Jumat, 22 April 2016

Peran Lingkungan Keluarga Dalam Proses Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini






Oleh :


NIM : 1142113004
juwitasari966@gmail.com
PG-PAUD/2014

Abstrak

Keluarga merupakan lingkungan terdekat anak yang memiliki pengaruh besar dalam proses perkembangan basaha anak. Dalam keluarga akan ada banyak hal yang akan didapat anak. Anak akan mendapat stumulus bahasa yang baik tergantung bagaimana seorang anak menerima serta memproses rangsangan yang diterimanya dan tergantung bagaimana baik buruknya stimulis yang diberikan lingkungan tempat ia tinggal. Oleh karena itu orang tua sebagai orang terdekat dilingkungan keluarga anak harus memberikan stimulus bahasa yang baik bagi anak agar bahasa yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan usianya.

Kata Kunci : Lingkungan, Keluarga, Bahasa, Stimulus, Anak.


1. PENDAHULUAN

            Setiap anak memiliki perkembangan kemampuan berbahasa yang berbeda-beda, dimulai ketika usia baru lahir hingga dewasa. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia serta stimulus yang di peroleh anak (Parke, 1999).

            Kemampuan berbahasa merupakan hasil kombinasi seluruh system perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap kelambatan atau kerusakan pada system yang lain. Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motoric, psikologis, social-emosional.

            Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, Menurut Carl Roger ada dua faktor yang berperan dalam pengembangan bahasa pada anak, salah satunya adalah factor eksternal yaitu factor dari luar diri anak. Salah satu dari factor eksternal adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat anak memperoleh dan membuatnya memahami bunyi bahasa yang tepat serta dapat menyimak dengan baik. Karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak. Keluarga yang memotivasi anak menyediakan lingkungan bahasa yang sesuai dengan perkembangannya. Dengan demikian bahasa anak akan menjadi lebih maju. Para psikolog menyatakan bahwa factor lingkungan memiliki peran penting terhadap perkembangan bahasa anak. Anak-anak bervariasi selaras dengan pembawaannya, demikian pula dengan lingkungan yang ada di sekitar anak dan diatas landasan  lingkungan itulah kebudayaan mereka dibangun. Setiap anak memiliki sifat dan pengalaman yang khas yang tidak dimiliki orang lain. Karena itulah terciptanya perbedaan individual diantara anak. Anak dapat mentransfer bahasa dari kelompoknya, begitu pula sebaliknya, terkadang anak menguasai puluhan kata dan memahami maknanya dengan baik, tetapi dia tidak mampu menggunakan sejumlah kata yang membingungkan itu, anak hanya menggunakan beberapa buah kata saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya.

2. PEMBAHASAN



1  2.1.Pengertian Bahasa



            Bahasa adalah sistem dari komunikasi, dimana kata-kata dan berbagai bentuk kombinasi simbol tertulis lainnya, yang teratur sehingga menghasilkan sejumlah pesan (Parke, 1999).
            Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur (Setiawan, 2007).



2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

            Dalam Papalia, Olds dan Fieldman (2001) yang ditulis oleh SDN Sitompul menjelaskan perkembangan bahasa terdiri dari tahapan sebagai berikut :
  •      Prelinguistic speech (0-12 bulan). Pada tahap ini anak hanya mulai mengeluarkan suara saja bukan kata-kata. Cara pertama berkomunikasi dengan orang lain adalah dengan cara menangis kemudian berkembang kearah mengeluarkan suara seperti “uhh”, “aaa” yang disebut sebagai “babbling” atau “cooing”.

  •        Linguistic speech (1-6 tahun). Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan bahasa. Perkembangan pada tahap ini terbagi atas tiga, yaitu :

1.      Anak mengucapkan satu kata (1-2 tahun), keinginan dan perasaan anak diungkapkan dalam satu kata yang dikenal dengan holophrase yang biasanya memiliki arti lebih dari satu, misalnya kata “…mi…” Memiliki banyak arti, apakah anak menginginkan susu/makan, ataukah menginginkan mainannya.

2.      Anak membentuk kata menjadi frase (2-3 tahun), dimana anak mulai menggabungkan 2-3 kata untuk menyusun kalimat. Kata-kata dalam kalimat banyak yang hilang dan yang terdengar hanya kata-kata awal dan akhirnya saja ataupun hanya kata kunci dan kalimat ini menyerupai kalimat yang ada dalam telegram sehingga disebut juga dengan “telegraphic speech”. Seperti “mau…su” atau “kat…gigi”.
3.      Anak menggunakan kalimat lengkap (diatas 3 tahun). Menurut Papalia, anak diatas tiga tahun sudah dapat membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, serta dapat menggunakan beberapa jenis kata penghubung seperti “di bawah, di depan, di belakang”.

  •      Symbolic language. Setiap anak tentu akan memiliki tahapan perkembangan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya. Perkembangan bahasa anak terbagi menjadi beberapa tahapan, dimana secara keseluruhan terlihat bagaimana proses seorang anak dalam memahami bahasa. Berikut ini adalah tahapan perkembangan berbahasa anak (Hidayat, 2004):

1.      Usia 1 tahun

            Anak berada pada tahap linguistic speech yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata, tetapi hanya sepotong, dan kata itu dapat memiliki arti yang panjang. Contoh, saat anak mengatakan "bun" dengan maksud bunda, artinya mungkin saja, "Aku ingin digendong oleh bunda," atau "Aku ingin ikut jalan-jalan bersama bunda."
2.      Usia 2 tahun
            Hampir sama dengan kemampuan diusia satu tahun, tetapi diusia ini anak sudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan berarti. Contohnya, "Minum susu," atau "Pergi sana," hingga "Tidak susu. Putih saja" ,dimana kalimat ini bisa saja berarti anak tidak ingin minum susu tetapi air putih saja.
c. Usia 3 tahun
            Anak sering melakukan hal yang sangat menarik perhatian karena ia tengah memasuki tahap “membangkang”, yaitu melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan. Tidak heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan malu, seperti "bego", "mampus", dan kata-kata kasar lainnya. Terutama jika ditunjang dengan seringnya orangtua melarang anak mengucapkan kata-kata tersebut tanpa memberi penjelasan yang tepat. Ditambah lagi kosakata yang diperoleh anak diusia ini semakin banyak dan tidak hanya diperoleh dari orangtua. Mulai usia ini anak umumnya mengeluarkan kalimat yang terdengar janggal karena susunan kata yang tidak tepat/terbalik, sehingga apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud anak. 

2.3  Peran Lingkungan Terhadap Perkembangan Bahasa Anak


            Lingkungan sebagai salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini karena pada hakekatnya proses perolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian meniru suara yang didengar dari tempat terdekatnya yaitu dari lingkungan dimana tempat ia tinggal. Dalam hal ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu keluarga yang merupakan salah satu lingkungan terdekat anak harus memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman yang pernah didengarnya. Kemudian berangsur-angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman, baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan kembali dalam bahasa lisan.
            Menurut teori behavioristic oleh B.F Skinner. beliau menekankan bahwa proses pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak,  yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. kaum behavioris juga menyatakan bahwa kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Dan kemampuan yang sebenarnya dalam berkomunikasi adalah dengan prinsip pertalian S-R (stimuls-respons) dan proses peniruan-peniruan.

            Para ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan apapun. Dengan demikian anak harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan, proses imitasi, dan diberikan reiforcement (penguat). Beberapa ahli menjelaskan beberapa faktor penting dalam mempelajari bahasa yaitu imitasi, rewart, reinforcement dan frekuensi suatu perilaku. Skinner, (1957) menjelaskan perkembangan bahasa dari sudut stimulus-respon, yang memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan.
            Lingkungan yang paling dekat dengan anak adalah lingkungan keluarga, yaitu orang tua anak. Perkembangan bahasa pada anak tidak lepas dari peranan dan stimulus yang diberikan orang tua anak. lingkungan keluarga dan orang tua adalah tempat pertama kali anak belajar dan mengasah pembendaharaan katanya. Hal tersebut membuat orang tua memiliki peranan yang sangat  besar dalam proses perkembangan bahasa anaknya.
            Rangsangan yang diterima anak akan diproses didalam memorinya serta baik atau buruknya bahasa anak dipengaruhi oleh baik atau buruknya stimulus yang diberikan serta bagaimana seorang anak memproses rangsangan yang diterimanya. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam  perkembangan bahasa anak, oleh karena itu orang tua sebagai contoh bagi anak harus memberikan peranan terbaiknya kepada anaknya. Selain itu orang tua juga harus memiliki ilmu tentang tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak agar apa yang diberikan orang tua terhadap anaknya sesuai dengan perkembangan usianya. Pada saat anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh maka kebutuhannya dapat terpenuhi. Contohnya saja pada anak yang masih berusia 6-8 bulan yang menangis ketika kelaparan dan hendak meminta makanan terhadap ibunya, dalm kondisi tersebut anak melakukan interaksi tidak dengan kata-kata, tetapi dengan menggunakan bahasa tubuhnya yaitu menangis. Namun terkadang orang tua kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti apa yang ia maksud dan apa yang ia inginkan. Hal ini yang mendorong anak untuk belajar berbicara. Terkadang dalam proses berbicara anak sulit memahami pembicaraan orang lain, karena kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Orang tua seharusnya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan. Selain itu keterampilan anak dalam berbicara memerlukan latihan yang terus menerus, untuk itu orang tua harus memberikan latihan keterampilan berbicara pada anak, tentu saja dengan cara yang menyenangkan dan tanpa adanya paksaan (Anonim 2009b).
           Orang tua juga harus memperhatikan bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, contohnya saja banyak acara televisi yang menarik yang membuat anak-anak suka menonton TV. Anak membutuhkan arahan serta bimbingan dari orang tua agar anak tidak salah dalam menafsirkan dan tidak mudah meniru kata-kata yang tidak baik yang ada di TV. Selain itu lingkungan dan teman bermain juga sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Anak sangat mudah meniru dan mengikuti kata-kata yang didengarnya. Bahkan tak banyak dari mereka yang mengucapkan sebuah kata namun tidak mengerti apa arti dari kata yang diucapkannya. Peran orang tua di sini adalah menegur dengan memberikan pengertian pada anak bahwa hal tersebut tidak pantas untuk diucapkan. Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau membetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.


 3. KESIMPULAN

lingkungan merupakan salah satu factor yang memiliki pengaruh cukup besar bagi perkembangan bahasa anak usia dini. Karena lingkungan merupakan tempat anak menjalani kesehariannya. Stimulus yang didapat anak melalui lingkungan akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Rangsangan yang diterima akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Stimulus yang diberikan oleh orang terdekatnya yaitu orang tua akan diproses oleh anak dan membuatnya matang dalam pola pikir, pola tindak, dan pola ucap. Peranan orang tua yang begitu penting menuntut orang tua untuk hati-hati dalam mengajari anak. Orang tua harus memahami tahapan-tahapan perkembangan bahasa pada anak agar mereka dapat memberikan stimulus sesuai dengan tahapan perkembangan usianya.



REFERENSI


Guntur Henry T. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa

Suyanto Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Tk. Jakarta : Depdipnas

Alfu Noor. 2013. Peran Lingkungan Terhadap Optimalisasi Perkembangan Bahasa Anak Usia    Dini. Jurnal Studi Gender Dan Anak. Volume 1, No. 3.
Sitompul Sdn. 2011. Tahapan perkembangan bahasa anak. Jurnal Universitas Sumatera Utara.             http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23238/3/Chapter%20II.pdf. 16 mei 2015
 
Tentang penulis

Nama saya adalah Juwita Sari. Saya lahir di Pulau lenden Asahan pada 03 juli 1997. Saat ini saya tinggal di kota perantauan Medan dan sedang berkuliah di Universitas negeri medan fakultas ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru pendidikan anak usia dini. Menulis adalah hobby saya. Bagi saya bisa menuliskan kisah kehidupan di selembar kertas itu adalah hal yang menyenangkan. Selain aktif menulis fiksi dan mengikutsertakan karya-karya dibeberapa lomba saya juga aktif menulis karya yang bersifat non fiksi dan sesekali berpartisipasi dalam ajang-ajang karya ilmiah seperti : PKM, PHBD, Mawapres dan lain sebagainya. walaupun masih minim sekali kemenangan yang saya raih wkwkwk... tapi bagi saya setidaknya melalui tulisan-tulisan tersebut ada sedikit solusi saya berikan untuk tanah air tercinta ini. Untuk mengasah hoby menulis, saat ini saya tergabung dalam LP2IM (lembaga penalaran dan penelitian ilmiah mahasiswa) UNIMED. bisa dikunjungi tuh blog nya kawan-kawan :).
 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar