-anak bisa mulai mengerti bahwa mereka bisa bahagia bila orang lain tidak bahagia dan mulai menerima bahwa orang lain tidak harus melakukan permainan tepat seperti permainan yang sedang mereka lakukan, mereka mulai mengerti kesukaan dan ketidaksukaan anak-anak lain.

Perkembangan Kognitif


                 Anak usia tiga, empat tahun dianggap pemikir pra-operasional yang artinya bahwa mereka hanya percaya pada kinerja konkret objek bukannya pada gagasan, mereka fokus hanya pada satu relasi pada suatu waktu, dan mereka sering melihat hal-hal hanya dari satu segi pandangan mereka sendiri (piaget, 1969)
                 Anak usia tiga tahun mempunyai daya ingat yang baik atas barang-barang didalam pengalaman langsung mereka, akan tetapi kekaguman mereka terhadap suatu hal atau kekaguman mereka terhadap barang-barang mereka tidak pernah hilang. Misalnya saja, jika anak memiliki satu buku bergambar. Meskipun buku-buku tersebut sudah 40 kali dibolak, balik mereka tetap merasa gembira dan tidak menunjukka rasa bosan, hal tersebut menunjukka bahwa ingatan mereka yangbelum berkembang penuh.
                 Usia empat tahun biasanya dipenuhi dengan sikap mereka yang masih egosentris, yang artinya kecenderungan lebih menyadari sudut pandang mereka sendiri dari pada sudut pandang orang lain (piaget, 1952). Sifat ini menjelaskan mengapa anak usia empat tahun sulit untuk melihat dunia ini sebagai mana orang lain melihatnya. Seperti, mereka sangat sulit memahami, megapa orang lain tidak bahagia sewaktu dia bahagia, sedih sewaktu dia sedih, lapar sewaktu dia lapar.
                 Anak usia lima tahun penuh dengan pertanyaan tentang bagaimana benda bekerja. Namun penalaran mereka masih konkrit. Misalnya sangat sulit bagi anak usia lima tahun memikirkan bahwa paus dan manusia merupakan mamalia. Begitu juga dengan memahami konsep waktu. Memahami konsep waktu merupakan suatu tantangan bagi mereka. mereka berbicara tentang hal-hal yang terjadi dimasa silam, namun kemarin dan minggu lalu merupakan waktu yang sama bagi mereka. jika anak menanyakan seberapa lama perjalanan dari sekolah kekebun binatang, maka guru dapat mengatakan waktu dia dari rumah sampai kesekolah.  Anak-anak lima tahun lebih pasti dengan apa yang nyata daripada apa yang palsu.







   Perkembangan Sosial


Walau anak-anak usia tiga, empat dan lima tahun bertumbuh, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Pada usia tiga tahun, perkembangan fisik anak-anak emungkinkan mereka untuk bergerak kian kemari secara mandiri dan mereka ingin tahu tentang lingkungan mereka dan orang-orang di dalamnya. Ketramplan kognitif berkembang dan anak-anak mampu mengetahui orang-orang yang akrab dan rang yang tidak akrab.
Anak-anak usia tiga tahun memperlihatkan minat yang semakin ebsar terahdap anak-anak lain dan orang-orang dewasa, tetapi sering lebih senang berada bersama orang dewasa atau bermain sendiri di dekat anak-anak lain. Anak-anak usia empat dan lima tahun sedang menjadi mkhluk sosial dan sering lebih suka ditemani anak-anak lain daripada ditemani orang dewasa, anak-anak mulai mengungkapkan kesukaan mereka untuk bermaind engan beberapa ank lebih dari pada dengan anak-anak lain. Bermain dan ada bersama aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak-anak usia empat dan lima tahun. Hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak-anak. Anak yang ditolak secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia. Menolong anak-anak supaya rukun satu sama lain akan memajukan sikap positif dan menanamkan rasa cinta belajar pada anak-anak.


DAFTAR PUSTAKA

Carol seefeldt, Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :PT Indeks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar