Selasa, 26 April 2016

Artikel ANAK DAN BERMAIN

Oleh Putri Puspitasari
1142113009
PG.PAUD REG.A 2014
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan
Abstrak
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bermain sangat penting bagi perkembangan anak baik itu fisik, kognitif, social-emosional, bahasa, kecerdasan, sikap sosial, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama, kedisiplinan, dan lain-lain. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara semata-semata demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Untuk itu, pendidik hendaknya harus tahu dan mengerti tentang konsep bermain, tahap-tahap bermain, dan bermain apa yang penting bagi anak usia dini. Selain itu sebagai seorang pendidik, hendaknya menyediakan lingkungan bermain, sumber atau media bermain yang cocok dan diperlukan oleh anak usia dini.

 Kata kunci : Anak, Bermain, Tahap-tahap Bermain, Karakteristik Bermain


Pendahuluan

 Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dunia anak adalah dunia bermain. Aktivitas bermain yang dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain menjadi kegiatan penting dalam pendidikan anak usia dini. Oleh karena pentingnya bermain, lembaga-lembaga pendidikan mulai menerapkan system bermain dalam proses belajarnya .


 Pentingnya Bermain Untuk Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan baik rohani maupun jasmani agar anak lebih siap dalam menapaki pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 : 14, Pasal 28), yaitu “Pembinaan yang ditunjukan kepada anak dini didefinisikan sebagai suatu upaya usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Menurut UU No.28 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 28 yang berisi “PAUD diselenggarakan sebelum Pendidikan dasar; PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal; Jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak, RA atau yang sederajat; Jalur formal berbentuk KB, Tempat Penitipan Anak atau yang sederajat; Jalur informal berbentuk pendidikan keluarga”.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara semata-semata demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Bermain merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari anak. Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli dapat disimpulkan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a.       Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya
b.      Anak akan menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta juga minat dan kebutuhannya.
c.       Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psikososial serta emosional).
d.      Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek pancainderanya sehingga terlatih dengan baik.
e.       Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Sejak abad ke-19, bermunculan teori tentang bermain yang dikemukakan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu, yang memperlihatkan betapa pentingnya bermain bagi manusia, khususnya dalam masa perkembangannya sebagai anak.
 Pendapat pertama tentang bermain oleh Schaller dan Lazarus membedakan antara bermain disatu pihak dengan bekerja di lain pihak yang membutuhkan suatu keseriusan (seriousness). Apabila seseorang telah lelah bekerja maka ia memerlukan bermain untuk menghilangkan kepenatannya akibat bekerja.
Dilanjutkan oleh Herbart Spencer, mengemukakan bahwa bermain dipandang sebagai penutup atau klep keselamatan pada mesin uap. Energi atau tenaga yang berlebih pada seseorang perlu dibuang atau dilepaskan melalui bermain. Teori ini sering dikenal dengan teori Surplus Energi yang mengatakan bahwa anak bermain (melompat, memanjat, berlari dan lain sebagainya) merupakan manifestasi dari energi yang ada dari dalam diri anak. Bermain menurut Spencer bertujuan untuk mengisi kembali energi seseorang anak yang telah melemah
            Pendapat selajutnya dari Karl Groos dan Maria Montessori, mengemukakan bahwa bermain dimaksudkan untuk mengembangkan fungsi yang tersembunyi dalam diri seseorang individu. Teori ini biasanya dikenal dengan Teori Fungsi. Contohnya, seekor anak kucing yang bermain dengan seekor induknya, sebenarnya kegiatan itu berfungsi untuk latihan menangkap tikus dalam rangka mempertahankan hidup.
            Seorang pakar sejarah, Jhon Huizinga (1938) dalam salah satu karyanya sampai pada satu kesimpulan bahwa kebutuhan bermain adalah yang membedakan manusia dari hewan, bahkan melalui permainannya itu terpantul pula kebudayaannya.
            Susan Issacs (1993) percaya bahwa bermain mempertinggi semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia membela hak-hak anak untuk bermain dan mengajak para orang tua untuk mendukung kegiatan bermain anak sebagai sumber belajar alami yang penting bagi anak.
Sigmund Freud dan Erik Erikson berdasarkan Teori Psychoanalytic mengatakan bahwa melihat bermain anak sebagai alat penting bagi pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa harga diri ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah keterampilan social. Menurut Freud, melalui bermain dan berfantasi anak dapat mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main perang-perangan untuk mengekspresikan dirinya, anak yang meninju boneka dan pura-pura bertarung untuk menunjukkan kekesalannya.
Teori Cognitive-Developmental dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa kegiatan bermain berkaitan dengan perkembangan intelektual. Piaget (1963) berpendapat bahwa anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui interaksi mereka. Mereka berlatih menggunakan informasi-informasi yang sudah mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan informasi-informasi baru dengan keterampilan- keterampilan yang sudah dikenal. Mereka juga menguji pengalamannya dengan gagasan-gagasan baru. Melalui bermain, individu menjelajah dunia, mengembangkan kemampuan untuk menguasai dunia, dan menumbuhkembangkan kreativitas.
Berdasarkan kajian tersebut maka bermain sangat penting bagi anak usia dini karena melalui kegiatan bermain, banyak hal yang bisa dikembangkan dari seorang individu anak, yaitu saraf-saraf motoriknya, baik kasar maupun halus, sikap emosional, kecerdasan, sikap sosial, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama, kedisiplinan, dan lain-lain.
Bermain mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada. Dengan bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi dan sosiodrama.
Aspek kognitif berkembang pada saat anak bermain yaitu anak akan belajar berbagai pengetahuan dan konsep dasar. Melalui bermain anak juga memperoleh pemenuhan dari rasa ingin tahunya. Saat bermain anak mendapat banyak latihan untuk mengamati sendiri, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan disamping itu juga terlatih untuk melihat dan mengamati sendiri, berfikir sendiri, dan berbuat sendiri, lama kelamaan ia akan dapat menemukan cara-cara sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Latihan-latihan yang demikian berguna untuk anak dapat mengembangkan kemampuan berfikir mereka dari konkret ke abstrak.

Tahap-tahap bermain yang dilalui anak

            Agar dapat memberikan bimbingan kepada anak dengan sebaik-baiknya, pendidik perlu mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain. Tahap-tahap tersebut dijabarkan sebagai berikut :

  1. Tahap Manipulatif

            Pada umumnya tahap ini terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Dengan alat-alat atau benda yang ia pegang, anak akan melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik, meraba-raba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali, meraba-raba dan sebaginya. Kegiatan bermain ini memang terlihat tidak ada manfaatnya namun dengan begitu anak-anak dapat mengenal sifat dan fungsinya, mereka juga memperoleh pengalaman dan keterampilan manipulatif yang diperlukan untuk melangkah ke tahap berikutnya.

 2. Tahap Simbolis

            Pada umumnya anak yang berada pada tahap simbolis adalah anak yang berusia 3-4 tahun. Pada tahap ini kadang-kadang anak kembali lagi melakukan kegiatan seperti yang dilakukan pada tahap manipulatif. Namun, hasil ciptaannya sudah terlihat bentuk-bentuk walaupun masih kabur dan anak kadang-kadang berbicara sendiri tentang apa yang dibuatnya sesuai dengan fantasinya. Ini menandakan bahwa fantasi anak sudah berkembang.

 3. Tahap Eksplorasi

            Pada tahap ini anak sering bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain. Misalkan di bak pasir, ia melakukan penyelidikan dan penemuan tentang sifat pasir serta alat-alat perlengkapan yang digunakan. Kegiatan ini terlihat tdak berarti, tetapi anak berda dalam tahap eksplorasidan mulai memperoleh penemuan-penemuan besar tentang sifat-sifat pasir basah, pasir kering dan memupuk keterampilan manipulatif dari kesibukan yang dilakukan.

 4. Tahap Eksperimen

            Setelah anak-anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap sebelumnya, mereka mulai melakukan percobaan-percobaan. Perhatian mereka mulai tertuju pada kegiatan bentuk dan ukuran menyamakan bentuk dan ukuran, serta memilih bentuk-bentuk tertentu yang akan digunakan dalam membuat sesuatu. Pada umumnya anak yang berada pada tahap ini adalah anak yang berusia 4-5 tahun.

 5. Tahap dapat Dikenal

            Anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun bentuk-bentuk yang realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat anak dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk yang dibuatnya sudah dapat dimengerti oleh orang lain yang melihat karena sudah mendekati bentu-bentuk yang sesungguhnya.. sering juga ank yang berda pada tahap bermain ini membuat sesuatu bersama, mereka belajar menentukan apa yang akan dibuatnya bersama, merundingkan apa yang akan diperlukan, alat perlengkapan yang akan dipakai, membagi tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab atas berhasilnya kegiatan yang mereka lakukan bersama.

Bermain memberi kontribusi alamiah untuk belajar dan berkembang, dan tidak ada satu program pun yang dapat menggantikan pengamatan, aktivitas, dan pengetahuan langsung anak pada saat bermain.

Salah satu cara anak mendapatkan informasi adalah melalui bermain. Bermain merupakan suatu aktifitas yang menyenangkan karena itu akan lebuh mudah bagi anak menyerap informasi baru yang ia tanggapi dengan sikap yang positif tanpa ada paksaan, selainitu dalam bermain akan membantu anak belajar dalam suasana hati yang menyenangkan tanpa beban.
Bermain membantu anak mengenal dunia, mengembangkan konsep-konsep baru, mengambil resiko, meningkatkan keterampilan social, dan membentuk perilaku. Selain tiu, membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, intelektual, bahasa, social, dan emosional mereka tumbuh dan berkembang. Secara tidak langsung, bermain member kesempatan pada anak untuk menguji tubuhnya, melihat seberapa baik anggota tubuhnya berfungsi. Bermain membantu mereka merasa percaya diri secara fisik, merasa aman, dan mempunyai keyakinan diri ( Athey, 1984 dan Hendrick, 1986 ).

Karakteristik Bermain

            Berbagai pendapat tentang kegiatan bermain anak, membuat para ahli menemukan kesulitan untuk memahami pengertian tentang bermain. Para ahli ini memberikan pendapat dan batasan-batasan yang berbeda, namun kebanyakan tokoh bermain sepakat bahwa terdapat karakteristik-karakteristik tertentu yang membedakan bermain dari tipe-tipe perilaku lain dari manusia ( Bretherton, 1984; Fromberg, 1997, 1990 ), yaitu bermain adalah berikut ini :
1.      Bermain adalah sukarela. Kegiatan bermain yang dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri karena tidak harus memenuhi tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan perannya sendiri dalam bermain.
2.      Bermain adalah pilihan anak. Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang dipaksa untuk bermain, sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka aktivitas itu sudah bukan lagi kegiatan bermain.
3.      Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress.
4.      Bermain adalah simbolik. Bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya, khususnya anak usia dini dikaitkan dengan fantasia tau imajinasi mereka. Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman mereka dengan kenyataan sekarang.
5.      Bermain adalah aktif melakukan kegiatan. Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.

Kegiatan bermain dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini :
1.      Motivasi.
Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi oleh motivasi yang kuat yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun. Mereka dengan senang hati akan aktif dalam permainan.
2.      Lingkungan.
Lingkungan yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak menyenangkan, akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas. Oleh sebab itu, perlu disediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktifitas bermain anak.
3.      Perilaku anak.
Perilaku bermain anak bervariasi sesuai tingkat usia, lingkungan dan social ekonomi orang tua. Kegiatan bermain ini muncul perilaku-perilaku yang dapat diarahkan melalui kegiatan bermain dengan program pengembangan seluruh aspek perkembangan anak baik fisik, intelektual, bahasa, serta social emosional. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama teman-teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri yang positif, mempunai rasa percaya diri dan harga diri karena ia merasa memiliki kemampuan tertentu.

Apa yang dapat dilakukan oleh pendidik ?

            Dalam merencanakan dan mengatur aktivitas bermain, pendidik hendaknya menyediakan tempat dan menciptakan situasi yang menyenagkan sehingga dapat merangsang anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak. Dengan mempersiapkan alat permainan yang memadai dan lingkungan belajar yang kaya, pertumbuhan anak akan cepat berkembang. Disinlah perlunya daya imajinasi pendidik dalam menciptakan alat permainan dan sumber belajar dengan bahan yang ada. Sebagai pendidik harusnya merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan maupun pengaturan waktu. Disamping itu, pendidik juga mengatur penempatan semua peralatan dan peraotan yang akan digunakan. Alat permainan, peralatan maupun kegiatan yang dipersiapkan oleh guru harus memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Usaha yang keras dan tepat dari seorang pendidik akan memberikan hasil yang terbaik kepada ank sehingga akan menentukan kualitas dalam kegiatan bermain.
Beberapa pijakan yang dilakukan pendidik :
1.       Pijakan penataan lingkungan bermain anak perlu dilakukan pendidik karena anak menggunakan seluruh inderanya untuk belajar dari orang-orang dan lingkungan sekitar.
2.       Pijakan sebelum bermain perlu dilakukan pendidik karena dukungan orang dewasa yang memahami anak akan mempercepat proses belajar anak, dan anak dapat bereksplorasi dengan alat dan bahan secara tepat bils mereka memahami fungsi dan cara menggunakan alat serta bahan tersebut.
3.       Pijakan selama bermain perludilakukan pendidik yaitu dengan cara memahami pikiran anak, memperluas gagasan atau ide bagi anak, dan memperkuat pemahaman anak terhadap konsep yang ditemukannya.
4.       Pijakan setelah bermain yang perlu dilakukan pendidik yaitu dengan cara membangun kemampuan anak untuk mengingat kembali apa yang dilakukannya, memperkuat konsep yang telah ditemukan anak ketika bermain, mengembangkan kemampuan bahasa dan komunikasi, mengembangkan kemampuan social, dan mengembangkan kemampuan pengendalian diri.

Kesimpulan

Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. melalui kegiatan bermain, banyak hal yang bisa dikembangkan dari seorang individu anak, yaitu saraf-saraf motoriknya, baik kasar maupun halus, sikap emosional, kecerdasan, sikap social emosional, kognitif, bahasa, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama, kedisiplinan, dan lain-lain. Untuk itu pelulah pendidik mengetahui pentingnya bermian untuk anak usia dini. Selain itu, sebagai seorang pendidik harus dapat merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan maupun pengaturan waktu. Agra kegiatan permainan yang dilakukan bersama anak akan berjalan dengan baik, berguna bagi anak dan perkembangannya, serta memberi pengalaman yang bermakna bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Widarmi. 2013. Kurikulum PAUD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Montolalu B.E.F, dkk . 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka
Aman simare-mare. 2014. Psikologi Perkembangan Anak I. Medan
Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Fairuzul Mumtaz dan Thobroni, M. 2011. Mendongkrak Kecerdasan Anak Melalui Bermain dan Permainan. Yogyakarta: KataHati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar