LUSIANA BUDIARTI LUBIS
1143113018
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pendidikan di TK dilaksanakan
dengan maksud meletakkan dasar bagi perkembangan semua aspek tumbuh-kembang
anak, baik kognitif, afektif, psikomotor, sebelum masuk pendidikan formal. Usia
anak-anak TK merupakan masa yang peka dalam menentukan tumbuh kembang pada masa
selanjutnya. Bredekamp (1987:2) mengatakan pembelajaran di TK dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP),
dengan pengertian bahwa pembelajaran pada anak bervariasi sesuai pengalaman,
minat, perhatian, umur, kecakapan setiap individu anak. Bagi guru, DAP adalah
menemui anak secara individu, dan kelompok di tempat anak berada, membantu
setiap anak menghadapi tantangan-tantangan dan dalam mencapai tujuan yang
berkontribusi pada perkembangan dan belajarnya. Dengan demikian, penting setiap
guru memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Bredekamp (1987:2) mengatakan
pembelajaran di TK dilaksanakan dengan prinsip-prinsip Developmentally
Appropriate Practice (DAP), dengan pengertian bahwa pembelajaran pada anak
bervariasi sesuai pengalaman, minat, perhatian, umur, kecakapan setiap individu
anak. Bagi guru, DAP adalah menemui anak secara individu, dan kelompok di
tempat anak berada, membantu setiap anak menghadapi tantangan-tantangan dan
dalam mencapai tujuan yang berkontribusi pada perkembangan dan belajarnya.
Pembelajaran
sains di TK, menurut Semiawan (2002 :103) dilaksanakan berdasar pada asumsi dan
visi ”science for all”, dimana sains adalah pengkajian dan penterjemahan
pengalaman manusia tentang dunia fisik secara teratur dan sistematis. Dengan
asumsi dan visi itu maka anak-anak TK juga memiliki hak untuk belajar sains.
Kehidupan
di masa kanak-kanak didominasi oleh aktivitas bermain, tetapi bermain dapat mengembangkan
pembelajaran sains di TK. Bermain bagi
anak-anak merupakan jembatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa,
ruang spasial dan lingkungan sekitar. Bermain bukan mata pelajaran, namun
adalah komponen penting pengembangan, sebab saat bermain proses konstruksi
pengetahuan anak terjadi dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Bermain
bagi anak adalah aktivitas sungguhan, yang dilakukan sepanjang hari dengan
senang gembira tanpa paksaan, dimana anak menjelajahi dunianya dan memperoleh manfaat
belajar tentang hal yang baru. Sedangkan interaksi sosial yang disebabkan oleh
kegiatan bermain juga bisa membantu proses pembelajaran sains di TK. Karena
dengan berkomunikasi guru dapat mengajak anak untuk langsung berkomunikasi
dalam menyajikan materi. Karena rendahnya interaksi sosial anak TK dalam
pembelajaran sains dapat membuat anak terlalu banyak menghayal.
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Sains
Menurut Amien dalam Nugraha (2005:3), mendefinisikan sains sebagai
bidang ilmu ilmiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada
mahkluk hidup maupun tak hidup, lebih mendiskusikan tentang alam (natural
science) seperti fisika, kimia dan biologi.
Sedangkan
menurut Sumanto dkk dalam Putra (2013:40), sains merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep,
prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Dari definisi tersebut
sangat efektif bahwa pendidikan sains menekankan pada pembelajaran pengalaman
secara langsung agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Setiadi
dalam jurnal Yulia (2012:4), menyatakan bahwa sains adalah ilmu yang dapat
diuji (hasil pengamatan sesungguhnya), kebenarannya dan dikembangkan secara
konsisten dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut dapat dipercaya.
kemampuan
tentang pengetahuan alam sekitar (sains) anak telah memilikinya sejak usia
dini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam menyebutkan objek yang ada
disekitarnya, menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi dan yang akan terjadi,
serta hal-hal lainya. Pembelajaran sains sangat penting untuk anak agar anak
tidak mudah percaya dengan mitos-mitos yang tidak terbuktu kebenarannya.
B. Kemampuan Sains Anak Usia Dini
Pada dasarnya sejak anak usia dini, manusia sudah
memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis. Hal itu dijelaskan oleh Brewer
Sebagai mahluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk
memikirkan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Kecenderungan manusia memberi
arti pada berbagai hal dan kejadian di sekitarnya merupakan indikasi dari
kemampuan berpikirnya. Kecenderungan ini dapat kita temukan pada seorang
anak yang memandang berbagai benda di sekitarnya dengan penuh rasa ingin
tahu.
Kemampuan kognitif
anak usia 5 – 6 tahun adalah :
(1) sudah dapat memahami jumlah dan ukuran,
(2) tertarik dengan huruf dan angka. Ada yang sudah mampu menulisnya atau
menyalinnya, serta menghitungnya,
(3) telah mengenal sebagian warna,
(4) mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi sekolah dan pulang dari
sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu,
(5) mengenal bidang dan bergerak sesuai dengan bidang yang dimilikinya,
(6) pada akhir usia 6 tahun, anak sudah mulai mampu membaca, menulis dan
berhitung.
Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan
kemampuan belajar yang tinggi yakni rasa ingin tahu tersebut,
Pembelajaran sains yang kondusif akan membuat anak mengenali lebih baik obyek
atau lingkungan yang dipelajarinya. Pembelajaran seperti itu akan membantu anak
mengenali secara langsung berbagai hal. Anak akan mengenal tantangan hidup dan
peluang-peluangnya. Dengan penyediaan pengalaman langsung melalui pembelajaran
sains, kekuatan intelektual anak menjadi terlatih secara simultan dan terus
menerus. Dengan sering mengamati, maka ketrampilan sains anak akan
berkembang.
Anak usia taman
kanak-kanak telah memiliki kemampuan dasar tentang matematika dan pengetahuan
tentang alam sekitar , yang dikenal dengan pengetahuan alam. Kemampuan dasar
matematika ini dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam konsep
bilangan, menghitung pada batas tertentu dan bahkan ada yang telah dapat
melakukan operasi hitung secara sederhana. Perkembangan pengetahuan alam
sekitar (sains) pada anak ini, dapat dilihat dari kemampuannya dalam
menyebutkan nama objek yang ada disekitarnya, menjelaskan tentang peristiwa
yang terjadi dan yang akan terjadi, serta hal-hal lainnya.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan sains anak usia
dini adalah kegiatan pada anak usia dini, diantaranya: kemampuan mengamati,
mengklasifikasikan, menarik kesimpulan , mengkomunikasikan dan
mengaplikasikannya berdasarkan pengalaman sains yang diperolehnya.
C. Prinsip
Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak
Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) pada hakikatnya dapat ditanamkan
pada anak sedini mungkin menurut Jamaris dalamYulianti (2010:24). Selain itu
pemahaman anak mengenai sains akan lebih berfungsi, jika yang dikembangkan
dengan seksama melalui kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.
Menurut Yuliyanti (2010:24), Pendekatan pembelajaran sains pada
anak Taman Kanak-Kanak hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip yang
berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1)
Berorientasi
pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Salah
satu kebutuhan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh karena itu jika
kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara psikologis, maka anak
akan belajar dengan baik. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran
hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai
aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Tak terkecuali dalam
pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains
yang dirancang agar anak bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan
motivasi dan rasa ingin tahu.
2)
Bermain
Sambil Belajar
Melalui
kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan
obyek-obyek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi,
mempelajari ketrampilan yang baru dan bermain dapat menggunakan symbol untuk
menggambarkan dunianya.
3)
Selektif, Kreatif, dan Inovatif
Materi
sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat disajikan melalui
bermain. Proses pembelajaran dilakukan melalui bermain. Proses pembelajaran
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin
tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak
tidak hanya dijadikan
sebagai obyek, tetapi juga subyek dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
dibutuhkan kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran
sains. Kegiatan belajar di Taman Kanak-Kanak dirancang untuk membentuk perilaku
dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada pada diri anak usia Taman
Kanak-Kanak, dalam pelaksanaan pembelajaran sains harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan anak.
Selain
memperhatikan prinsip-prinsip diatas untuk mengembangkan pembelajaran sains di
TK, kita juga membutuhkan interaksi sosial yang baik untuk mencapai pemahaman
anak pada kegiatan pembelajaran sains.
D.
Tujuan Pembelajaran Sains Untuk AUD
Leeper (1994),pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini
hendaklah ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu
1. Pengembangan
pembelajaran sains pada anak ditujukan agar anak mampu untuk memecahkan
masalahnya sendiri melalui metode sains.
2. Pengembangan
pembelajaran sains pada anak ditujukan agar anak memiliki sikap-sikap ilmiah.
3. Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukkan agar anak mendapatkan
pengetahuan dan informasi ilmiah yang dapat dipercaya dan bersifat obyektif.
4. Pengembangan
pembelajaran sains ditujukan agar anak memiliki minat dan rasa ingin tahu
terhadap apa yang ada disekitarnya.
Penjabaran tujuan pendidikan dan pembelajaran sains dapat
disimpulkan menjadi 3dimensi yaitu, dimensi produk dimana dimensi ini
mengenalkan pendidikan sains berupa pengenalan dan penguasaan fakta, konsep,
prinsip, dan aspek-aspek yang terkait dengan hal yang bersangkutan dengan ilmu
sains. Yang kedua ada dimensi proses, dimana seseorang ditujukan untuk mengarah
pada penguasaan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menggali dan
mengenal sains. Yang terakhir ada dimensi sikap, dimensi ini suatu pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini secara bertahap agar membentuk sebuah
kperibadian seorang anak.
E. Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Sains
Kognitif
adalah suatu sistem kemampuan berfikir melalui percobaan, pengamatan dan
kejadian secara mental seperti ketika anak melakukan permainan sains terlebih
dahulu guru harus memahami batasan-batasan sains serta dimensi-dimensinya. Cara
khas yang sangat menonjol pada anak usia dini termasuk anak taman kanak-kanak
adalah suatu permainan. Kemampuan
Kognitif juga sering disebut kognisi yang mempunyai pengertian yang luas mengenai
berfikir dan mengamati. Dan ada juga yang mengartikan bahwa kognitif adalah
tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang bisa memperoleh pengetahuan
atau yang dibutuhkan untk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga
dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu pada
kegiatan mental yang terlibat didalam perolehan, pengolahan organisasi dan
penggunakan pengetahuan. Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai
kemampuan yang mencakup segala bentuk pengenalan kesadaran, pengertian yang
bersifat mental pada individu yang digunakan dalam interaksinya antara
kemampuan potensional dengan lingkungan seperti. Dalam aktivitas mengamati
menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain. Proses kognitif
penting dalam membentuk pengertian anak berhubungan dengan proses mental dari
fungsi kognitif. Hubungan kognisi proses mental disebut sebagai kognitif.
PEMBAHASAN
Dengan kegiatan
bermain dapat membuat anak mengembangkan pembelajaran sains di dialam dirinya
sendiri, dengan bantuan orang dewasa yang ada disekitarnya. Sains dalam diri
anak harus dikembangkan dengan cara baik agar anak dengan mudah memahami
pembelajaran sains dan menyukai kegiatan sains. Kegiatan bermain yang membantu
mengembangkan pembelajaran sains dapat melakukan eksperimen-eksperimen
sederhana yang dilakukan anak. Sains,saat ini menjadi hal yang penting untuk
diterapkan atau dikenalkan pada anak-anak usia dini karena sains dapat
mengajak anak untuk berpikir kritis, dengan sains anak tidak begitu saja
menerima atau menolak sesuatu. Mereka mengamati, menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang ada sebelum menentukan keputusannya.
Dengan melalui percobaan-percobaan sains
melalui ketrampilan proses, anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya.
Dengan media observasi, anak yang mempunyai kemampuan sains yang tinggi
dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang dipahaminya. Anak usia 4-6
tahun dapat dilatih untuk mempunyai kemampuan sains . Anak dapat mulai diajarkan
ketrampilan observasi dasar seperti pengamatan.Lewat cara ini anak dapat
diajak untuk memahami apa itu bunyi, udara, air, cahaya, suhu, tanah serta
berbagai kayu dan logam. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains dapat membantu
orang tua untuk menghindarkan anak dari kemungkinan menggunakan informasi yang
tidak tepat. Mendidik anak mempunyai kemampuan sains akan membantu anak untuk
secara aktif membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi
disekelilingnya.
Mengenalkan sains pada anak
prasekolah melalui permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar
anak. Pengenalan sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses dari pada
produk. Oleh sebab itu dalam bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan
seluruh panca indranya sebaik mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak
dapat menemukan jawaban-jawaban dari suatu kegiatan bermain. Kegiatan sains
memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda
hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan
gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Karena dengan
bermain anak dapat belajar dengan cara yang menyenangkan yang tidak membuat
anak bosan terhadap kegiatan sains yang sedang berlangsung. Dengan kegiatan pembelajaran
sains anak juga dapat mengenal seni yang ada disekitarnya. Karena kegiatan sains memerlukan seni yang
membuat keterampilan-keterampilan anak berkembang dengan baik.
Dalam mengembangkan
desain model pembelajaran sains melalui bermain di TK yang membantu guru
meningkatkan pengetahuan sains, kecakapan proses sains, sehingga meningkatkan
keefektifan dan mutu pembelajaran dengan melekatkan fakta, konsep, teori, sains
dasar yang relevan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan kognitif anak.
Penerapannya pada situasi atau pada tempat lain, dapat dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi dan sumber daya setempat. Bagi guru-guru TK, usaha
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, kecakapan/keterampilan proses sains
merupakan unsur penting bagi peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran
sains melalui bermain, sebab kegiatan keseharian guru ditantang untuk mampu
melayani dan menjawab pertanyaan saintifik-otentik yang muncul dalam kegiatan
bermain.
Kemampuan
kognitif anak pun berkembang saat melakukan kegiatan bermain pada pembelajaran
sains pada anak, karena penguasaan kognitif sangat erat kaitannya dengan
kemampuan berfikir anak. Sistematikanya dalam berfikir yang termasuk dalam
pengembangan kognitif selain dari percobaan adalah kemampuan suat permainan.
KESIMPULAN
Dalam kegitan
bermain pada anak dapat membantu seorang anak memngembangkan pembelajaran sains
pada diri anak. Dalam aktivitas mengamati
menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain. Proses kognitif
penting dalam membentuk pengertian anak berhubungan dengan proses mental dari
fungsi kognitif.
Pembelajaran sains hal yang penting untuk diterapkan atau dikenalkan pada
anak-anak usia dini karena sains dapat mengajak anak untuk berpikir
kritis, dengan sains anak tidak begitu saja menerima atau menolak
sesuatu. Dengan melalui percobaan-percobaan sains melalui ketrampilan proses,
anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya.
Mengenalkan sains pada anak prasekolah melalui permainan yang
menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak. Pengenalan sains pada anak
prasekolah lebih ditekankan pada proses dari pada produk. Oleh sebab itu dalam
bermain sains anak diajarkan untuk menggunakan seluruh panca indranya sebaik
mungkin, agar dalam proses bermain tersbut anak dapat menemukan jawaban-jawaban
dari suatu kegiatan bermain.
ABSTRAK
Judul dalam pembahasan ini
adalah “Pengembangan Pembelajaran Sains di Taman Kanak-Kanak Melalui Kegiatan
Bermain”. Dimana dengan kegiatan bermain anak akan lebih mudah untuk dapat
memahami kegiatan pembelajran sains. Kegiatan bermain ini dapat berupa membuat
eksperimen-eksperimen sederhana yang dapat menimbulkan keterampilan proses,
keterampilan mengamati, keterampilan memprediksi, keterampilan
mengkomunikasikan dan keterampilan lainnya sesuai dengan kemampuan anak
tersebut.
Mengenalkan sains pada anak prasekolah melalui
permainan yang menyenangkan dengan bahan yang ada disekitar anak yang sesuai
dengan prinsip pembelajaran di TK, dimana bermain sambil belajar. Pengenalan
sains pada anak prasekolah lebih ditekankan pada proses dari pada produk. Dengan
kegiatan bermain kemampuan kognitif anak juga berkembang dengan baik. karena, dalam bermain
anak berfikir. Dan berfikir yang termasuk dalam pengembangan kognitif
selain dari percobaan adalah kemampuan suatu permainan.
Permainan sains merupakan salah satu kegiatan
pembelajaran sains di TK, permainan sains merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan seseorang dengan cara mengamati suatu percobaan dengan benda-benda
yang ada disekitar.
Dalam mengembangkan
desain model pembelajaran sains melalui bermain di TK yang membantu guru
meningkatkan pengetahuan sains, kecakapan proses sains, sehingga meningkatkan
keefektifan dan mutu pembelajaran dengan melekatkan fakta, konsep, teori, sains
dasar yang relevan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan kognitif anak.
Penerapannya pada situasi atau pada tempat lain, dapat dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi dan sumber daya setempat. Bagi guru-guru TK, usaha
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, kecakapan/keterampilan proses sains
merupakan unsur penting bagi peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran
sains melalui bermain, sebab kegiatan keseharian guru ditantang untuk mampu
melayani dan menjawab pertanyaan saintifik-otentik yang muncul dalam kegiatan
bermain.
Daftar
Pustaka
Suyadi,2013.Teori Pembelajaran Anak Usia Dini.Yogyakarta:PT.Remaja Rosdakarya
Bandung.
Nugraha Ali. 2005, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak
Usia Dini, Jakarata: Departemen Pendidikan Nasional
Ward Hellen. 2010, Pengajaran Sains Bagi Berdasarkan Kerja
Otak, Jakarata: Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar