Rabu, 27 April 2016

Pengembangan Pembelajaran Sains dengan Berbagai Model Program Pendekatan




Windi Nurika
1141113038
Program Studi PG.PAUD 2014
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK
Pembelajaran sains memang tidak tercantum didalam kurikulum TK, akan tetapi sains tetap ada  disetiap pembahasan tema dan terpadu dengan bidang ilmu lainnya. Sains termasuk  hasil dari  pemerolehan kognisi yang didapat anak melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Dimana sains berguna untuk menambah pengetahuan tentang alam sekitar dan penting untuk ditanamkan sejak dini. Pembelajaran sains dapat dilakukan dengan berbagai model pendekatan yaitu pendekatan situasional, terpisah dan terintegrasi yang keseluruhan didasarkan pada prinsi pembelajaran aud. Semua model pembelajaran sains baik karena tujuannya hanya satu yakni mengembangan pembelajaran sains. Namun perlu diingat bahwa pemilihan model pendekatan didasarkan pada minat dan karakteristik anak. Peran guru yang notabene sebagai fasilitator, observer dan ebaluator sangat dibutuhkan demi keberlangsungan kegiatan yang bermakna.

kata kunci : sains, pengembangan pembelajaran sains, model pendekatan

PENDAHULUAN.

Pada kurikulum tahun 2004  Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Aftal menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik, kemandirian dan  seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Salah satu hasil belajar dalam aspek kognisi ialah anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana.
Dalam jurnal suyanto mengatakan, Mata pelajaran Sains memang tidak tercantum di dalam kurikulum TK, tetapi hal itu bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada dan terpadu dengan bidang lainnya hampir di setiap tema. Pembelajaran sains yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan  anak dan menggunakan model program pendekatan yang sesuai akan mengembangkan kemampuann berpikir  logis anak yang belum ia miliki.
Pada kurikulum 2004 berbasis Kompetensi TK dan RA, menjelaskan pendekatan pembelajaran materi Sains dillakukan dengan berpedoman pada program kegiatan  yang telah disusun, sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan  dengan sebaik-baiknya dan optimal.
Model pendekatan yang bisa diterapkan dalam pengembangan sains diantaranya pendekatan situasional, pendekatan terpisah, dan pendekatan terintegrasi (merger). Model pendekattan tersebut bisa dilakukan oleh guru, hanya saja  disesuaikan penempatannya dengan karakteristik anak. Setiap model  pengembangan memang mempunyai kelemahan dan kelebihan, tetapi semua tergantung oleh guru ingin menggunakan model pengembangan yang mana.

PEMBAHASAN

A.    Hakikat Anak Usia Dini

Siapakah anak usia dini itu? Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandangannya masing-masing. Termasuk juga para ahli, secara umum pengertian anak usia dini  dikategorikan menjadi 3 tinjaun dimensi yaitu:
1)      Tinjauan anak berdasarkan dimensi usia kronologis
Hakikat anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun. Hurlock mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal adalah usia prasekolah atau kelompok usia 2 sampai 6 tahun.
2)      Tinjauan anak berdasarkan sudut pandang filosofis.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, anak ialah makhluk hidup yang memiliki kodratnya masing-masing. Kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya ini, jika anak memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas  pendidik untuk membantunya menjadi baik. Jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik lagi jika dibantu melalui pendidikan.
3)      Tinjauan anak berdasarkan karakteristik perkembangannya.
Gesel berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak konsep kematangan adalah sangat mendasar. Ia berpendapat bahwa anak diarahkan “from within (menjadi), by the action of the genes”. Selanjutnya  Rousseau berpendapat bahwa  perilaku adalah hasil dari proses tumbuh kembang sesuai hukum alam.

Berdasarkan penjelasan terkait dengan anak usia dini diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini merupakan sosok individu yang berada dalam rentangan usia 0 sampai 6 tahun dan memiliki karakteristik masing-masing baik dari  segi kognitif, bahasa, sosem, dan fisik motorik. Dimana anak usia dini yang notabene usia emas dan  perlu dukungan dari lingkungannya demi kemajuan individu anak salah satunya melalui PAUD.

B.     Hakikat SAINS

1.      Pengertian Sains

Dari sudut bahasa, sains atau Science (bahasa inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Menurut James Conant, sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih lanjut.
Secara keseluruhan, sains dapat dipandang sebagai kesatuan dari produk, proses dan sikap. Sains termasuk bidang ilmu yang dipelajari oleh berbagai tingkat pendidikan termasuk pendidikan anak usia dini.

2.      Tujuan pengembangan pembelajaran sains

Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu agar peka terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Artinya agar individu menerapkan  ruang lingkup sains yang terdiri dari 2 bagian besar berupa isi bahan kajian dan bidang pengembangan sains (produk, proses dan sikap) di kehidupannya. Melalui pembelajaran sains anak diajak mengetahui bahwa pembelajaran sains lebih dari sekedar fakta, bagaimana fakta-fakta tersebut memberikan informasi yang lebih bermakna bagi anak. Artinya agar anak tau bahwa sains bukan hanya berisi  teori ddan fakta  yang membuat  anak bosan untuk mengetahuinya tetapi sains mampu menjadikan mereka tau akan fakta sehingga bertambah pengetahuannya.

3.      Prinsip pendekatan pembelajaran sains

Pendekatan pembelajaran sains memperhatikan prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1)      Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak.
Kebutuhan anak usia  dini salah satunya rasa aman. Jika kebutuhan fisik dan psikologisnya sudah terpenuhi  maka anak akan belajar dengan baik. Cara belajar  anak usia dini ialah dengan pengulangan serta penegasan. Guru diharapkan untuk tidak henti-hentinya mengulang materi serta menegaskan jawaban yang sesungguhnya. Dalam pembelajaran sains, terlebih dahulu tumbuhkan minat anak, jika minatnya sudah tumbuh kemudian kita berikan ia motivasi dan tentunya pembelajaran yang kita berikan pun optimal.
2)      Bermain sambil belajar.
Bermain adalah kebutuhan mutlak anak dan merupakan kegiatan yang menyenangkan baginya. Dengan melakukan pembelajarn sambil bermain maka kegiatan itu akan bermakna bagi anak karena pembelajaran tidak dilakukan secara monoton.
3)      Selektif, kreatif dan inovatif
Penyuguhan materi sains hendaklah dipilh sedemikian rupa berdasarkan tahap perkembangan anak. Rancang pembelajaran yang menimbulkan sikap kritis bagi  anak sehingga ia akan memunculkan hal yang kreatif dan inovatif yang tidak diduga-duga.

C.    Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains

1.      Pendekatan yang  bersifat situasional

Maksudnya adalah pembahasan tentang sains akan diulas secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul ‘fenomena’ yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar. Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya konteks sains dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran sains muncul berdasarkan situasi yang terjadi dan kemudian diarahkkan pada pembahasan mengenai sains itu sendiri, tetapi jika tidak muncul fenomena sains maka tidak akan ada pembahasan sains. Sebagai contoh, jika sedang berlangsung pembelajaran, namun bukan pembelajaran sains kemudian ada anak yang bertanya ke arah pembelajaran sains maka guru harus mengembangkannya dengan membahas pertanyaan anak tersebut agar anak tidak penasaran dan bertanya-tanya lagi dan tentunya pengetahuan sainsnya pun bertambah. Kekurangan model pendekatan ini ialah bergantung pada  minat anak, jika anak tidak memiliki minat untuk bertanya tentang sains maka pemgembangan sains pun tidak berlangsung.

2.      Pendekatan yang bersifat tersendiri atau terpisah.

Maksudnya ialah program pengembangan pembelajaran sains dilakukan dan dikemas secara khusus atau terpisah. Pembelajaran sains dirancang dan disetting tersendiri tanpa bercampu dengan bidang pengembangan lainnya berdasarkan karakteristik pembelajaran sains serta karakteristtik anak yang sesuai dengan tuntutan penguasaan sains.  Dalam pendekatan ini pembelajaran sains akan lebih efektif  karena memiliki waktu dan ruang tersendiri namun berlandaskan kurikulum pembelajaran sains.
Guru merancang pembelajaran sains sendiri dari mulai menentukan tema, sub tema, indicator, kegiatan apa saja yang dilakukan, keterampilan proses apa saja yang terjadi, instrument penilaian (sikap, kegiatan dan keterampilan proses).
Rancangan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a.       Tema
Tema adalah mengenai pokok dari judul apa yang akan kita berikan. Tema biasanya menyangkut hal-hal yang bersifat umum. Misalnya temanya tanaman.
b.      Subtema
Subtema adalah pengklasifikasian dari tema tersebut. Jika temanya tanaman maka subtemanya pertumbuhan tanaman.
c.       Tujuan (indicator)
Tujuan berisikan alasan mengapa mengambil tema tersebut dan apa manfaat yang bisa diambil.
d.      Alat dan bahan.
Peralatan apa saja yang perlu digunakan dalam pembeajaran sains tersebut.
e.       Kegiatan
Kegiatan adalah aktivitas apa-apa saja yang dilakukan selama proses  pembelajaran sains baik itu kegiatan guru maupun siswanya. Kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Disajikan dalam bentuk table.
f.       Instrument/alat penilaian
Alat penilaian merupakan bentuk penilaian yang disajikan guru sebagai evaluator, observer, dan elaborator. Guru menilai sikap, prosedur dan keterampilan proses yang dilakukan oleh siswa disajikan dalam bentuk table. Guna dari adanya alat penilaian ini agar guru dapatt mengetahui sejauh mana pemahaman dan perkembangan anak tentang sains agar kedepannya bisa diadakan perbaikan dan evaluasi.
Contoh alat penilaian kegiatan:
INTRUMEN/ALAT PENILAIAN KEGIATAN :
No
Nama siswa
Aspek
Cara menggunakan alat dan bahan

Prosedur kerja
Produk hasil karya
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1










2










3










4











INDIKATOR PENILAIAN:
Indikator penilaian penggunaan alat
(1)   Anak belum mampu menggunakan alat dan bahan
(2)   Anak mampu menggunakan alat dan bahan tetapi belum sempurna
(3)   Anak telah mampu menggunakan alat dan bahan.
Indikator Prosedur Kerja
(1)   Anak belum mampu melaksanakan prosedur kerja sesuai yang diharapkan
(2)   Anak mampu melaksanakan prosedur kerja tetapi belum tepat.
(3)   Anak telah mampu melaksanakan prosedur kerja dengan tepat dan mandiri.
Indikator produk hasil karya :
(1)   Hasil karya anak belum sesuai
(2)   Hasil karya anak sudah mendekati sempurna
(3)   Hasil karya anak sudah sesuai.
Pengisian table disesuaikan pada tingkatan  perkembangan yang terjadi oleh anak.
Dalam pendekatan ini guru harus  aktif karena disini gurulah yang menentukan bermakna  tidaknya pembelajaran sains tersebut. Dalam memulai pembelajaran hendaknya terlebih dahulu guru merangsang minat anak agar anak pun tertarik melakukannya sehingga dalam proses pembelajaran anak pun akan memaknainya. Selain itu perlunya pengelolaan lingkungan yang baik karena lingkungan merupakan salah satu factor penentu kunci keberhasilan dalam membangun kemampuan dan perilaku anak. Ciptakanlah lingkungan yang kondusif bagi anak jadi  jika  ada seorang anak yang mengeluarkan ide kreatif maupun pertanyaan yang harus dijawab oleh guru (pendekatan spontanitas) mampu mengembangkannya dan anak tidak kecewa.
3.      Pendekatan  yang besifat merger atau terintegrasi
Merger artinya penggabungan. Maksud dari program pembelajaran ini ialah penggabungan antara pembelajaran sains dengan disiplin ilmu lain sehingga pengembangan kurikulumnya pun semakin luas dan terpadu. Misalnya dalam tema pembelajaran sains tentang binatang tersebut, pendekatan mergernya dibuat antara sains dan bahasa. Siswa diberi pembelajaran bahsa juga, setelah mereka mengenal binatang contohnya rusa maka bisa diajarkan penulisan rusa, cara membacanya, dan pengenalan hurufnya. Dengan pendekatan ini  maka anak akan mendapatkan pembelajaran sains yang bervariasi sehingga anak tidak akan bosan.
Dari penjelasan berbagai macam model pendekatan tersebut timbul satu pertanyaan, manakah model pendekatan yang lebih efektif untuk mengembangkan pembelajaran sains pada anak usia dini? Pertanyaan tersebut akan sulit untuk dijawab sebab masing-masing model pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga semuanya dikembalikan ada tujuan pembelajaran dan disadarkan ada kebutuhan anak.
Semuanya kembali lagi pada  hakekat anak usia dan hakekat sains bahwa anak mempelajari sains berdasarkan karakteristiknya, jika pembelajaran menekankan pada minat dan motivasi diri maka pilihlah pendekatan situasional karena disaat minat anak muncul kita langsung memberi pemahaman kepadanya sehingga ia akan mudah mengingatnya. Jika menekankan pada pemahaman seutuhnya maka pilihlah pendekatan terpisah karena anak akan mempunyai banyak waktu dan kesempatan dalam mempelajari sains. Dan jika ingin mengembangkan keduanya maka pilihlah pendekatan terintegrasi.
Menurut penulis semua model pembelajaran sains itu bagus karena semua berguna demi pengembangan pembelajaran sains itu sendiri. Namun yang lebih tepat digunakan ialah pendekatan merger atau terintegrasi karena pendekatan tersebut bukan hanya menekankan pada aspek sains semata tetapi bidang ilmu lainnya sehingga ada variasi pembelajaran yang membuat anak merasa nyaman dan tentunya ia bukan hanya memperoleh pengalaman sains tetapi juga pengembangan bidang ilmu lain.

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran sains hendaknya berdasarkan hakekat aud dan hakekat sains sehingga dengan pendekatan yang manapun pengembangan pembelajaran sains itu akan terlihat karena dilandaskan pada kebutuhan anak.

Saran

Guru yang berperan sebagai fasilitator, observer dan evaluator hendaknya benar-benar menilai dengan objektif demi perkembangan anak melalui pembelajaran yang bermakna.

DAFTAR  PUSTAKA

Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran  Sains pada Anak Usia Dini : Jakarta. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak: Jakarta. PT INDEKS
Busthom, Yazid. 2012. Panduan PAUD melejitkan potensi dan Kecerdasan Anak: Jakarta. CITRA PUBLISHING
Mariyana, Rita, Ali Nugraha & Yeni Rachmawati. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar: Jakarta. KENCANA.
Iffatur, Luluk. 2012. Model Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini. PEDAGOGIA. Vol.1 No. 2. http://journal.umsida.ac.id/files/LulukV1.2.pdf. 22 April 2015
Suyanto, Slamet. Pengenalan Sains Untuk Anak TK dengan Pendekatan “OPEN INQUIRY”. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930139/journal%20PENGENALAN%20SAINS%20UNTUK%20ANAK%20TK.pdf. 28 April 2015






Tidak ada komentar:

Posting Komentar