Oleh :
NIM : 1142113004
juwitasari966@gmail.com
PG-PAUD/2014
Abstrak
Keluarga
merupakan lingkungan terdekat anak yang memiliki pengaruh besar dalam proses
perkembangan basaha anak. Dalam keluarga akan ada banyak hal yang akan didapat
anak. Anak akan mendapat stumulus bahasa yang baik tergantung bagaimana seorang
anak menerima serta memproses rangsangan yang diterimanya dan tergantung
bagaimana baik buruknya stimulis yang diberikan lingkungan tempat ia tinggal.
Oleh karena itu orang tua sebagai orang terdekat dilingkungan keluarga anak
harus memberikan stimulus bahasa yang baik bagi anak agar bahasa yang dimiliki
anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangan
usianya.
1. PENDAHULUAN
Setiap anak memiliki perkembangan
kemampuan berbahasa yang berbeda-beda, dimulai ketika usia baru lahir hingga
dewasa. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Perkembangan
kemampuan berbahasa seorang anak akan meningkat seiring dengan bertambahnya
usia serta stimulus yang di peroleh anak (Parke, 1999).
Kemampuan berbahasa merupakan hasil
kombinasi seluruh system perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa
sensitive terhadap kelambatan atau kerusakan pada system yang lain. Kemampuan
berbahasa melibatkan kemampuan motoric, psikologis, social-emosional.
Banyak factor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak, Menurut Carl Roger ada dua faktor yang berperan dalam
pengembangan bahasa pada anak, salah satunya adalah factor eksternal yaitu
factor dari luar diri anak. Salah satu dari factor eksternal adalah keluarga.
Keluarga merupakan tempat anak memperoleh dan membuatnya memahami bunyi bahasa
yang tepat serta dapat menyimak dengan baik. Karena keluarga merupakan
lingkungan terdekat dengan anak. Keluarga yang memotivasi anak menyediakan
lingkungan bahasa yang sesuai dengan perkembangannya. Dengan demikian bahasa
anak akan menjadi lebih maju. Para psikolog menyatakan bahwa factor lingkungan
memiliki peran penting terhadap perkembangan bahasa anak. Anak-anak bervariasi
selaras dengan pembawaannya, demikian pula dengan lingkungan yang ada di
sekitar anak dan diatas landasan
lingkungan itulah kebudayaan mereka dibangun. Setiap anak memiliki sifat
dan pengalaman yang khas yang tidak dimiliki orang lain. Karena itulah terciptanya
perbedaan individual diantara anak. Anak dapat mentransfer bahasa dari
kelompoknya, begitu pula sebaliknya, terkadang anak menguasai puluhan kata dan
memahami maknanya dengan baik, tetapi dia tidak mampu menggunakan sejumlah kata
yang membingungkan itu, anak hanya menggunakan beberapa buah kata saat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya.
2. PEMBAHASAN
1 2.1.Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem dari
komunikasi, dimana kata-kata dan berbagai bentuk kombinasi simbol tertulis
lainnya, yang teratur sehingga menghasilkan sejumlah pesan (Parke, 1999).
Bahasa merupakan sarana komunikasi,
maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti
berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa
memiliki kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir
secara sistematis dan teratur (Setiawan, 2007).
2.2 Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Dalam Papalia, Olds dan Fieldman
(2001) yang ditulis oleh SDN Sitompul menjelaskan perkembangan bahasa terdiri dari
tahapan sebagai berikut :
- Prelinguistic speech (0-12 bulan). Pada tahap ini anak hanya mulai mengeluarkan suara saja bukan kata-kata. Cara pertama berkomunikasi dengan orang lain adalah dengan cara menangis kemudian berkembang kearah mengeluarkan suara seperti “uhh”, “aaa” yang disebut sebagai “babbling” atau “cooing”.
- Linguistic speech (1-6 tahun). Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan bahasa. Perkembangan pada tahap ini terbagi atas tiga, yaitu :
1. Anak
mengucapkan satu kata (1-2 tahun), keinginan dan perasaan anak diungkapkan
dalam satu kata yang dikenal dengan holophrase yang biasanya memiliki arti
lebih dari satu, misalnya kata “…mi…” Memiliki banyak arti, apakah anak
menginginkan susu/makan, ataukah menginginkan mainannya.
2. Anak
membentuk kata menjadi frase (2-3 tahun), dimana anak mulai menggabungkan 2-3
kata untuk menyusun kalimat. Kata-kata dalam kalimat banyak yang hilang dan
yang terdengar hanya kata-kata awal dan akhirnya saja ataupun hanya kata kunci
dan kalimat ini menyerupai kalimat yang ada dalam telegram sehingga disebut
juga dengan “telegraphic speech”. Seperti “mau…su” atau “kat…gigi”.
3. Anak
menggunakan kalimat lengkap (diatas 3 tahun). Menurut Papalia, anak diatas tiga
tahun sudah dapat membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata,
serta dapat menggunakan beberapa jenis kata penghubung seperti “di bawah, di
depan, di belakang”.
Symbolic language. Setiap anak tentu akan memiliki tahapan perkembangan bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya. Perkembangan bahasa anak terbagi menjadi beberapa tahapan, dimana secara keseluruhan terlihat bagaimana proses seorang anak dalam memahami bahasa. Berikut ini adalah tahapan perkembangan berbahasa anak (Hidayat, 2004):
1.
Usia 1 tahun
Anak berada pada tahap linguistic
speech yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran
lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata, tetapi hanya sepotong,
dan kata itu dapat memiliki arti yang panjang. Contoh, saat anak mengatakan
"bun" dengan maksud bunda, artinya mungkin saja, "Aku ingin digendong
oleh bunda," atau "Aku ingin ikut jalan-jalan bersama bunda."
2.
Usia 2 tahun
Hampir sama dengan kemampuan diusia
satu tahun, tetapi diusia ini anak sudah mampu menggabungkan dua kata atau
lebih menjadi satu kalimat yang bermakna dan berarti. Contohnya, "Minum
susu," atau "Pergi sana," hingga "Tidak susu. Putih
saja" ,dimana kalimat ini bisa saja berarti anak tidak ingin minum susu
tetapi air putih saja.
c.
Usia 3 tahun
Anak sering melakukan hal yang
sangat menarik perhatian karena ia tengah memasuki tahap “membangkang”, yaitu
melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan. Tidak heran jika
dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat
orangtua cemas dan malu, seperti "bego", "mampus", dan
kata-kata kasar lainnya. Terutama jika ditunjang dengan seringnya orangtua melarang
anak mengucapkan kata-kata tersebut tanpa memberi penjelasan yang tepat.
Ditambah lagi kosakata yang diperoleh anak diusia ini semakin banyak dan tidak
hanya diperoleh dari orangtua. Mulai usia ini anak umumnya mengeluarkan kalimat
yang terdengar janggal karena susunan kata yang tidak tepat/terbalik, sehingga
apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud anak.
2.3 Peran
Lingkungan Terhadap Perkembangan Bahasa Anak
Lingkungan sebagai salah satu factor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini karena pada hakekatnya proses
perolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian meniru suara
yang didengar dari tempat terdekatnya yaitu dari lingkungan dimana tempat ia
tinggal. Dalam hal ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak
tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh
karena itu keluarga yang merupakan salah satu lingkungan terdekat anak harus
memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman yang pernah didengarnya.
Kemudian berangsur-angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman, baik
dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan kembali dalam
bahasa lisan.
Menurut teori behavioristic oleh B.F Skinner. beliau menekankan bahwa proses pemerolahan bahasa pertama dikendalikan dari
luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui
lingkungan. kaum behavioris juga
menyatakan bahwa kemampuan berbicara dan
memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya.
Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang
diberikan oleh lingkungannya. Dan kemampuan yang sebenarnya dalam berkomunikasi
adalah dengan prinsip pertalian S-R (stimuls-respons) dan proses peniruan-peniruan.
Para ahli behavioristik berpendapat
bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan apapun. Dengan demikian anak
harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan, proses imitasi, dan
diberikan reiforcement (penguat). Beberapa ahli menjelaskan beberapa
faktor penting dalam mempelajari bahasa yaitu imitasi, rewart, reinforcement
dan frekuensi suatu perilaku. Skinner, (1957) menjelaskan perkembangan
bahasa dari sudut
stimulus-respon, yang memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai
diperoleh dari interaksi dalam lingkungan.
Lingkungan yang paling dekat dengan
anak adalah lingkungan keluarga, yaitu orang tua anak. Perkembangan bahasa pada
anak tidak lepas dari peranan dan stimulus yang diberikan orang tua anak.
lingkungan keluarga dan orang tua adalah tempat pertama kali anak belajar dan
mengasah pembendaharaan katanya. Hal tersebut membuat orang tua memiliki peranan
yang sangat besar dalam proses
perkembangan bahasa anaknya.
Rangsangan yang diterima anak akan
diproses didalam memorinya serta baik atau buruknya bahasa anak dipengaruhi
oleh baik atau buruknya stimulus yang diberikan serta bagaimana seorang anak memproses
rangsangan yang diterimanya. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting
dalam perkembangan bahasa anak, oleh
karena itu orang tua sebagai contoh bagi anak harus memberikan peranan
terbaiknya kepada anaknya. Selain itu orang tua juga harus memiliki ilmu
tentang tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak agar apa yang diberikan orang
tua terhadap anaknya sesuai dengan perkembangan usianya. Pada saat anak masih
bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh maka
kebutuhannya dapat terpenuhi. Contohnya saja pada anak yang masih berusia 6-8
bulan yang menangis ketika kelaparan dan hendak meminta makanan terhadap
ibunya, dalm kondisi tersebut anak melakukan interaksi tidak dengan kata-kata,
tetapi dengan menggunakan bahasa tubuhnya yaitu menangis. Namun terkadang orang
tua kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi
maupun anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti apa yang ia maksud
dan apa yang ia inginkan. Hal ini yang mendorong anak untuk belajar berbicara. Terkadang
dalam proses berbicara anak sulit memahami pembicaraan orang lain, karena kurangnya
perbendaharaan kata pada anak. Orang tua seharusnya selalu berusaha mencari
penyebab kesulitan anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat
memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah
mengintepretasikan suatu pembicaraan. Selain itu keterampilan anak dalam
berbicara memerlukan latihan yang terus menerus, untuk itu orang tua harus
memberikan latihan keterampilan berbicara pada anak, tentu saja dengan cara
yang menyenangkan dan tanpa adanya paksaan (Anonim 2009b).
Orang tua juga harus memperhatikan
bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, contohnya saja
banyak acara televisi yang menarik yang membuat anak-anak suka menonton TV.
Anak membutuhkan arahan serta bimbingan dari orang tua agar anak tidak salah
dalam menafsirkan dan tidak mudah meniru kata-kata yang tidak baik yang ada di
TV. Selain itu lingkungan dan teman bermain juga sangat berpengaruh pada
perkembangan bahasa anak. Anak sangat mudah meniru dan mengikuti kata-kata yang
didengarnya. Bahkan tak banyak dari mereka yang mengucapkan sebuah kata namun
tidak mengerti apa arti dari kata yang diucapkannya. Peran orang tua di sini
adalah menegur dengan memberikan pengertian pada anak bahwa hal tersebut tidak
pantas untuk diucapkan. Bimbingan bagi anak sangat penting untuk mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau
model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang
tua siap memberikan kritik atau membetulkan apabila dalam berbicara anak
berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara
terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila
berbicara dengan orang lain.
3. KESIMPULAN
lingkungan
merupakan salah satu factor yang memiliki pengaruh cukup besar bagi
perkembangan bahasa anak usia dini. Karena lingkungan merupakan tempat anak
menjalani kesehariannya. Stimulus yang didapat anak melalui lingkungan akan
mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Rangsangan yang diterima akan
mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Stimulus yang diberikan oleh orang
terdekatnya yaitu orang tua akan diproses oleh anak dan membuatnya matang dalam
pola pikir, pola tindak, dan pola ucap. Peranan orang tua yang begitu penting
menuntut orang tua untuk hati-hati dalam mengajari anak. Orang tua harus
memahami tahapan-tahapan perkembangan bahasa pada anak agar mereka dapat
memberikan stimulus sesuai dengan tahapan perkembangan usianya.
REFERENSI
Guntur Henry T. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa
Suyanto Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Tk. Jakarta :
Depdipnas
Alfu Noor. 2013. Peran Lingkungan Terhadap Optimalisasi Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Studi Gender Dan Anak.
Volume 1, No. 3.
Sitompul Sdn. 2011. Tahapan perkembangan bahasa anak. Jurnal Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23238/3/Chapter%20II.pdf.
16 mei 2015
Tentang penulis
Nama saya adalah Juwita Sari. Saya lahir di Pulau lenden Asahan pada 03 juli 1997. Saat ini saya tinggal di kota perantauan Medan dan sedang berkuliah di Universitas negeri medan fakultas ilmu pendidikan jurusan pendidikan guru pendidikan anak usia dini. Menulis adalah hobby saya. Bagi saya bisa menuliskan kisah kehidupan di selembar kertas itu adalah hal yang menyenangkan. Selain aktif menulis fiksi dan mengikutsertakan karya-karya dibeberapa lomba saya juga aktif menulis karya yang bersifat non fiksi dan sesekali berpartisipasi dalam ajang-ajang karya ilmiah seperti : PKM, PHBD, Mawapres dan lain sebagainya. walaupun masih minim sekali kemenangan yang saya raih wkwkwk... tapi bagi saya setidaknya melalui tulisan-tulisan tersebut ada sedikit solusi saya berikan untuk tanah air tercinta ini. Untuk mengasah hoby menulis, saat ini saya tergabung dalam LP2IM (lembaga penalaran dan penelitian ilmiah mahasiswa) UNIMED. bisa dikunjungi tuh blog nya kawan-kawan :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar