Minggu, 01 Mei 2016

Strategi pengembangan emosi anak usia dini oleh armadani nim 1142113002 PG PAUD reguler b 2014

strategi pengembangan emosi anak usia dini
oleh
armadani
1142113002
 
BAB I
PENDAHULUAN

   A.  Latar Belakang
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan antara individu dengan individu lainnya sebagai bagian dari kelompoknya.
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun lingkungan dimana anak itu tinggal. Saat anak melakukan interaksi dengan orang lainmaka akan terjadi peritiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Dan perkembangan emosi anak juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.
Maka dari itu, pengembangan emosi anak adalah kemampuan anak dalam berhubungan dengan individu lain. Dimana dalam lingkungannya akan terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna bagi hidup anak dan akan membentuk kepribadian anak. Dan lingkungan juga yang akan menentukan kepribadian seorang anak tersebut.

     B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sasaran pengembangan emosi di tanaman kanak-kanak?
2.      Apa metode pengembangan emosi di taman kanak-kanak?

     C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui pengembangan emosi ditaman kanak-kanak yang terjadi pada anak. Sekaligus juga untuk memenuhi tugas “Metodologi Penngembangan Emosi AUD”.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sasaran pengembangan emosi anak
Pengembangan emosi pada anak merupakan satu hal yang penting dan harus diperhatikan oleh para guru. Keterampilan emosi pada anak sangat menentukan terbentuknya kepribadian anak pada masa selanjutnya.

1.      Strategi pengembangan emosi
Salovry dan mayer (dalam tim suryakanti; 2000) mengemukakan bahwa terdapat lima cara yang dapat kita lakukan untuk membina emosi yang sehat pada anak. Kelima cara itu adalah mengembangkan kemempuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
Berikut adalah penjelasan dari strategi pengembangan emosi pada anak TK:
a.       Kemampuan untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu anak mengenali emosinya dapat dilakukan dengan cara mengajarakan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua atau pun guru, dapat mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamnnya. Misalnya guru mengarahkan rasa marah anak dengan suatu kegiatan bermain.
b.      Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berpikir realistis sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan prilaku yang tepat. Selain itu, orang tua dan guru juga dapat melatih anak untuk mengelola emosi, misalnya anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada kegiatan lainnya yang berarti, misalnya dengan menggambar.
c.       Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang dan guru diharapkan tidak mengabaikan kemempuan anak untuk memecahkan masalah. Karena dengan penyelesaian masalah ini anak dapat belajar banyak. Selain itu orang tua dan guru perlu menanamkan optimisme pada anak. Optimisme menjadikan anak tidak mudah putus asa, terbiasa untuk berpikir positif, dan memiliki kecenderungan melihat sisi cerah terhadap suatu situasi. Misalnya, saat anak kecewa karena tidak dapat mengerjakan sesuatu, ajak anak untuk bermain dengan menyusun balok-balok yang lebih mudah dan dapat dilakukan anak.
d.      Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan keperdulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan perasaannya tersebut. Guru atau pun orang tua dapat melatihnya dengan cara mengunjungi panti asuhan, melihat orang sakit dan membicarakan kemungkinan yang dihadapi orang sakit itu. Selain itu bangkitkan rasa humor dalam kehidupan keluarga karena humor merupakan peluruh dinding pembatas antar generasi yang paling efektif. Ajaklah anak melihat badut/sirkus untuk dapat memiliki rasa gembira dan keinginan tertawa anak.
e.       Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan keja sama. Pengalaman ini akan sangat berarti bagi anak untuk kehidupannya dikemudian hari. Contohnya, biarkan anak bermain dengan anak sebayanya dan perhatikanlah serta arahkan cara bermain anak sehingga dia tidak mendomonasi dikuasai anak lainnya.

2.      Materi pembelajaran pengembangan emosi di taman kanak-kanak
Materi yang akan dikembangkan dan menjadi sasaran pengembangan emosi ditaman kanak-kanak di antaranya adalah mengembangkan rasa cinta kasih, empati, dan melatih pengendalian emosi.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian tersebut :
a.       Cinta dan kasih sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang, binatang atau benda yang ditunjukkan dengan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata (hurlock, 1991). Reaksi kasih sayang terutama diperhatikan dengan perilaku ramah-tamah, penuh perhatian, dan akbar. Setelah anak berumur satu tahun mereka mengekspresikan rasa cinta dan sayang dengan memeluk, meraba, membelai, dan mencium orang atau objek yang mereka cintai. Anak kecil ingin terus - menerus bersama denga orang yang dicintainya dan mereka mencoba membantu apapun yang sedang dilakukan oleh orang tersebut.
Faktor belajar sangat menentukan kepada siapa saja kasih sayang itu ditunjukkan. Anak-anak pada umumnya bersikap ramah dan sayang terhadap orang yang menyayangi mereka. Agar menjadi emosi yang menyenangkan dan dapat menunjang penyesuaian yang baik, kasih sayang harus terjadi dua arah, dan saling berbalas. Sebaliknya jika kasih sayang hanya satu pihak maka anak akan merasa ditolak dan dapat berakibat buruk bagi perkembangan emosinya.
Dalam pembelajaran tentang kasih sayang ini peroses attachment juga sangat penting. Attachment adalah hubungan kasih sayang pertama antara bayi dan kedua orang tuanya. Adanya ikatan kasih sayang ini merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak karena merupakan dasar pembentukan pola hubungan dengan orang lain. Anak akan menyalurkan lagi pola kasih sayang ini dan belajar membentuk persahabat dengan orang lain.
b.      Empati
Empati adalah satu respons individu untuk merasakan perasaan orang lain dengan cara seolah-olah ia yang mengalami peristiwa tersebut atau dengan kata lain ia menempati posisi orang lain untuk merasakan perasaan yang sama sebagai mana yang dikemukakan Stiwart, at.al (1985), yaitu an empeashic responce is one in which someone responce as if he or she were feeling what another person in feeling.
Empati merupakan emosi yang kompleks. Sebagai contoh, misalnya dalam peristiwa seorang anak yang menangis karena jatuh dari sepeda, anak yang telah mengembangkan empatinya akan mendekati anak tersebut, menepuk atau mengusap badannya, dan membantunya berdiri lalu memapahnya untuk pulang. Ia mengerti rasa sakit yang diderita anak tadi dan memahami kebutuhan anak tersebut. Berbeda dengan anak yang belum cukup usia atau belum mengembangkan sikap empatinya, mungkin ia hanya akan menonton kejadian tersebut, dan tidak tahu apa-apa yang harus dilakukannya.
c.       Pengendalian emosi
Seorang anak perlu di didik untuk dapat mengendalikan emosinya, kemampuan ini berhubungan pula dengan kemampuan penyesuaian diri dan mengendalikan tindakan yang disesuaikan dengan keadaan yang dialaminya.
Jika berhasil mengendalikan emosinya, anak akan merasa senang dan tenang jiwanya. Berikut ini adalah contoh penelitian yang berhubungan dengan pengendalian emosi.
Dalam penelitian ini, sekelompok anak dikumpulkan. Pada kelompok ini diberikan dua pilihan, mereka boleh angsung mengambil satu permen yang enak lalu keluar ruangan atau menunggu beberapa menit, tetapi mereka bisa mengendalikan dua permen. Kelompok langsung terbagi dua, mereka yang langsung ingin mendapatkan permen (dan segera menghabiskannya) dan mereka yang bersedia untuk mendapatkan dua permen. Setelah diamati bertahun-tahun kemudian, anak-anak dari kelompok kedua ternyata berkembang menjadi anak populer, menyenangkan, dan sukses dalam pergaulan sosial. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok pertama, yang membedakan mereka adalah anak dari kelompok yang mau menunggu beberapa menit agar mendapatkan permen tambahan memiliki keunggulan, yaitu mereka mampu menunda pemuasan keinginan. Kemampuan ini amat penting dan harus dilatih pada anak sejak dini.


6     6.   Metode pengembangan emosi di taman kanak-kanak

Untuk membantu proses perkembangan emosi anak usia TK, seorang guru dapat melakukan beberapa metode pembelajaran berikut.
1.      Bernyanyi dan bermain musik
Musik itu berasal dari suara alam, binatang atau manusia. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari pengaruh musik karena dalam diri manusia sendiripun memiliki sumber musik, seperti pita suara ataupun degup jantung yang mirip, seperti suara drum band.
Musik memberikan dampak nyata pada perkembangan emosional manusia. Oleh karena itu, bermain musik bagi anak sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam pengembangan emosinya. Mahmud (1995) mengatakan bahwa musik dapat menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan, rasa kebangsaan, rasa keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, dan sebagainya. Musik dapat memberikan kepuasan rohaniah dan jasmaniah. Manfaat musik yang lain diantaranya adalah mendorong gerak pikir dan rasa, membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan membentuk watak. Musik menanamkan dalam jiwa manusia perasaan yang halus dan budi yang halus. Lebih lanjut campbell (2001) mengatakan bahwa musik dapat mengangkat suasana jiwa seseorang karena melalui musik, kasih sayang serta do’a di dalam diri seseorang dapat dibangkitkan. Musik merupakan salah satu instrumen atau media bagi seseorang untuk dapat merasakan kasih sayang, keagungan ilahi, serta semesta alam, dan melakukan transformasi diri ke alam spiritual.
2.      Bermain peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan nak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada disekitar anak. Melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati serta penghayatan anak dapat berkembang. Anak-anak dapat menjadi apa punyang diinginkannya dan ia juga dapat melakukan manipulasi terhadap objek, seperti yang diharapkannya. Jika ia mengagumi ibunya, ia akan memerankan tokoh ibunya, seperti yang biasa ia lihat. Namun, sebaliknya jika ia tidak menyukai tokoh tertentu, ia tidak akan pernah menghadirkan tokoh tersebut dalam permainannya. Kalaupun ia memerankannya maka ia akan merubah karakter tokoh tersebut menjadi sosok seorang yang diinginkannya.
Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu maupun ditolak oleh lingkungannya.ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya.
Dalam memahami drama anak-anak Harley (2000) mendefinisikan bermain peran sebagai berikut.
“Bermain peran adalah bentuk permaian bebas dari anak-anak yang masih muda. Adalah salah satu cara bagi mereka untuk menelusuri dunianya, dengam meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan. Drama peran adalah sangat sementara, hanya berlaku sesaat. Bisa berlangsung selama beberapa menit atau terus berlangsung untuk beberapa waktu. bisa juga dimainkan berulang kali bila keterkaitan si anak cukup kuat, tetapi bila ini terjadi maka pengulangan tersebut bukanlah sebagai bentuk latihan. Melainkan adalah pengulangan pengalaman yang kreatif untuk kesenangan rumit dalam melakukannya. Ia tidak memiliki awalan dan akhiran dan tidak memiliki perkembangan dalam arti drama.”
3.      Permainan hand puppet
Hand puppet atau permainan dengan menggunakan boneka tangan, merupakan salah satu permainan yang digemari anak-anak usia TK, melalui permainan ini anak akan belajar berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Untuk melakukan permainan yang lebih menyenangkan anak, membutuhkan kawan dalam melakukannya walaupun ada juga anak yang bermain sendiri dan berbicara sendiri memainkan boneka tangannya. Namun, sekalipun permainan dilakukan anak sendirian, itu pun tidak menjadi masalah selama anak tidak menolak teman-temannya. Dengan adanya manfaat yang cukup besar dalam mengekspresikan emosi, sebagai trapis telah menggunakan permainan hand puppet ini untuk terapi. Dengan permainan ini anak-anak yang mengalami permasalahan emosional pun dapat terbantu.
4.      Latihan relaksasi dan meditasi dengan musik
Rachmawati (1998) mengatakan bahwa peroses relaksasi yang dilakukan pada anak cukup efektif untuk latihan pengenalan emosi diri mereka sendiri atau terbentuknya keterampilan emotional awareness. Selain itu aktivitas meditatif dengan musik dapat membantu proses kataris dimana individu mengeluarkan emosi-emosi yang ditekan, menciptakan ketenangan, dan mendekatkan produktivitas pembelajaran pada anak.
Proses pelaksanaannya cukup sederhana, guru hanya memilihkan musik yang lembut dan disukai anak dan meminta anak untuk mendengarkan dan menghayatinya dengan seksama. Untuk membantu proses penghayatan, anak dapat diminta untuk mengambil posisi yang paling nyaman, ia dapat duduk atau pun berbaring sambil memejamkan mata. Setelah proses mendengarkan lagu selesai, guru dapat melakukan wawancara, atau memberikan selembar kertas untuk mengevaluasi apa yang anak rasakan selama ia mendengarkan lagu tadi. Dan jawaban anak sanagat beragam, diantaranya ada yang merasa sedih, takut, bosan, teringat kembali saat ditinggalkan ibunya keluar negeri dan sebagainya.
5.      Bercerita
Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa pun yang dia inginkan. Dalam cerita seorang anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.
Selain melatih keterampilan membaca, bagi seoang anak bercerita merupakan sesuatu petualangan besar. A Great Adventure, sebagaimana yang dikemukakan Graves (dalam solehuddin, 2000) bercerita dapat juga berfungsi sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran berbagi ilmu pengetahuan dan nilai pada anak. Cerita tentang kura - kura dan kelinci, beauty and the beast, cerita tentang para nabi, orang baik dan orang jahat, bawang putih – bawang merah, dan sejenisnya merupakan ontoh lain dari penggunaan cerita untuk menanamkan nilai-nilai pada anak.
Selanjutnya solehhudin (2000) dan hidayat (2003) mengemukakan bahwa aktivitas berceruta juga dapat berfungsi untuk membangun hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita - cerita itu dengan unsur humor.
6.      Permainan gerak dan lagu
Permainan gerak dan lagu merupakan aktivitas bermain musik sambil menari. Anak – anak sangat menyukai permainan ini terutama jika kita memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan. Teknik pelaksanaannya sangat mudah, pertama kita dapat memutar musik kelasik di awal kegiatan, anak-anak diminta gerak bebas mengikuti alunan musik. Tiba-tiba musik kita matikan ditengah-tengah dan anak-anak pun berhenti bergerak dan berpura-pura menjadi patung. Langkah berikutnya kita putar lagu yang kedua dari jenis musik dangdut, dan anak pun bergerak bebas sesuai irama dangdut. Gerak anak-anak tentu akan berbeda dengan lagu pertama tadi. Permainan di lanjutkan dengan pola tersebut. Semangkin beraneka macam irama musik, kegiatan akan semangkin menyenangkan, dan emosi anak semangkin terekspresikan. Di akhir kegiatan anak dapat merasakan perasaan yang lega dan menyenangkan.
7.      Permainan feeling band
Menurut newcomb (1994) permainan feeling band atau band perasaan adalah permainan menyembunyikan instrumen musik sesuai dengan ekspresi perasaan. Alat musik yang digunakan sebaiknya jenis perkusi sehingga anak dapat lebih mudah menggunakannya. Dalam permainannya ini guru berperan sebagai konduktor. Ia dapat meminta anak untuk menyembunyikan alat musiknya dengan ekspresi “marah”, “sedih”, “gembira” dan lain sebagainya. Anak-anak akan mencoba memahami perasaan itu terlebih dahulu sebelum ia mengekspresikannya melalui alat musik yang dipegangnya. Dalam pelaksanaanya sangat mungkin ada anak yang mengalami kesulitan, namun karena kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok, ia akan belajar pada anak yang lain. Permainan ini sangat membantu anak untuk melakukan peroses katarsis, menyadari perasaan sendiri, dan bersenang-senang.
8.      Demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan memberi contoh atau memperlibatkan secara langsung dalam melakukan suatu perbuatan atau perilaku. Dalam demonstrasi terkandung unsur showing, doing, and feeling, yaitu perlihatkan, lakukan dan katakan sebagaimana yang dipaparkan moeslichatoen (1999). Berkenaan dengan pengembangan emosi, pembelajaran emosi dilakukan dengan cara mendemonstrasikan atau mengekspresikan perasaan. Demonstrasi dapat dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap terlebih dahulu, kemudian anak diminta untuk mendemonstrasikan emosi yang diminta. Selain itu bermain pantonim juga dapat dilakukan sebagai permainan untuk mendemonstrasikan ekspresi emosi anak. Contoh kegiatanyang lain, guru dapat pula meminta anak untuk mendemonstrasikan berbagai ekspresi emosi secara langsung, misalnya seorang guru mengajak anak-anak untuk tertawa bersama-sama, kemudian menangis, marah, tersenyum dan lain sebagainya. Tujuan penerapan metodde ini adalah untuk kataris atau mengeluarkan emosi yang ditekan, self awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri serta pengenalan terhadap berbagai bentuk emosi. Dalam metode ini guru juga dapat menjelaskan harapan lingkungan dalam proses pengekspresian emosi, misalnya guru bertanya, bolehkah mereka melempar mainan, piring dan gelas pada saat mereka marah. Guru, kemudian menjelaskan alasannya dan apa yang sebaiknya dapat mereka lakukan.
9.      Permainan personifikasi
Permainan personifikasi adalah permainan yang dilakukan dengan cara meniru gerakan binatang atau tumbuhan seolah-olah mereka hidup dengan cara hidup manusia. Dalam permainan ini anak dapat berpura-pura menjadi rintik hujan, menjadi selembar daun yang terbang tertiup angin atau pohon yang tumbang. Permainan ini membutuhkan perasaan yang halus dari anak. Selain itu empati dan perhatian anak terhadap pola hidup makhluk lain juga dilatih. Melalui permainan ini kepercayaan diri, kebebasan berekspresi, kreativitas dan imajinasi anak ikut terkembangkan.


BAB III
PENUTUP

     A.   Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan emosi anak dapat di bentuk melalui metode pembelajaran seperti bernyanyi dan bermain musik, bermain peran, permainan hand puppet, latihan relaksasi dan meditasi dengan musik, bercerita, permainan gerak dan lagu permainan feeling band, demonstrasi dan permainan personifikasi. Selain itu pengembangan emosi anak juga dapat dibentuk dari lingkungan dimana anak itu tinggal. Karena dari lingkungan anak juga mendapat pengalaman dan pristiwa-pristiwa penting yang terjadi pada anak. Dan dari pengalaman dan pristiwa penting itu, kepribadian anak juga akan terbentuk.
Maka dari itu, guru dan orang tua harus mengembangkan perkembangan emosi anak dengan tepat dan baik, agar perkembangan emosi anak berkembang sesuai tahap perkembangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar