Selasa, 26 April 2016

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

oleh

Rindu Juita Nababan

REGULER B 2014
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
rindujuitananababan47@gmail.com
http://duniaanakpaudmanis.blogspot.co.id/



      Pertumbuhan dan perkembangan manusia membutuhkan waktu yang lama dan panjang, serta terdiri atas fase-fase yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Fase pertumbuhan awal, memerlukan perhatian husus didalamnya karena pada fase ini adalah masa paling kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak untuk usia dewasa nantinya.     
      
Perkembangan keterampilan-keterampilan baca tulis terjadi sebelum anak-anak masuk sekolah. Banyak kemampuan yang harus dikembangkan pada anak-anak usia dini agar mereka mengembangkan baca tulis. perkembangan bahasa merupakan aspek penting dalam perkembangan keterampilan baca tulis. Lewat baca buku, anak-anak belajar bahasa kontekstual,yang memberi sumbangan pada perkembangan kemampuan bahasa.
            Anak-anak harus meraih kemampuan lain agar bisa mengembangkan keterampilan baca tulis. Perkembangan kesadaran fonologis memberi sumbangan pada anak-anak untuk memahami bunyi-bunyi didalam kata. Selain itu, dengan memahami tulisan, mengembangkan pengetahuan tentang huruf abjad, dan belajar menulis membangun dasar baca tulis bagi anak-anak usia 3-5 tahun.            Motivasi adalah kunci bagi anak-anak untuk berhasil dalam perkembangan baca tulis. Anak-anak, yang tertarik pada baca tulis, mempunyai keinginan untuk belajar, dan merasa bahwa mereka bisa berhasil, mereka pun berhasil. Baik anak-anak ESL dan anak-anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat tempat yang layak di dalam kurikulum masa kanak-kanak dini sehingga anak bisa berhasil.
  Hasil pengamatan yang dilakukan pada usia lima tahun, anak sudah dapat menggunakan bunyi-bunyi didalam kata.misalnya anak secara refleks dapat mengatakan kata “top”. Ketika anak berbicara, anak-anak menyadari bunyi yang dihasilkan kata-kata tanpa mengetahui huruf atau label untuk suatu bunyi yang didengarnya. Namun, ketika anak berbicara, sebagian anak belum mampu mengucapkan huruf “r”. Pada pengucapan konsonan r, kata-kata yang menggunakan itu, anak-anak mempunyai varian yang berbentuk unik dalam pengucapannya. Lain halnya dengan konsonan n , jika huruf itu ada dibelakang sebuah kata, terkadang ada anak yang mengatakannya menjadi  ng (contoh, kata makan menjadi makang) namun ketika kita sebagai orang dewasa mengatakan hal yang sama seperti yang mereka katakan, mereka akan tercengang, dan tidak memberi respon atas perkataan kita itu, bahkan dia dapat tertawa akan hal itu, dengan kata lain anak itu tidak tau bahwa pengucapan bahasanya bersifat unik. Namun hal ini hanya untuk salah satu anak yang berusia lima tahun dari beberapa anak yang berusia lima tahun lainnya dalam sekolah itu, yang belum tentu sama dengan bahasa anak-anak prasekolah lain diluar sekolah tersebut.
 Sedangkan pada saat menulis, anak belum mampu membedakan huruf “m” dan “n”, huruf “d”dan “b”, huruf “w” dan huruf “ng”. Mereka mampu membedakannya ketika mereka mengucapkan huruf itu satu persatu, bahkan mereka dapat menuliskannya jika keadaan huruf itu tidak dalam sebuah kata. Namun ketika pada saat  huruf itu sudah digabung menjadi sebuah kata, anak akan cenderung tidak dapat membedakannya, bahkan mereka terkadang tidak akan menuliskannya. Contohnya, menjemur menjadi memjemur  , bunga menjadi dungamenggambar menjadi mengambar, namun pada penulisan w, terkadang anak lupa dan akan diam saja tanpa menuliskannya, karena anak itu lupa bagaimana menuliskan w, contoh pada penulisan mewarnai . anak akan diam sebelum gurunya mengingatkannya bagaimana huruf “w” atau dia melihat tulisan temannya. Hal ini sering terjadi pada saat gurunya memberi mereka tugas dikte.  Namun itu hanya terjadi pada sebagian anak yang telah kami observasi, ada juga anak yang tanggap, dan dapat menuliskannya dengan baik, namun terkadang diantara kata-katanya, terkadang huruf terakhirnya tidak dituliskan olehnya.Anak usia lima tahun sudah dapat mengerti bahwa sebuah buku itu untuk dibaca,mereka mampu mencirikan atau menjelaskan bagian belakang dan bagian depan sebuah buku, mereka juga mengerti  dan mengetahui cara membuka halaman buku yang dibacanya. Pemahaman anak tentang membaca sudah sangat rumit, ketika anak sudah tau membaca, mereka akan membaca setiap tulisan yang menarik perhatian mereka. Mereka akan berusaha membacakan kalimat itu, hal itu terlihat ketika gurunya membawa koran kedalam ruangan kelas, anak itu berame-rame dan berdesak-desakan untuk membaca koran itu, melihat kegiatan yang dilakukan anak-anak itu, gurunya menyuruh mereka membaca koran itu secara bergantian, dan ternyata mereka mampu membacanya dan terlihat kepuasan didalam diri mereka, karena mereka merasa mereka berhasil membaca tulisan yang terlihat sangat kecil itu. Meskipun masih ada hal yang sulit didalam kalimat-kalimat yang ada dikoran itu, misalnya tanggal kejadian yang ada dikoran itu, dan kata-kata yang belum pernah mereka jumpai dalam setiap kalimat yang ada didalam buku mereka yang biasanya. Namun, salah satu dari mereka masih ada yang sulit membaca isi koran itu, anak itu masih harus dibantu gurunya untuk menggabungkan huruf-huruf itu menjadi sebuah kata. Anak itu sangat sulit membaca jika dalam sebuah kata itu ada “ng”. Anak itu sulit menggabungkan huruf itu, contoh mengepung. Ketika anak itu melihat adanya “ng” dalam kata itu,dia akan diam dan tidak berusaha membacanya. Dia belum mampu membacanya tanpa bantuan dari gurunya.            Ada beberapa istilah penting pada aspek perkembangan bahasa, yaitu bahasa, bicara dan komunikasi.bahasa sesungguhnya adalah hal yang sangat sulit untuk didefenisikan. Dalam kamus besar bahasa indonesia (1989) terdapat banyak defenisi bahasa, diantaranya adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa, serta percakapab (perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik.            Secara umum, kebanyakan orang mendefenisikan bahasa sebagai rangkaian kata bermakna yang diatur dalam suatu tata bahasa. Pendapat ini didasarkan pada apa yang dilihat dari luar, bahwa seseorang dapat berbicara pada orang lain menggunakan bahasa yang memiliki arti dan aturan tertentu.            Menurut Hulit dan Howart (1997) sesungguhnya bahasa adalah ekspresi kemampuan  manusia yang bersifat innate atau bawaan. Kemampuan menggunakan bahasa bersifat instinktif (naluriah), akan tetapi kapasitasnya pada setiap orang berbeda, tergantung jenis bahasa spesifik apa yang mereka gunakan. Seorang anak yang dilahirkan ditengah-tengah orang dewasa yang berbahasa indonesia mereka akan meggunakan bahasa tersebut sehingga mereka akan berbicara dengan bahasa indonesia. Begitu pula yang terjadi bila hal tersebut dilahirkan ditengah orang dewasa yang berbahasa inggris maka ia pun akan berbahasa inggris.            Bahasa dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk, yaitu bicara, tulusan, dan gesture atau bicara. Bicara adalah ekspresi oral dari bahasa. Terkadang penggunaan istilah bahasa dan bicara ini tertukar atau disamakan arti. Pada kenyataan istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat dalam komunikasi.bicara bisa saja hadir tanpa adanya bahasa, begitupun sebaliknya. Sebagai contohorang bisu-tuli karena ia tidak dapat mendengar ekspresi oral dari bahasa meka ia tidak dapat berbicara. Walaupun demikian tidak berarti dia tidak memiliki bahasa, jika dia menerima stimulus yang tepat dan berkesempatan pendidikan yang sesuai maka dia akan dapat mengembangkan kemampuan bahasa yang sama dengan orang yang dapat mendengar dan orang yang berbicara.           Istilah aspek yang ketiga dalam aspek perkembangan bahasa adalah komunikasi. Komunikasi adalah, proses pengiriman dan penerimaan informasi, ide, perasaa, atau pesan. Bruber (1981 dalam Hulit & Howard, 1997) mengatakan fungsi komunikasi sebagai alat untuk melakukan interaksi sosial. Komunikasi ini mempunyai tingkah laku yang digunakan untuk menyapa orang lain, untuk menarik dan mempertahankan orang lain, dan untuk menjaga pertukaran perhatian antara anak dan orang dewasa.Bagi anak-anak usia tiga, empat, dan lima, tahun, tibalah masa pertumbuhan dasyat dibidang bahasa. Perbendaharaan bahasa meluas dan struktur sematik dan sintaksis bahasa mereka menjadi semakin rumit. Perubahan dalam hal bahasa ini mewakili perkembangan kemampuan kognitif. Anak-anak menjadi pemikir yang lebih rumit, dan desajalan dengan pertumbuhan mereka, perubahan ini tercermin pada bahasa mereka.anak-anak usia tiga, empat, dan  lima tahun ingin tahu tentang bahasa dan semakin percaya kepada bahasa untuk memberitahukan keinginana dan kebutuhan mereka.            Untuk dapat berbicara dengan baik dan benar, seorang anak harus menguasai empat aspek yang berbeda dari bahasa yaitu:1.      phonologi yang berarti pengetahuan tentang bunyi bahasa
2.      sematic yaitu pengetahuan tentang kata-kata dan artinya
3.      grammar yaitu peraturan yang digunakan untuk menggambarkan struktur bahasa. Yang termasuk didalamnya adalah syntax yaitu bagaimana cara mengkombinasikan kata untuk membentuk kalimat yang baik.
4.      progmatics yaitu syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi, bagaimana cara orang mempergunakan bahasa untuk melakukan komunikasi efektif yang disesuaikan dengan pendengar dan acaranya.
            Anak-anak usia tiga tahun memiliki sekitar  memiliki sekitar 900 sampai 1000 kata dan sekitar 90% dari apa yang mereka ucapkan dapat dipahami. Dengan mudah mereka dapat mengucapkan kalimat tiga kata. Bahasa menjadi mekanisme utama dalam membuat kebutuhan, perasaan, dan pikiran mereka diketahui orang lain. Anak usia tiga tahun mulai mengerti dan merespon banyak pertanyaan seperti, “kau buat apa?”, “kenapa kau melakukan itu” . anak-anak usia tiga tahun mulai menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik sesuai aturan tata bahasa.            Pada usia empat tahun, perkembangan bahasa anak –anak meledak. Perbendaharaan kata mereka sekitar 4.000 sampai 5.000 kata, dan mereka banyak berbicara dalam kalimat lima sampai enak kata.mereka menggunakan bahasa dalam menyamp[aikan pikiran, kebutuhan, dan permintaan mereka. Kadang-kada mereka berusaha mengkomunikasikan lebih daripada yang mampu dilakukan perbendaharaan kata bagi mereka dan memperluaskata-kata untuk menciptakan makna baru. Dalam menceritakan kepada gurunya dalam perjalanannya ketokobahan pangan, anak mengatakan seperti ini ; “kami pigi ke restoran beli nasi untuk makan malam. Kami memasukkan nasinya ke kereta bayi, oh maksudku ke kereta belanja.” Penggunaan pigi, anak itu menggantikan kata pergi adalah kekeliruan biasa dari peraturan yang digunakan anak usia empat tahun. Kekacauan anak itu mengatakan “kereta bayi” ganti “kereta belanja” adalah kekeliruan biasa yang terjadi pada usia empat tahun. Mereka belajar begitu banyak kata baru pada usia ini, sehingga banyak terjadi pemakaian salah kata dan salah menyebutkan benda.            Bercakap-cakap merupakan kegiatan favorit anak-anak usia empat tahun. Mereka bicara selagi mereka bermain, seringkali melukiskan apa yang sedang mereka lakukan ketika mereka sedang bermain. Mereka ingin berbagi pengalaman dengan orang dewasa tentang kegiatan mereka dari bagaimana mereka memulai kegiatan mereka dari  bangun tidur dipagi hari sampai ke bagaimana mereka menggosok gigi, samapi apa yang dimakan peliharaan mereka ketika makan. Mengambil giliran pada percakapan itu sulit, mereka ingin berbicara dan didengarkan tapi sulit mendengarkan orang lain berbicara. Pada usia ini, banyak akan yang bicara tak henti, dan para guru harus menolong anak-anak ini belajar mengatur percakapan mereka dengan memberi kesempatan kepada anak-anak lain berbicara.            Bahasa anak-anak usia lima tahun berkembang terus, dan perbendaharaan kata-kata mereka meluas sampau 5.000 ke 8.000 kata. Jumlah kata dalam kalimat bertambah, dan struktur kalimat menjadi lrbih rumit.sebagai hasil umpan balik dari orang dewasa, anak-anak usia lima tahun mulai mengurangi pemakaian perluasan peraturan atas kata kerja dan bentuk jamak, seringkali mengoreksi kekeliruan mereka sendiri. Waktu salah satu anak bercerita tentang perjalanannya ke pantai, vika berkata kepada temannya: “aku taruh kakiku maksudku kedua kakiku ke air dan terasa dingin.” Anak-anak usia lima tahun juga menggunakan kata ganti orang dengan benar. Misalnya “aku” untuk menunjukkan dirinya bukan pemakaian nama atau kata ganti orang “kamu”, yang dipakai anak-anak lain untuk menunjuk temannya.            Anak-anak usia lima tahun menjadi semakin pintar dalam kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata-kata (Nino & Snow, 1996). Kalau ditanya apa yang terjadi disekolah, mereka dapat menjawab secara rinci, mulai dari mereka dapat untuk makanan kecil sampai ke siapa yang menjatuhkan cat ke lantai. Kaarena bahasa anak-anak usia lima tahun semakin rinci, mereka sering salahmenggunakan kata-kata dengan cara melucu. Vika pernah bercerita kepada gurunya bahwa dia takut pergi kedokter bahwa dia takut kedokter karena dia dengar bahwa dia akan ditembak dengana anak panah. Dia pikir itu benar-benar sakit.            Setelah megembangkan kemanpuan bahasa anak akan belajarperkembangan baca tulis.baca tulis adalah perkembangan dari keterampilan membaca dan menulis, maupun tindakan-tindakan kreatif dan analitis dalam memproduksi dan memahami teks. (bowman, 2002; Burns, Griffin, & Snow, 1998). Perkembangan baca tulis telah dimulai sejak lama sebelum anak-anak memulai instruksi formal dalam membaca(Burns et al., 1998). Belajar baca tulis juga penting bagi keberhasilan anak-anak disekolah (bowman, Donovan,& Burns, 2001). Kesadaran fonemik (bunyi), perkembangan pengetahuan tentang huruf, dan pemahaman huruf cetak adalah tiga kemampuan penting yang perlu dicapai anak-anak agar mereka siap menerima manfaat dari instruksi membaca yang formal.            Berdasarkan hasil yang telah kami teliti, anak usia lima tahun sudah dapat membaca dengan baik, seperti membaca buku bacaan dan koran seperti yang sudah dikatakan diatas. perkembangan bahasa anak juga sudah sesuai dengan pendapat para ahli, sementara masalah baca tulis pada anak, belum sesuai dengan PERMEN (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia) No. 58 tahun 2009, Tentang Standar pendidikan anak usia dini,  bahwa tingkat pencapaian perkembangan keaksaraan pada anak usia dini (4-<5 belum="" br="" dikatakan="" disana="" karena="" masih="" pencapaiannya="" sesuai.="" tahun="" tingkat="" yaitu:="">1.      mengenal simbol-simbol.
2.      mengenal suara-suara hewan atau benda yang ada disekitarnya.
3.      membuat coretan yang bermakna.
4.      meniru huruf.
Sedangkan pada usia 5 - < 6 tahun perkembangan keaksaraannya masih sebagai berikut:1. menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.2. mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya.3. menyebutkan kelompok gambar yang memilikibunyi/huruf awal yang sama.4. memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.
5. membaca nama sendiri.6. menuliskan nama sendiri.Sementara UURI NO20 Tahun 2003 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL BAB 1 ayat 1, pasal 14, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (sejak lahir sampai enam tahun) yang dilakukan hanyalah pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Sementara yang kami teliti bukan lagi hanya sebatas pemberian rangsangan, melainkan sudah pembelajaran anak sekolah dasar. Namun, ketika gurunya ditanyakan mengapa hal itu terjadi, mereka mengatakan bahwa orang tua mereka tidak merasa puas jika anak mereka belum bisa membaca. Mereka berkata bahwa anak mereka tidak ada bedanya dengan anak yang tidak memasuki TK. Begitu juga halnya dengan kepala sekolah SD, mereka mengatakan bahwa lulusan TK mereka adalah anak-anak yang bodoh, karena belum bisa membaca dengan baik. Sehingga banyak SD yang tidak menerima lulusan dari TK mereka hal itu yang membuat mereka tidak hanya memberikan rangsangan semata kepada anak didiknya, melainkan sudah lebih dari hal yang seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar