Windi
Nurika
1141113038
Program
Studi PG.PAUD 2014
Universitas
Negeri Medan
ABSTRAK
Pembelajaran
sains memang tidak tercantum didalam kurikulum TK, akan tetapi sains tetap
ada disetiap pembahasan tema dan terpadu
dengan bidang ilmu lainnya. Sains termasuk
hasil dari pemerolehan kognisi
yang didapat anak melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Dimana sains berguna untuk
menambah pengetahuan tentang alam sekitar dan penting untuk ditanamkan sejak
dini. Pembelajaran sains dapat dilakukan dengan berbagai model pendekatan yaitu
pendekatan situasional, terpisah dan terintegrasi yang keseluruhan didasarkan
pada prinsi pembelajaran aud. Semua model pembelajaran sains baik karena
tujuannya hanya satu yakni mengembangan pembelajaran sains. Namun perlu diingat
bahwa pemilihan model pendekatan didasarkan pada minat dan karakteristik anak. Peran
guru yang notabene sebagai fasilitator, observer dan ebaluator sangat
dibutuhkan demi keberlangsungan kegiatan yang bermakna.
kata kunci : sains, pengembangan pembelajaran
sains, model pendekatan
PENDAHULUAN.
Pada kurikulum tahun 2004 Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Aftal
menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah membantu anak
didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik meliputi moral dan
nilai-nilai agama, social emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar. Salah satu
hasil belajar dalam aspek kognisi ialah anak dapat mengenal konsep-konsep sains
sederhana.
Dalam jurnal suyanto
mengatakan, Mata pelajaran Sains memang tidak tercantum di dalam kurikulum TK,
tetapi hal itu bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada
dan terpadu dengan bidang lainnya hampir di setiap tema. Pembelajaran sains
yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dan menggunakan model program pendekatan
yang sesuai akan mengembangkan kemampuann berpikir logis anak yang belum ia miliki.
Pada kurikulum 2004 berbasis
Kompetensi TK dan RA, menjelaskan pendekatan pembelajaran materi Sains
dillakukan dengan berpedoman pada program kegiatan yang telah disusun, sehingga seluruh
pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya dan optimal.
Model pendekatan yang bisa
diterapkan dalam pengembangan sains diantaranya pendekatan situasional,
pendekatan terpisah, dan pendekatan terintegrasi (merger). Model pendekattan tersebut bisa dilakukan oleh guru, hanya
saja disesuaikan penempatannya dengan
karakteristik anak. Setiap model pengembangan
memang mempunyai kelemahan dan kelebihan, tetapi semua tergantung oleh guru
ingin menggunakan model pengembangan yang mana.
PEMBAHASAN
A. Hakikat Anak Usia Dini
Siapakah anak usia dini itu? Setiap
orang memiliki jawaban yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandangannya
masing-masing. Termasuk juga para ahli, secara umum pengertian anak usia
dini dikategorikan menjadi 3 tinjaun
dimensi yaitu:
1)
Tinjauan anak berdasarkan dimensi
usia kronologis
Hakikat anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 adalah kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun. Hurlock
mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal adalah usia prasekolah atau kelompok
usia 2 sampai 6 tahun.
2)
Tinjauan anak berdasarkan sudut
pandang filosofis.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, anak ialah makhluk hidup yang memiliki
kodratnya masing-masing. Kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya ini,
jika anak memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik. Jika
anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik lagi jika dibantu
melalui pendidikan.
3)
Tinjauan anak berdasarkan
karakteristik perkembangannya.
Gesel berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak konsep kematangan
adalah sangat mendasar. Ia berpendapat bahwa anak diarahkan “from within
(menjadi), by the action of the genes”. Selanjutnya Rousseau berpendapat bahwa perilaku adalah hasil dari proses tumbuh
kembang sesuai hukum alam.
Berdasarkan penjelasan terkait
dengan anak usia dini diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak usia dini
merupakan sosok individu yang berada dalam rentangan usia 0 sampai 6 tahun dan
memiliki karakteristik masing-masing baik dari
segi kognitif, bahasa, sosem, dan fisik motorik. Dimana anak usia dini
yang notabene usia emas dan perlu
dukungan dari lingkungannya demi kemajuan individu anak salah satunya melalui
PAUD.
B. Hakikat SAINS
1. Pengertian Sains
Dari sudut bahasa, sains atau Science (bahasa
inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya
pengetahuan. Menurut James Conant, sains sebagai suatu deretan konsep serta
skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil
serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji coba lebih
lanjut.
Secara keseluruhan, sains dapat dipandang sebagai
kesatuan dari produk, proses dan sikap. Sains termasuk bidang ilmu yang
dipelajari oleh berbagai tingkat pendidikan termasuk pendidikan anak usia dini.
2. Tujuan pengembangan pembelajaran sains
Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu
agar peka terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan
aspek-aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Artinya
agar individu menerapkan ruang lingkup
sains yang terdiri dari 2 bagian besar berupa isi bahan kajian dan bidang
pengembangan sains (produk, proses dan sikap) di kehidupannya. Melalui
pembelajaran sains anak diajak mengetahui bahwa pembelajaran sains lebih dari
sekedar fakta, bagaimana fakta-fakta tersebut memberikan informasi yang lebih
bermakna bagi anak. Artinya agar anak tau bahwa sains bukan hanya berisi teori ddan fakta yang membuat
anak bosan untuk mengetahuinya tetapi sains mampu menjadikan mereka tau
akan fakta sehingga bertambah pengetahuannya.
3. Prinsip pendekatan pembelajaran sains
Pendekatan pembelajaran sains memperhatikan
prinsip-prinsip yang berorientasi pada kebutuhan anak dengan memperhatikan
hal-hal berikut :
1) Berorientasi
pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak.
Kebutuhan anak usia
dini salah satunya rasa aman. Jika kebutuhan fisik dan psikologisnya sudah
terpenuhi maka anak akan belajar dengan
baik. Cara belajar anak usia dini ialah
dengan pengulangan serta penegasan. Guru diharapkan untuk tidak henti-hentinya mengulang
materi serta menegaskan jawaban yang sesungguhnya. Dalam pembelajaran sains,
terlebih dahulu tumbuhkan minat anak, jika minatnya sudah tumbuh kemudian kita
berikan ia motivasi dan tentunya pembelajaran yang kita berikan pun optimal.
2) Bermain
sambil belajar.
Bermain adalah kebutuhan mutlak anak dan merupakan
kegiatan yang menyenangkan baginya. Dengan melakukan pembelajarn sambil bermain
maka kegiatan itu akan bermakna bagi anak karena pembelajaran tidak dilakukan
secara monoton.
3) Selektif,
kreatif dan inovatif
Penyuguhan materi sains hendaklah dipilh sedemikian
rupa berdasarkan tahap perkembangan anak. Rancang pembelajaran yang menimbulkan
sikap kritis bagi anak sehingga ia akan
memunculkan hal yang kreatif dan inovatif yang tidak diduga-duga.
C. Model Program Pengembangan Pembelajaran Sains
1. Pendekatan yang bersifat situasional
Maksudnya adalah pembahasan tentang sains akan
diulas secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul ‘fenomena’ yang
terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran
belajar. Jadi pendekatan ini sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya
konteks sains dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran sains muncul berdasarkan
situasi yang terjadi dan kemudian diarahkkan pada pembahasan mengenai sains itu
sendiri, tetapi jika tidak muncul fenomena sains maka tidak akan ada pembahasan
sains. Sebagai contoh, jika sedang berlangsung pembelajaran, namun bukan
pembelajaran sains kemudian ada anak yang bertanya ke arah pembelajaran sains
maka guru harus mengembangkannya dengan membahas pertanyaan anak tersebut agar
anak tidak penasaran dan bertanya-tanya lagi dan tentunya pengetahuan sainsnya
pun bertambah. Kekurangan model pendekatan ini ialah bergantung pada minat anak, jika anak tidak memiliki minat
untuk bertanya tentang sains maka pemgembangan sains pun tidak berlangsung.
2. Pendekatan yang bersifat tersendiri atau terpisah.
Maksudnya ialah program pengembangan pembelajaran
sains dilakukan dan dikemas secara khusus atau terpisah. Pembelajaran sains
dirancang dan disetting tersendiri tanpa bercampu dengan bidang pengembangan
lainnya berdasarkan karakteristik pembelajaran sains serta karakteristtik anak
yang sesuai dengan tuntutan penguasaan sains.
Dalam pendekatan ini pembelajaran sains akan lebih efektif karena memiliki waktu dan ruang tersendiri
namun berlandaskan kurikulum pembelajaran sains.
Guru
merancang pembelajaran sains sendiri dari mulai menentukan tema, sub tema,
indicator, kegiatan apa saja yang dilakukan, keterampilan proses apa saja yang
terjadi, instrument penilaian (sikap, kegiatan dan keterampilan proses).
Rancangan
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
a. Tema
Tema adalah mengenai pokok dari judul apa yang akan
kita berikan. Tema biasanya menyangkut hal-hal yang bersifat umum. Misalnya
temanya tanaman.
b. Subtema
Subtema adalah pengklasifikasian dari tema tersebut.
Jika temanya tanaman maka subtemanya pertumbuhan tanaman.
c. Tujuan
(indicator)
Tujuan berisikan alasan mengapa mengambil tema
tersebut dan apa manfaat yang bisa diambil.
d. Alat
dan bahan.
Peralatan
apa saja yang perlu digunakan dalam pembeajaran sains tersebut.
e. Kegiatan
Kegiatan
adalah aktivitas apa-apa saja yang dilakukan selama proses pembelajaran sains baik itu kegiatan guru
maupun siswanya. Kegiatan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Disajikan dalam bentuk table.
f. Instrument/alat
penilaian
Alat penilaian merupakan bentuk penilaian yang
disajikan guru sebagai evaluator, observer, dan elaborator. Guru menilai sikap,
prosedur dan keterampilan proses yang dilakukan oleh siswa disajikan dalam
bentuk table. Guna dari adanya alat penilaian ini agar guru dapatt mengetahui
sejauh mana pemahaman dan perkembangan anak tentang sains agar kedepannya bisa
diadakan perbaikan dan evaluasi.
Contoh
alat penilaian kegiatan:
INTRUMEN/ALAT PENILAIAN
KEGIATAN :
No
|
Nama
siswa
|
Aspek
|
||||||||
Cara
menggunakan alat dan bahan
|
Prosedur
kerja
|
Produk
hasil karya
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||
1
|
||||||||||
2
|
||||||||||
3
|
||||||||||
4
|
INDIKATOR PENILAIAN:
Indikator
penilaian penggunaan alat
(1) Anak
belum mampu menggunakan alat dan bahan
(2) Anak
mampu menggunakan alat dan bahan tetapi belum sempurna
(3) Anak
telah mampu menggunakan alat dan bahan.
Indikator
Prosedur Kerja
(1) Anak
belum mampu melaksanakan prosedur kerja sesuai yang diharapkan
(2) Anak
mampu melaksanakan prosedur kerja tetapi belum tepat.
(3) Anak
telah mampu melaksanakan prosedur kerja dengan tepat dan mandiri.
Indikator
produk hasil karya :
(1) Hasil
karya anak belum sesuai
(2) Hasil
karya anak sudah mendekati sempurna
(3) Hasil
karya anak sudah sesuai.
Pengisian
table disesuaikan pada tingkatan
perkembangan yang terjadi oleh anak.
Dalam pendekatan ini guru harus aktif karena disini gurulah yang menentukan
bermakna tidaknya pembelajaran sains
tersebut. Dalam memulai pembelajaran hendaknya terlebih dahulu guru merangsang
minat anak agar anak pun tertarik melakukannya sehingga dalam proses
pembelajaran anak pun akan memaknainya. Selain itu perlunya pengelolaan
lingkungan yang baik karena lingkungan merupakan salah satu factor penentu
kunci keberhasilan dalam membangun kemampuan dan perilaku anak. Ciptakanlah
lingkungan yang kondusif bagi anak jadi
jika ada seorang anak yang
mengeluarkan ide kreatif maupun pertanyaan yang harus dijawab oleh guru
(pendekatan spontanitas) mampu mengembangkannya dan anak tidak kecewa.
3.
Pendekatan yang besifat merger atau terintegrasi
Merger
artinya penggabungan. Maksud dari program pembelajaran ini ialah penggabungan
antara pembelajaran sains dengan disiplin ilmu lain sehingga pengembangan
kurikulumnya pun semakin luas dan terpadu. Misalnya dalam tema pembelajaran
sains tentang binatang tersebut, pendekatan mergernya
dibuat antara sains dan bahasa. Siswa diberi pembelajaran bahsa juga, setelah
mereka mengenal binatang contohnya rusa maka bisa diajarkan penulisan rusa,
cara membacanya, dan pengenalan hurufnya. Dengan pendekatan ini maka anak akan mendapatkan pembelajaran sains
yang bervariasi sehingga anak tidak akan bosan.
Dari penjelasan berbagai macam model pendekatan
tersebut timbul satu pertanyaan, manakah model pendekatan yang lebih efektif
untuk mengembangkan pembelajaran sains pada anak usia dini? Pertanyaan tersebut
akan sulit untuk dijawab sebab masing-masing model pendekatan memiliki
kelebihan dan kelemahan sehingga semuanya dikembalikan ada tujuan pembelajaran
dan disadarkan ada kebutuhan anak.
Semuanya kembali lagi pada hakekat anak usia dan hakekat sains bahwa
anak mempelajari sains berdasarkan karakteristiknya, jika pembelajaran
menekankan pada minat dan motivasi diri maka pilihlah pendekatan situasional
karena disaat minat anak muncul kita langsung memberi pemahaman kepadanya
sehingga ia akan mudah mengingatnya. Jika menekankan pada pemahaman seutuhnya
maka pilihlah pendekatan terpisah karena anak akan mempunyai banyak waktu dan
kesempatan dalam mempelajari sains. Dan jika ingin mengembangkan keduanya maka
pilihlah pendekatan terintegrasi.
Menurut penulis semua model pembelajaran sains itu
bagus karena semua berguna demi pengembangan pembelajaran sains itu sendiri.
Namun yang lebih tepat digunakan ialah pendekatan merger atau terintegrasi
karena pendekatan tersebut bukan hanya menekankan pada aspek sains semata
tetapi bidang ilmu lainnya sehingga ada variasi pembelajaran yang membuat anak
merasa nyaman dan tentunya ia bukan hanya memperoleh pengalaman sains tetapi
juga pengembangan bidang ilmu lain.
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran sains hendaknya berdasarkan hakekat aud
dan hakekat sains sehingga dengan pendekatan yang manapun pengembangan
pembelajaran sains itu akan terlihat karena dilandaskan pada kebutuhan anak.
Saran
Guru
yang berperan sebagai fasilitator, observer dan evaluator hendaknya benar-benar
menilai dengan objektif demi perkembangan anak melalui pembelajaran yang
bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha,
Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini : Jakarta. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman
Kanak-Kanak: Jakarta. PT INDEKS
Busthom, Yazid. 2012. Panduan PAUD melejitkan potensi dan
Kecerdasan Anak: Jakarta. CITRA PUBLISHING
Mariyana, Rita, Ali Nugraha &
Yeni Rachmawati. 2010. Pengelolaan
Lingkungan Belajar: Jakarta. KENCANA.
Iffatur, Luluk. 2012. Model
Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini. PEDAGOGIA. Vol.1 No. 2. http://journal.umsida.ac.id/files/LulukV1.2.pdf.
22 April 2015
Suyanto,
Slamet. Pengenalan Sains Untuk Anak TK dengan Pendekatan “OPEN INQUIRY”. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131930139/journal%20PENGENALAN%20SAINS%20UNTUK%20ANAK%20TK.pdf.
28 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar