Selasa, 19 April 2016

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
Disusun : Nur Azmy G.
Reguler B/PG. PAUD 2014




Karakteristik Anak
Anak usia dini berdasarkan defenisi NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.
Masa usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapat penanganan  sedini mungkinPada usia ini sering disebut sebagai usia/masa yang keemasan (Golden Age). Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Karakteristik anak usia dini ialah mereka sulit berfikir secara abstrak, mereka masih berfikir secara konkrit. Anak usia dini juga memiliki karakteristik yang disebut Egosentris, dimana ketidakmampuan anak untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Mereka masih cenderung merasa, memahami, dan menginterpretasikan dunia berdasarkan diri sendiri. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan (growth) merupakan semua hal yang berkaitan dengan perubahan ukuran organisme dan dapat dengan sangat mudah diamati, seperti pertumbuhan fisik, peningkatan jumlah sel, ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan, dll. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dang fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi, sebagai hasil dari proses pematangan. Seperti halnya perjalanan menjadi dewasa. Perkembangan ini sangat bersifat kualitatif, sistematis dan berkesinambungan . oleh karena itulah, hal ini membutuhkan waktu yang lama. Perkembangan ini menyangkut adanya proses deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Sebagai contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf.
Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.

Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikan kemampuan sebagai berikut.
1.      Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itu diperlukan keterampilan-keterampilan fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, atau mengendarai sepeda.
2.      Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan keselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga serta berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya.
3.      Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian sosial.
4.      Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
5.      Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
6.      Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa ini anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
7.      Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain.
8.      Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.

Aspek Perkembangan Anak
1.      Aspek Perkembangan Kognitif
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Jean Piaget adalah : (1) Tahap Sensory-Motor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahasa awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja ; (2) Tahap Pre-Operational, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap Concret-Operational, 7 – 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi ; (4) Tahap Formal-Operational, usia 11 – 15 tahun. Pada usia ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.

2.      Aspek Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik halus.
Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225).
Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak.

3.      Aspek Perkembangan Bahasa
Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara ”saya”, ”kamu” dan ”kita”.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya.
Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.
Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”di bawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”.
Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.

Perkembangan Bahasa menurut Hart & Risley (Morrow, 1993) ialah mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.

4.      Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu : kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak :
-          Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (Percaya vs Curiga), usia 0-2 tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
-        Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (Mandiri vs Ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu.
-        Tahap 3 : Initiative vs Guilt (Berinisiatif vs Bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah.
-              Tahap 4 : industry vs inferiority (Percaya Diri vs Rasa Rendah Diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

5.      Perkembangan Moral dan Agama
Pengertian perilaku moral secara umum adalah perilaku yang sesuai dengan standar moral dari kelompok sosial tertentu. Perilaku moral ini dikendalikan oleh konsep moral. Konsep moral terbentuk dari peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Jika ada perilaku moral maka diidentifikasikan perilaku tak bermoral dan amoral. Perilaku tak bermoral merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial atau konsep moral yang diakui masyarakat. Sedangkan perilaku amoral/non moral merupakan perilaku yang ditampilkan karena ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dan bisa saja terjadi karena orang tersebut belum memahami peraturan atau ketentuan moral yang ada dalam lingkungan tersebut (dilakukan tidak sengaja dilakukan).

6.      Aspek Kreativitas Anak
"Kreativitas" merupakan salah satu istilah yang sering digunakan meskipun merupakan istilah yang ambigu dalam penelitian psikologi masa kini. Hal ini bahkan lebih ambigu dan sering digunakan dengan bebas di kalangan orang awam.
Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan  karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan  bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa ”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.
Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan  di dalam suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya  digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih tua.


DAFTAR PUSTAKA
Penyusun, Team. 2014. Psikologi Perkembangan I. Medan
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/Perkembangan_Anak_Usia_Dini.pdf
http://www.teoripendidikan.com/2014/10/contoh-makalah-anak-usia-dini-definisi.html
http://juonorp.blogspot.co.id/2013/10/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-usia_20.html
http://indrasaripaud.blogspot.co.id/2013/06/aspek-aspek-perkembangan-anak-usia-dini.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar