strategi pengembangan emosi anak usia dini
oleh
armadani
1142113002
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan
sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan antara
individu dengan individu lainnya sebagai bagian dari kelompoknya.
Perilaku sosial
merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya,
guru, orang tua maupun lingkungan dimana anak itu tinggal. Saat anak melakukan
interaksi dengan orang lainmaka akan terjadi peritiwa-peristiwa yang sangat
bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya. Perilaku
yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya sangat
dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Dan perkembangan emosi anak juga dipengaruhi
oleh kondisi lingkungannya.
Emosi merupakan
suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir
keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau
perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan
lingkungan atau objek tertentu.
Maka dari itu,
pengembangan emosi anak adalah kemampuan anak dalam berhubungan dengan individu
lain. Dimana dalam lingkungannya akan terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat
bermakna bagi hidup anak dan akan membentuk kepribadian anak. Dan lingkungan
juga yang akan menentukan kepribadian seorang anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sasaran pengembangan emosi di tanaman kanak-kanak?
2. Apa
metode pengembangan emosi di taman kanak-kanak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui pengembangan emosi ditaman
kanak-kanak yang terjadi pada anak. Sekaligus juga untuk memenuhi tugas
“Metodologi Penngembangan Emosi AUD”.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sasaran
pengembangan emosi anak
Pengembangan
emosi pada anak merupakan satu hal yang penting dan harus diperhatikan oleh
para guru. Keterampilan emosi pada anak sangat menentukan terbentuknya
kepribadian anak pada masa selanjutnya.
1. Strategi
pengembangan emosi
Salovry dan mayer
(dalam tim suryakanti; 2000) mengemukakan bahwa terdapat lima cara yang dapat
kita lakukan untuk membina emosi yang sehat pada anak. Kelima cara itu adalah
mengembangkan kemempuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola
dan mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri,
kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina
hubungan dengan orang lain.
Berikut adalah
penjelasan dari strategi pengembangan emosi pada anak TK:
a. Kemampuan
untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu anak
mengenali emosinya dapat dilakukan dengan cara mengajarakan anak untuk memahami
perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua atau pun guru, dapat mengajak anak
untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan
pengalamnnya. Misalnya guru mengarahkan rasa marah anak dengan suatu kegiatan
bermain.
b. Kemampuan
untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat
Anak dapat dibiasakan
untuk berpikir realistis sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan
prilaku yang tepat. Selain itu, orang tua dan guru juga dapat melatih anak
untuk mengelola emosi, misalnya anak diajak untuk meredakan emosi marah atau
kecewa dengan cara mengalihkan emosi itu pada kegiatan lainnya yang berarti,
misalnya dengan menggambar.
c. Kemampuan
untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan
untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah.
Oleh sebab itu, orang dan guru diharapkan tidak mengabaikan kemempuan anak
untuk memecahkan masalah. Karena dengan penyelesaian masalah ini anak dapat belajar
banyak. Selain itu orang tua dan guru perlu menanamkan optimisme pada anak.
Optimisme menjadikan anak tidak mudah putus asa, terbiasa untuk berpikir
positif, dan memiliki kecenderungan melihat sisi cerah terhadap suatu situasi.
Misalnya, saat anak kecewa karena tidak dapat mengerjakan sesuatu, ajak anak
untuk bermain dengan menyusun balok-balok yang lebih mudah dan dapat dilakukan
anak.
d. Kemampuan
untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan
keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan
empati dan keperdulian terhadap orang lain menjadi sangat penting. Anak
sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan
perasaannya tersebut. Guru atau pun orang tua dapat melatihnya dengan cara mengunjungi
panti asuhan, melihat orang sakit dan membicarakan kemungkinan yang dihadapi
orang sakit itu. Selain itu bangkitkan rasa humor dalam kehidupan keluarga
karena humor merupakan peluruh dinding pembatas antar generasi yang paling
efektif. Ajaklah anak melihat badut/sirkus untuk dapat memiliki rasa gembira
dan keinginan tertawa anak.
e. Kemampuan
untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung
dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan keja sama. Pengalaman
ini akan sangat berarti bagi anak untuk kehidupannya dikemudian hari.
Contohnya, biarkan anak bermain dengan anak sebayanya dan perhatikanlah serta
arahkan cara bermain anak sehingga dia tidak mendomonasi dikuasai anak lainnya.
2. Materi
pembelajaran pengembangan emosi di taman kanak-kanak
Materi yang akan
dikembangkan dan menjadi sasaran pengembangan emosi ditaman kanak-kanak di
antaranya adalah mengembangkan rasa cinta kasih, empati, dan melatih
pengendalian emosi.
Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing bagian tersebut :
a. Cinta
dan kasih sayang
Kasih sayang adalah
reaksi emosional terhadap seseorang, binatang atau benda yang ditunjukkan
dengan perhatian yang hangat, dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau
kata-kata (hurlock, 1991). Reaksi kasih sayang terutama diperhatikan dengan
perilaku ramah-tamah, penuh perhatian, dan akbar. Setelah anak berumur satu
tahun mereka mengekspresikan rasa cinta dan sayang dengan memeluk, meraba,
membelai, dan mencium orang atau objek yang mereka cintai. Anak kecil ingin terus
- menerus bersama denga orang yang dicintainya dan mereka mencoba membantu
apapun yang sedang dilakukan oleh orang tersebut.
Faktor belajar sangat
menentukan kepada siapa saja kasih sayang itu ditunjukkan. Anak-anak pada
umumnya bersikap ramah dan sayang terhadap orang yang menyayangi mereka. Agar
menjadi emosi yang menyenangkan dan dapat menunjang penyesuaian yang baik,
kasih sayang harus terjadi dua arah, dan saling berbalas. Sebaliknya jika kasih
sayang hanya satu pihak maka anak akan merasa ditolak dan dapat berakibat buruk
bagi perkembangan emosinya.
Dalam pembelajaran
tentang kasih sayang ini peroses attachment juga sangat penting. Attachment
adalah hubungan kasih sayang pertama antara bayi dan kedua orang tuanya. Adanya
ikatan kasih sayang ini merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak
karena merupakan dasar pembentukan pola hubungan dengan orang lain. Anak akan
menyalurkan lagi pola kasih sayang ini dan belajar membentuk persahabat dengan
orang lain.
b. Empati
Empati adalah satu
respons individu untuk merasakan perasaan orang lain dengan cara seolah-olah ia
yang mengalami peristiwa tersebut atau dengan kata lain ia menempati posisi
orang lain untuk merasakan perasaan yang sama sebagai mana yang dikemukakan
Stiwart, at.al (1985), yaitu an empeashic
responce is one in which someone responce as if he or she were feeling what
another person in feeling.
Empati merupakan emosi
yang kompleks. Sebagai contoh, misalnya dalam peristiwa seorang anak yang
menangis karena jatuh dari sepeda, anak yang telah mengembangkan empatinya akan
mendekati anak tersebut, menepuk atau mengusap badannya, dan membantunya
berdiri lalu memapahnya untuk pulang. Ia mengerti rasa sakit yang diderita anak
tadi dan memahami kebutuhan anak tersebut. Berbeda dengan anak yang belum cukup
usia atau belum mengembangkan sikap empatinya, mungkin ia hanya akan menonton
kejadian tersebut, dan tidak tahu apa-apa yang harus dilakukannya.
c. Pengendalian
emosi
Seorang anak perlu di
didik untuk dapat mengendalikan emosinya, kemampuan ini berhubungan pula dengan
kemampuan penyesuaian diri dan mengendalikan tindakan yang disesuaikan dengan
keadaan yang dialaminya.
Jika berhasil
mengendalikan emosinya, anak akan merasa senang dan tenang jiwanya. Berikut ini
adalah contoh penelitian yang berhubungan dengan pengendalian emosi.
Dalam penelitian ini,
sekelompok anak dikumpulkan. Pada kelompok ini diberikan dua pilihan, mereka
boleh angsung mengambil satu permen yang enak lalu keluar ruangan atau menunggu
beberapa menit, tetapi mereka bisa mengendalikan dua permen. Kelompok langsung
terbagi dua, mereka yang langsung ingin mendapatkan permen (dan segera
menghabiskannya) dan mereka yang bersedia untuk mendapatkan dua permen. Setelah
diamati bertahun-tahun kemudian, anak-anak dari kelompok kedua ternyata
berkembang menjadi anak populer, menyenangkan, dan sukses dalam pergaulan
sosial. Hal sebaliknya terjadi pada kelompok pertama, yang membedakan mereka
adalah anak dari kelompok yang mau menunggu beberapa menit agar mendapatkan
permen tambahan memiliki keunggulan, yaitu mereka mampu menunda pemuasan
keinginan. Kemampuan ini amat penting dan harus dilatih pada anak sejak dini.
6 6. Metode pengembangan emosi di taman kanak-kanak
Untuk membantu
proses perkembangan emosi anak usia TK, seorang guru dapat melakukan beberapa
metode pembelajaran berikut.
1. Bernyanyi
dan bermain musik
Musik itu berasal dari
suara alam, binatang atau manusia. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
pengaruh musik karena dalam diri manusia sendiripun memiliki sumber musik,
seperti pita suara ataupun degup jantung yang mirip, seperti suara drum band.
Musik memberikan dampak
nyata pada perkembangan emosional manusia. Oleh karena itu, bermain musik bagi
anak sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam pengembangan
emosinya. Mahmud (1995) mengatakan bahwa musik dapat menimbulkan rasa kesatuan
dan persatuan, rasa kebangsaan, rasa keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, dan
sebagainya. Musik dapat memberikan kepuasan rohaniah dan jasmaniah. Manfaat
musik yang lain diantaranya adalah mendorong gerak pikir dan rasa,
membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan membentuk watak. Musik menanamkan dalam
jiwa manusia perasaan yang halus dan budi yang halus. Lebih lanjut campbell
(2001) mengatakan bahwa musik dapat mengangkat suasana jiwa seseorang karena
melalui musik, kasih sayang serta do’a di dalam diri seseorang dapat
dibangkitkan. Musik merupakan salah satu instrumen atau media bagi seseorang
untuk dapat merasakan kasih sayang, keagungan ilahi, serta semesta alam, dan
melakukan transformasi diri ke alam spiritual.
2. Bermain
peran
Bermain peran adalah
permainan yang dilakukan nak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda,
binatang ataupun tumbuhan yang ada disekitar anak. Melalui permainan ini daya
imajinasi, kreativitas, empati serta penghayatan anak dapat berkembang.
Anak-anak dapat menjadi apa punyang diinginkannya dan ia juga dapat melakukan
manipulasi terhadap objek, seperti yang diharapkannya. Jika ia mengagumi
ibunya, ia akan memerankan tokoh ibunya, seperti yang biasa ia lihat. Namun,
sebaliknya jika ia tidak menyukai tokoh tertentu, ia tidak akan pernah
menghadirkan tokoh tersebut dalam permainannya. Kalaupun ia memerankannya maka
ia akan merubah karakter tokoh tersebut menjadi sosok seorang yang
diinginkannya.
Dalam permainan ini
anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan
berbagai macam emosinya tanpa takut, malu maupun ditolak oleh lingkungannya.ia
juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam
bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati,
takut, penuh kasih, dan lain sebagainya.
Dalam memahami drama
anak-anak Harley (2000) mendefinisikan bermain peran sebagai berikut.
“Bermain peran adalah bentuk permaian
bebas dari anak-anak yang masih muda. Adalah salah satu cara bagi mereka untuk
menelusuri dunianya, dengam meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang
berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun
tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan. Drama
peran adalah sangat sementara, hanya berlaku sesaat. Bisa berlangsung selama
beberapa menit atau terus berlangsung untuk beberapa waktu. bisa juga dimainkan
berulang kali bila keterkaitan si anak cukup kuat, tetapi bila ini terjadi maka
pengulangan tersebut bukanlah sebagai bentuk latihan. Melainkan adalah
pengulangan pengalaman yang kreatif untuk kesenangan rumit dalam melakukannya.
Ia tidak memiliki awalan dan akhiran dan tidak memiliki perkembangan dalam arti
drama.”
3. Permainan
hand puppet
Hand puppet atau
permainan dengan menggunakan boneka tangan, merupakan salah satu permainan yang
digemari anak-anak usia TK, melalui permainan ini anak akan belajar
berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan
kepercayaan dirinya. Untuk melakukan permainan yang lebih menyenangkan anak,
membutuhkan kawan dalam melakukannya walaupun ada juga anak yang bermain
sendiri dan berbicara sendiri memainkan boneka tangannya. Namun, sekalipun
permainan dilakukan anak sendirian, itu pun tidak menjadi masalah selama anak
tidak menolak teman-temannya. Dengan adanya manfaat yang cukup besar dalam
mengekspresikan emosi, sebagai trapis telah menggunakan permainan hand puppet ini untuk terapi. Dengan
permainan ini anak-anak yang mengalami permasalahan emosional pun dapat
terbantu.
4. Latihan
relaksasi dan meditasi dengan musik
Rachmawati (1998)
mengatakan bahwa peroses relaksasi yang dilakukan pada anak cukup efektif untuk
latihan pengenalan emosi diri mereka sendiri atau terbentuknya keterampilan emotional awareness. Selain itu
aktivitas meditatif dengan musik dapat membantu proses kataris dimana individu
mengeluarkan emosi-emosi yang ditekan, menciptakan ketenangan, dan mendekatkan
produktivitas pembelajaran pada anak.
Proses pelaksanaannya
cukup sederhana, guru hanya memilihkan musik yang lembut dan disukai anak dan
meminta anak untuk mendengarkan dan menghayatinya dengan seksama. Untuk
membantu proses penghayatan, anak dapat diminta untuk mengambil posisi yang
paling nyaman, ia dapat duduk atau pun berbaring sambil memejamkan mata.
Setelah proses mendengarkan lagu selesai, guru dapat melakukan wawancara, atau
memberikan selembar kertas untuk mengevaluasi apa yang anak rasakan selama ia
mendengarkan lagu tadi. Dan jawaban anak sanagat beragam, diantaranya ada yang
merasa sedih, takut, bosan, teringat kembali saat ditinggalkan ibunya keluar
negeri dan sebagainya.
5. Bercerita
Bercerita bagi seorang
anak adalah sesuatu yang menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan
imajinasinya menjadi apa pun yang dia inginkan. Dalam cerita seorang anak dapat
memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan
perkembangannya, termasuk didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.
Selain melatih
keterampilan membaca, bagi seoang anak bercerita merupakan sesuatu petualangan
besar. A Great Adventure, sebagaimana
yang dikemukakan Graves (dalam solehuddin, 2000) bercerita dapat juga berfungsi
sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran berbagi ilmu pengetahuan dan
nilai pada anak. Cerita tentang kura - kura dan kelinci, beauty and the beast,
cerita tentang para nabi, orang baik dan orang jahat, bawang putih – bawang
merah, dan sejenisnya merupakan ontoh lain dari penggunaan cerita untuk
menanamkan nilai-nilai pada anak.
Selanjutnya solehhudin
(2000) dan hidayat (2003) mengemukakan bahwa aktivitas berceruta juga dapat
berfungsi untuk membangun hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita,
para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika
mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita - cerita itu dengan unsur humor.
6. Permainan
gerak dan lagu
Permainan gerak dan
lagu merupakan aktivitas bermain musik sambil menari. Anak – anak sangat
menyukai permainan ini terutama jika kita memodifikasi lagu-lagu yang
diperdengarkan. Teknik pelaksanaannya sangat mudah, pertama kita dapat memutar
musik kelasik di awal kegiatan, anak-anak diminta gerak bebas mengikuti alunan
musik. Tiba-tiba musik kita matikan ditengah-tengah dan anak-anak pun berhenti
bergerak dan berpura-pura menjadi patung. Langkah berikutnya kita putar lagu
yang kedua dari jenis musik dangdut, dan anak pun bergerak bebas sesuai irama
dangdut. Gerak anak-anak tentu akan berbeda dengan lagu pertama tadi. Permainan
di lanjutkan dengan pola tersebut. Semangkin beraneka macam irama musik,
kegiatan akan semangkin menyenangkan, dan emosi anak semangkin terekspresikan.
Di akhir kegiatan anak dapat merasakan perasaan yang lega dan menyenangkan.
7. Permainan
feeling band
Menurut newcomb (1994)
permainan feeling band atau band perasaan adalah permainan menyembunyikan
instrumen musik sesuai dengan ekspresi perasaan. Alat musik yang digunakan
sebaiknya jenis perkusi sehingga anak dapat lebih mudah menggunakannya. Dalam
permainannya ini guru berperan sebagai konduktor. Ia dapat meminta anak untuk
menyembunyikan alat musiknya dengan ekspresi “marah”, “sedih”, “gembira” dan
lain sebagainya. Anak-anak akan mencoba memahami perasaan itu terlebih dahulu
sebelum ia mengekspresikannya melalui alat musik yang dipegangnya. Dalam
pelaksanaanya sangat mungkin ada anak yang mengalami kesulitan, namun karena
kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok, ia akan belajar pada anak yang
lain. Permainan ini sangat membantu anak untuk melakukan peroses katarsis,
menyadari perasaan sendiri, dan bersenang-senang.
8. Demonstrasi
Demonstrasi adalah
kegiatan memberi contoh atau memperlibatkan secara langsung dalam melakukan
suatu perbuatan atau perilaku. Dalam demonstrasi terkandung unsur showing, doing, and feeling, yaitu
perlihatkan, lakukan dan katakan sebagaimana yang dipaparkan moeslichatoen
(1999). Berkenaan dengan pengembangan emosi, pembelajaran emosi dilakukan
dengan cara mendemonstrasikan atau mengekspresikan perasaan. Demonstrasi dapat
dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap terlebih dahulu, kemudian anak
diminta untuk mendemonstrasikan emosi yang diminta. Selain itu bermain pantonim
juga dapat dilakukan sebagai permainan untuk mendemonstrasikan ekspresi emosi
anak. Contoh kegiatanyang lain, guru dapat pula meminta anak untuk
mendemonstrasikan berbagai ekspresi emosi secara langsung, misalnya seorang
guru mengajak anak-anak untuk tertawa bersama-sama, kemudian menangis, marah,
tersenyum dan lain sebagainya. Tujuan penerapan metodde ini adalah untuk
kataris atau mengeluarkan emosi yang ditekan, self awareness atau kesadaran terhadap diri sendiri serta
pengenalan terhadap berbagai bentuk emosi. Dalam metode ini guru juga dapat
menjelaskan harapan lingkungan dalam proses pengekspresian emosi, misalnya guru
bertanya, bolehkah mereka melempar mainan, piring dan gelas pada saat mereka
marah. Guru, kemudian menjelaskan alasannya dan apa yang sebaiknya dapat mereka
lakukan.
9. Permainan
personifikasi
Permainan personifikasi
adalah permainan yang dilakukan dengan cara meniru gerakan binatang atau
tumbuhan seolah-olah mereka hidup dengan cara hidup manusia. Dalam permainan
ini anak dapat berpura-pura menjadi rintik hujan, menjadi selembar daun yang
terbang tertiup angin atau pohon yang tumbang. Permainan ini membutuhkan
perasaan yang halus dari anak. Selain itu empati dan perhatian anak terhadap
pola hidup makhluk lain juga dilatih. Melalui permainan ini kepercayaan diri,
kebebasan berekspresi, kreativitas dan imajinasi anak ikut terkembangkan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan emosi anak dapat di
bentuk melalui metode pembelajaran seperti bernyanyi dan bermain musik, bermain
peran, permainan hand puppet, latihan relaksasi dan meditasi dengan musik,
bercerita, permainan gerak dan lagu permainan feeling band, demonstrasi dan
permainan personifikasi. Selain itu pengembangan emosi anak juga dapat dibentuk
dari lingkungan dimana anak itu tinggal. Karena dari lingkungan anak juga
mendapat pengalaman dan pristiwa-pristiwa penting yang terjadi pada anak. Dan
dari pengalaman dan pristiwa penting itu, kepribadian anak juga akan terbentuk.
Maka dari itu, guru dan
orang tua harus mengembangkan perkembangan emosi anak dengan tepat dan baik,
agar perkembangan emosi anak berkembang sesuai tahap perkembangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar