Oleh Putri Puspitasari
1142113009
PG.PAUD REG.A 2014
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan
PG.PAUD REG.A 2014
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan
Abstrak
Bermain
dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bermain sangat
penting bagi perkembangan anak baik itu fisik, kognitif, social-emosional,
bahasa, kecerdasan, sikap sosial, perilaku
bekerja mandiri dan bekerjasama, kedisiplinan, dan lain-lain. Bermain merupakan
kegiatan yang dilakukan anak secara semata-semata demi kesenangan dan tidak ada
tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Untuk itu,
pendidik hendaknya harus tahu dan mengerti tentang konsep bermain, tahap-tahap
bermain, dan bermain apa yang penting bagi anak usia dini. Selain itu sebagai
seorang pendidik, hendaknya menyediakan lingkungan bermain, sumber atau media
bermain yang cocok dan diperlukan oleh anak usia dini.
Kata kunci : Anak,
Bermain, Tahap-tahap Bermain, Karakteristik Bermain
Pendahuluan
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Dunia anak adalah dunia bermain. Aktivitas bermain yang
dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain
menjadi kegiatan penting dalam pendidikan anak usia dini. Oleh karena
pentingnya bermain, lembaga-lembaga pendidikan mulai menerapkan system bermain
dalam proses belajarnya .
Pentingnya Bermain Untuk Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan baik
rohani maupun jasmani agar anak lebih siap dalam menapaki pendidikan lebih
lanjut. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 : 14, Pasal
28), yaitu “Pembinaan
yang ditunjukan kepada anak dini didefinisikan sebagai suatu upaya usia 6 tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Menurut UU No.28 Tahun 2003
Tentang Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 28 yang berisi “PAUD diselenggarakan
sebelum Pendidikan dasar; PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal dan informal; Jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak, RA
atau yang sederajat; Jalur formal berbentuk KB, Tempat Penitipan Anak atau yang
sederajat; Jalur informal berbentuk pendidikan keluarga”.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara semata-semata
demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran yang ingin dicapai.
Bermain merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari anak. Berdasarkan
pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli dapat disimpulkan bahwa
bermain mempunyai arti sebagai berikut :
a.
Anak memperoleh kesempatan
mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya
b.
Anak akan menemukan dirinya, yaitu
kekuatan dan kelemahannya, kemampuannya serta juga minat dan kebutuhannya.
c.
Memberikan peluang bagi anak untuk
berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psikososial
serta emosional).
d.
Anak terbiasa menggunakan seluruh
aspek pancainderanya sehingga terlatih dengan baik.
e.
Secara alamiah memotivasi anak untuk
mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.
Sejak abad ke-19, bermunculan
teori tentang bermain yang dikemukakan oleh para ahli dari berbagai disiplin
ilmu, yang memperlihatkan betapa pentingnya bermain bagi manusia, khususnya
dalam masa perkembangannya sebagai anak.
Pendapat pertama tentang bermain oleh Schaller
dan Lazarus membedakan antara bermain disatu pihak dengan bekerja di lain pihak
yang membutuhkan suatu keseriusan (seriousness).
Apabila seseorang telah lelah bekerja maka ia memerlukan bermain untuk
menghilangkan kepenatannya akibat bekerja.
Dilanjutkan oleh Herbart
Spencer, mengemukakan bahwa bermain dipandang sebagai penutup atau klep
keselamatan pada mesin uap. Energi atau tenaga yang berlebih pada seseorang
perlu dibuang atau dilepaskan melalui bermain. Teori ini sering dikenal dengan
teori Surplus Energi yang mengatakan bahwa anak bermain (melompat, memanjat,
berlari dan lain sebagainya) merupakan manifestasi dari energi yang ada dari
dalam diri anak. Bermain menurut Spencer bertujuan untuk mengisi kembali energi
seseorang anak yang telah melemah
Pendapat
selajutnya dari Karl Groos dan Maria Montessori, mengemukakan bahwa bermain
dimaksudkan untuk mengembangkan fungsi yang tersembunyi dalam diri seseorang
individu. Teori ini biasanya dikenal dengan Teori Fungsi. Contohnya, seekor
anak kucing yang bermain dengan seekor induknya, sebenarnya kegiatan itu
berfungsi untuk latihan menangkap tikus dalam rangka mempertahankan hidup.
Seorang
pakar sejarah, Jhon Huizinga (1938) dalam salah satu karyanya sampai pada satu
kesimpulan bahwa kebutuhan bermain adalah yang membedakan manusia dari hewan,
bahkan melalui permainannya itu terpantul pula kebudayaannya.
Susan
Issacs (1993) percaya bahwa bermain mempertinggi semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ia membela hak-hak anak untuk bermain dan mengajak para
orang tua untuk mendukung kegiatan bermain anak sebagai sumber belajar alami
yang penting bagi anak.
Sigmund Freud dan Erik
Erikson berdasarkan Teori Psychoanalytic mengatakan bahwa melihat bermain anak
sebagai alat penting bagi pelepasan emosinya serta untuk mengembangkan rasa
harga diri ketika anak dapat menguasai tubuhnya, benda-benda serta sejumlah
keterampilan social. Menurut Freud, melalui bermain dan berfantasi anak dapat
mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman yang tidak dapat
diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main perang-perangan untuk
mengekspresikan dirinya, anak yang meninju boneka dan pura-pura bertarung untuk
menunjukkan kekesalannya.
Teori
Cognitive-Developmental dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa kegiatan
bermain berkaitan dengan perkembangan intelektual. Piaget (1963) berpendapat
bahwa anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui
interaksi mereka. Mereka berlatih menggunakan informasi-informasi yang sudah
mereka dengar sebelumnya dengan menggabungkan informasi-informasi baru dengan
keterampilan- keterampilan yang sudah dikenal. Mereka juga menguji
pengalamannya dengan gagasan-gagasan baru. Melalui bermain, individu menjelajah
dunia, mengembangkan kemampuan untuk menguasai dunia, dan menumbuhkembangkan
kreativitas.
Berdasarkan kajian tersebut maka bermain sangat penting bagi
anak usia dini karena melalui
kegiatan bermain, banyak hal yang bisa dikembangkan dari seorang individu anak,
yaitu saraf-saraf motoriknya, baik kasar maupun halus, sikap emosional,
kecerdasan, sikap sosial, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama,
kedisiplinan, dan lain-lain.
Bermain
mengembangkan aspek sosial emosional anak yaitu melalui bermain anak mempunyai
rasa memiliki, merasa menjadi bagian/diterima dalam kelompok, belajar untuk
hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada. Dengan
bermain dalam kelompok anak juga akan belajar untuk menyesuaikan tingkah
lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai diri dan egonya, belajar
menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari
sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak
bermain imajinasi dan sosiodrama.
Aspek kognitif
berkembang pada saat anak bermain yaitu anak akan belajar berbagai pengetahuan
dan konsep dasar. Melalui bermain anak juga memperoleh pemenuhan dari rasa
ingin tahunya. Saat bermain anak mendapat banyak latihan untuk mengamati
sendiri, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan disamping itu juga terlatih
untuk melihat dan mengamati sendiri, berfikir sendiri, dan berbuat sendiri,
lama kelamaan ia akan dapat menemukan cara-cara sendiri dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Latihan-latihan yang demikian berguna untuk anak dapat
mengembangkan kemampuan berfikir mereka dari konkret ke abstrak.
Tahap-tahap bermain yang dilalui anak
Agar
dapat memberikan bimbingan kepada anak dengan sebaik-baiknya, pendidik perlu
mengetahui bahwa pada umumnya anak akan melalui tingkatan-tingkatan atau
tahap-tahap bermain. Tahap-tahap tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Tahap Manipulatif
Pada
umumnya tahap ini terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Dengan alat-alat atau benda
yang ia pegang, anak akan melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik,
meraba-raba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali, meraba-raba
dan sebaginya. Kegiatan bermain ini memang terlihat tidak ada manfaatnya namun
dengan begitu anak-anak dapat mengenal sifat dan fungsinya, mereka juga
memperoleh pengalaman dan keterampilan manipulatif yang diperlukan untuk
melangkah ke tahap berikutnya.
2. Tahap Simbolis
Pada
umumnya anak yang berada pada tahap simbolis adalah anak yang berusia 3-4
tahun. Pada tahap ini kadang-kadang anak kembali lagi melakukan kegiatan
seperti yang dilakukan pada tahap manipulatif. Namun, hasil ciptaannya sudah
terlihat bentuk-bentuk walaupun masih kabur dan anak kadang-kadang berbicara
sendiri tentang apa yang dibuatnya sesuai dengan fantasinya. Ini menandakan
bahwa fantasi anak sudah berkembang.
3. Tahap Eksplorasi
Pada
tahap ini anak sering bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam
bermain. Misalkan di bak pasir, ia melakukan penyelidikan dan penemuan tentang
sifat pasir serta alat-alat perlengkapan yang digunakan. Kegiatan ini terlihat
tdak berarti, tetapi anak berda dalam tahap eksplorasidan mulai memperoleh
penemuan-penemuan besar tentang sifat-sifat pasir basah, pasir kering dan
memupuk keterampilan manipulatif dari kesibukan yang dilakukan.
4. Tahap Eksperimen
Setelah
anak-anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap sebelumnya, mereka mulai
melakukan percobaan-percobaan. Perhatian mereka mulai tertuju pada kegiatan bentuk
dan ukuran menyamakan bentuk dan ukuran, serta memilih bentuk-bentuk tertentu
yang akan digunakan dalam membuat sesuatu. Pada umumnya anak yang berada pada
tahap ini adalah anak yang berusia 4-5 tahun.
5. Tahap dapat Dikenal
Anak
usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun
bentuk-bentuk yang realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat
anak dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk yang dibuatnya sudah dapat
dimengerti oleh orang lain yang melihat karena sudah mendekati bentu-bentuk yang
sesungguhnya.. sering juga ank yang berda pada tahap bermain ini membuat
sesuatu bersama, mereka belajar menentukan apa yang akan dibuatnya bersama,
merundingkan apa yang akan diperlukan, alat perlengkapan yang akan dipakai,
membagi tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab atas berhasilnya kegiatan
yang mereka lakukan bersama.
Bermain memberi kontribusi alamiah untuk belajar dan berkembang, dan tidak ada satu program pun yang dapat menggantikan pengamatan, aktivitas, dan pengetahuan langsung anak pada saat bermain.
Salah satu cara anak
mendapatkan informasi adalah melalui bermain. Bermain merupakan suatu aktifitas
yang menyenangkan karena itu akan lebuh mudah bagi anak menyerap informasi baru
yang ia tanggapi dengan sikap yang positif tanpa ada paksaan, selainitu dalam
bermain akan membantu anak belajar dalam suasana hati yang menyenangkan tanpa
beban.
Bermain membantu anak
mengenal dunia, mengembangkan konsep-konsep baru, mengambil resiko,
meningkatkan keterampilan social, dan membentuk perilaku. Selain tiu, membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, intelektual, bahasa, social, dan
emosional mereka tumbuh dan berkembang. Secara tidak langsung, bermain member
kesempatan pada anak untuk menguji tubuhnya, melihat seberapa baik anggota
tubuhnya berfungsi. Bermain membantu mereka merasa percaya diri secara fisik,
merasa aman, dan mempunyai keyakinan diri ( Athey, 1984 dan Hendrick, 1986 ).
Karakteristik Bermain
Berbagai
pendapat tentang kegiatan bermain anak, membuat para ahli menemukan kesulitan
untuk memahami pengertian tentang bermain. Para ahli ini memberikan pendapat
dan batasan-batasan yang berbeda, namun kebanyakan tokoh bermain sepakat bahwa
terdapat karakteristik-karakteristik tertentu yang membedakan bermain dari
tipe-tipe perilaku lain dari manusia ( Bretherton, 1984; Fromberg, 1997, 1990 ),
yaitu bermain adalah berikut ini :
1. Bermain
adalah sukarela. Kegiatan bermain yang dilakukan anak adalah suatu kepuasan
tersendiri karena tidak harus memenuhi tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah
yang menentukan perannya sendiri dalam bermain.
2. Bermain
adalah pilihan anak. Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang
dipaksa untuk bermain, sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka
aktivitas itu sudah bukan lagi kegiatan bermain.
3. Bermain
adalah kegiatan yang menyenangkan. Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam
melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress.
4. Bermain
adalah simbolik. Bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya,
khususnya anak usia dini dikaitkan dengan fantasia tau imajinasi mereka.
Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman mereka dengan
kenyataan sekarang.
5. Bermain
adalah aktif melakukan kegiatan. Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen,
dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.
Kegiatan bermain
dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini :
1. Motivasi.
Kegiatan
bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi oleh motivasi yang kuat
yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun. Mereka
dengan senang hati akan aktif dalam permainan.
2. Lingkungan.
Lingkungan
yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak menyenangkan, akan
menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas. Oleh sebab itu, perlu
disediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktifitas
bermain anak.
3. Perilaku
anak.
Perilaku bermain anak
bervariasi sesuai tingkat usia, lingkungan dan social ekonomi orang tua.
Kegiatan bermain ini muncul perilaku-perilaku yang dapat diarahkan melalui
kegiatan bermain dengan program pengembangan seluruh aspek perkembangan anak
baik fisik, intelektual, bahasa, serta social emosional. Dari kegiatan bermain
yang dilakukan bersama teman-teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap
dirinya sendiri tentang kelebihan yang dimiliki sehingga dapat membantu
pembentukan konsep diri yang positif, mempunai rasa percaya diri dan harga diri
karena ia merasa memiliki kemampuan tertentu.
Apa yang dapat dilakukan oleh pendidik ?
Dalam merencanakan dan mengatur aktivitas bermain,
pendidik hendaknya menyediakan tempat dan menciptakan situasi yang menyenagkan
sehingga dapat merangsang anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang sesuai
dengan minat dan taraf perkembangan anak. Dengan mempersiapkan alat permainan
yang memadai dan lingkungan belajar yang kaya, pertumbuhan anak akan cepat
berkembang. Disinlah perlunya daya imajinasi pendidik dalam menciptakan alat
permainan dan sumber belajar dengan bahan yang ada. Sebagai pendidik harusnya
merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan maupun
pengaturan waktu. Disamping itu, pendidik juga mengatur penempatan semua
peralatan dan peraotan yang akan digunakan. Alat permainan, peralatan maupun
kegiatan yang dipersiapkan oleh guru harus memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda. Usaha yang keras dan tepat dari seorang pendidik akan memberikan hasil
yang terbaik kepada ank sehingga akan menentukan kualitas dalam kegiatan
bermain.
Beberapa
pijakan yang dilakukan pendidik :
1.
Pijakan penataan lingkungan bermain anak perlu dilakukan pendidik karena
anak menggunakan seluruh inderanya untuk belajar dari orang-orang dan
lingkungan sekitar.
2.
Pijakan sebelum bermain perlu dilakukan pendidik karena dukungan orang
dewasa yang memahami anak akan mempercepat proses belajar anak, dan anak dapat
bereksplorasi dengan alat dan bahan secara tepat bils mereka memahami fungsi
dan cara menggunakan alat serta bahan tersebut.
3.
Pijakan selama bermain perludilakukan pendidik yaitu dengan cara memahami
pikiran anak, memperluas gagasan atau ide bagi anak, dan memperkuat pemahaman
anak terhadap konsep yang ditemukannya.
4.
Pijakan setelah bermain yang perlu dilakukan pendidik yaitu dengan cara
membangun kemampuan anak untuk mengingat kembali apa yang dilakukannya,
memperkuat konsep yang telah ditemukan anak ketika bermain, mengembangkan
kemampuan bahasa dan komunikasi, mengembangkan kemampuan social, dan
mengembangkan kemampuan pengendalian diri.
Kesimpulan
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain
dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. melalui kegiatan bermain, banyak hal
yang bisa dikembangkan dari seorang individu anak, yaitu saraf-saraf
motoriknya, baik kasar maupun halus, sikap emosional, kecerdasan, sikap social
emosional, kognitif, bahasa, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama,
kedisiplinan, dan lain-lain. Untuk itu pelulah pendidik mengetahui pentingnya
bermian untuk anak usia dini. Selain itu, sebagai seorang pendidik harus dapat merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan,
dan mengevaluasi kegiatan maupun pengaturan waktu. Agra kegiatan permainan yang
dilakukan bersama anak akan berjalan dengan baik, berguna bagi anak dan
perkembangannya, serta memberi pengalaman yang bermakna bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Widarmi. 2013. Kurikulum PAUD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Montolalu B.E.F, dkk . 2009. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta :
Universitas Terbuka
Aman simare-mare. 2014. Psikologi Perkembangan Anak I. Medan
Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo
Fairuzul Mumtaz dan Thobroni, M. 2011. Mendongkrak Kecerdasan Anak Melalui Bermain
dan Permainan. Yogyakarta: KataHati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar