PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Disusun : Nur Azmy G.
Reguler B/PG. PAUD 2014
Karakteristik Anak
Anak
usia dini berdasarkan defenisi NAEYC (National
Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada
pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman
Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu
swasta ataupun negeri, TK, dan SD.
Masa
usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapat penanganan
sedini mungkinPada usia ini sering disebut sebagai usia/masa yang keemasan (Golden Age). Beberapa ahli pendidikan
berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat
pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Karakteristik
anak usia dini ialah mereka sulit berfikir secara abstrak, mereka masih
berfikir secara konkrit. Anak usia dini juga memiliki karakteristik yang
disebut Egosentris, dimana ketidakmampuan anak untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain. Mereka masih cenderung merasa, memahami, dan
menginterpretasikan dunia berdasarkan diri sendiri. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak
Pertumbuhan
(growth) merupakan semua hal yang
berkaitan dengan perubahan ukuran organisme dan dapat dengan sangat mudah
diamati, seperti pertumbuhan fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran,
kuantitatif, tinggi badan, berat badan, dll. Pertumbuhan ini akan terhenti
setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dang
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi,
sebagai hasil dari proses pematangan. Seperti halnya perjalanan menjadi dewasa.
Perkembangan ini sangat bersifat kualitatif, sistematis dan berkesinambungan .
oleh karena itulah, hal ini membutuhkan waktu yang lama. Perkembangan ini
menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Sebagai
contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf
dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan
cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya
telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah
diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk
huruf.
Melalui belajar anak akan
berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan
dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru
dan menimbulkan perilaku baru.
Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat
menguasaikan kemampuan sebagai berikut.
1.
Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak
pada masa ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan
keterampilan-keterampilan fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola,
berenang, atau mengendarai sepeda.
2.
Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai
individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan
dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara
kesehatan dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta
berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya.
3.
Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut
untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya,
saling menolong dan membentuk kepribadian sosial.
4.
Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar
yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah
dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar
menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
5.
Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan
tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak
dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat
melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
7.
Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa
ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih,
merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang
tua atau orang dewasa lain.
8.
Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak
diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau
kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
Aspek Perkembangan Anak
1.
Aspek Perkembangan Kognitif
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori
Jean Piaget adalah : (1) Tahap Sensory-Motor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini
kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang
dan ruang yang dekat saja ; (2) Tahap Pre-Operational, usia 2 – 7 tahun. Masa
ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang
kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat
berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap
Concret-Operational, 7 – 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu
menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan,
melipat dan membagi ; (4) Tahap Formal-Operational, usia 11 – 15 tahun. Pada
usia ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.
2.
Aspek Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan
otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas
keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik
anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5
tahun baru terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis
gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana
kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil
resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada
setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat
turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani
mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih
percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu
obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan
orangtuanya (Santrock,1995: 225).
Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik
yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis,
menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang
normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak.
3.
Aspek Perkembangan Bahasa
Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran
membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah
banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan
pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf
menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak
mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara
”saya”, ”kamu” dan ”kita”.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan
berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi,
sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya.
Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak
pada teman sebayanya.
Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat
terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik
baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar
menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang
bermakna baginya.
Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah
terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan
seperti ”di bawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”.
Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri
dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata
yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan
kata penghubung, kata depan dan kata sandang.
Perkembangan Bahasa menurut Hart & Risley
(Morrow, 1993) ialah mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata
dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas
adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat
mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18
untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar
bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan
beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah
kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan
nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
4.
Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola
perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap
oleh Hurlock (1998:252) yaitu : kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat
akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap
tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old,
2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak :
-
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (Percaya vs Curiga), usia 0-2
tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman
yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang
kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
- Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (Mandiri vs Ragu), usia
2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh
otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota
tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak
memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan
rasa malu dan ragu-ragu.
- Tahap 3 : Initiative vs Guilt (Berinisiatif vs Bersalah), usia 4-5
tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang
tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi
lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat
menimbulkan rasa bersalah.
- Tahap 4 : industry vs inferiority (Percaya Diri vs Rasa Rendah Diri),
usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan
untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan
tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat
menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa
rendah diri.
5.
Perkembangan Moral dan Agama
Pengertian perilaku moral secara umum adalah
perilaku yang sesuai dengan standar moral dari kelompok sosial tertentu.
Perilaku moral ini dikendalikan oleh konsep moral. Konsep moral terbentuk dari
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Jika
ada perilaku moral maka diidentifikasikan perilaku tak bermoral dan amoral.
Perilaku tak bermoral merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan
sosial atau konsep moral yang diakui masyarakat. Sedangkan perilaku amoral/non
moral merupakan perilaku yang ditampilkan karena ketidakacuhan terhadap harapan
kelompok sosial dan bisa saja terjadi karena orang tersebut belum memahami
peraturan atau ketentuan moral yang ada dalam lingkungan tersebut (dilakukan
tidak sengaja dilakukan).
6.
Aspek Kreativitas Anak
"Kreativitas" merupakan salah satu
istilah yang sering digunakan meskipun merupakan istilah yang ambigu dalam
penelitian psikologi masa kini. Hal ini bahkan lebih ambigu dan sering
digunakan dengan bebas di kalangan orang awam.
Usia dini adalah usia yang paling kritis atau
paling menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat
mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan
keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif
tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki
serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting
adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan,
dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak
dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat
terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada
satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974)
menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan
kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan
bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari
kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan
anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa
”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat
kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam
musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu
kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.
Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada
proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya
gagasan-gagasan di dalam suasana yang
tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak
gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika
anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan
pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah
menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi
hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi.
Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya
penting hanya digunakan anak remaja atau
orang dewasa yang lebih tua.
Penyusun, Team. 2014. Psikologi
Perkembangan I. Medan
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/Perkembangan_Anak_Usia_Dini.pdf
http://www.teoripendidikan.com/2014/10/contoh-makalah-anak-usia-dini-definisi.html
http://juonorp.blogspot.co.id/2013/10/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-usia_20.html
http://indrasaripaud.blogspot.co.id/2013/06/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar