Menganalisis Model High Scope
Disusun Oleh :
Nim : 1141113010
REGULER
A PG-PAUD 2014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
A. Pendahuluan
/Pengantar
Masa emas (golden
age) perkembangan,ialah masa usia dini (masa lahir sampai delapan tahun)
sebagai saat kritis dalam rentang perkembangan telah dipahami oleh banyak
orangtua dan masyarakat. Dampaknya adalah pendidikan anak usia dini (PAUD)
mengalami perkembangan pesat. Hal ini ditandai dengan terus bertambahnya jumlah
lembaga PAUD dijalur formal dan non formal.
Persepsi tentang
pentingnya golden age,yaitu 80% kapasitas perkembangan dicapai pada usia dini (lahir
sampai delapan tahun), sedangkan selebihnya (20%) diperoleh setelah usia
delapan tahun belum tepat dan benar. Akibatnya ,banyak orangtua dan guru
berlomba dengan waktu untuk memberikan pengalaman belajar melalui “kegiatan
atau pembelajaran akademik”. Guru mengajar dengan menjelaskan anak belajar
melalui mendengarkan dan mengerjakan tugas yang didominasi lembar atau buku
kerja anak. anak memperoleh pengetahuan
justru dari berbagai cara. Sesuai dengan salah satu cirri anak usia dini,yaitu
anak sebagai individu yang aktif maka pengetahuan lebih banyak diperoleh dari
pengalaman melakukan berbagai aktivitas. Mendengarkan penjelasan guru sedikit
sekali membentuk pengetahuan apalagi usia anak yang belum dapat berkonsentrasi
dalam waktu yang relative lama.
Sebenarnya ,banyak pendekatan ,model, dan metode
pembelajaran yang dapat diterapkan dilembaga PAUD. Pendekatan,model ,dan metode
yang dikemukakan para filsuf,seperti pendidikan model yang dapat diterapkan
atau dimodifikasi dan dikembangkan berdasarkan gabungan berbagai filosofi dan
teori ahli juga ada,diantaranya model PAUD High Scope. High scope pada mulanya
sebagai nama kurikulum yang dikembangkan untuk anak usia tiga-empat tahun. Pada
perkembangan berikutnya nama ini berubah menjadi suatu pendekatan. Sesuai
dengan namanya ,High Scope digunakan sebagai suatu pendekatan dalam
penyelenggaraan PAUD,program ini ditujukan untuk anak yang menghadapi kesulitan
(luar biasa) dengan situasi dan program sekolah dari lingkungan miskin di
Ypsilanti Michigan. Program
ini adalah salah satu pelopor di tahun 1960-an untuk membantu anak-anak
mengatasi efek-efek negatif kemiskinan dalam persekolahan, sebuah gagasan yang
selanjutnya terwujud dalm program –program Head Start.
Model ini adalah satu dari yang
pertama meraih desain eksperimental terpirinci, anak-anak secara acak diberi
tugas atau tidak memungkinkan para peneliti melacak dampak program sepanjang
kehidupan para peserta. Penelitian ini menunjukan bahwa program prasekolah ini
menyediakan begitu banyak manfaat jangka pendek dan jangka panjang. Yaitu
persiapan bersekolah yang lebih baik, keberhasilan dalam bersekolah, dan dalam
masa dewasa tingkat pelanggaran hukum yang lebih rendah, tingkat pekerjaan yang
lebih tinggi, dan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.
Maka dari itu dalam pembelajaran di PAUD guru
dapat mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan perkembangan anak, menentukan model dan pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, mengembangkan atau mengadopsi model dan pendekatan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak serta merancang
model dan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam lembaga PAUD
B.
Tujuan Pengembangan Model High Scope
Tujuan
dari pengembangan High scope Membuat anak memiliki
beraneka keterampilan, mencakup pemecahan masalah, interpersonal, dan
komunikasi yang sangat penting untuk meraih kesuksesan hidup di masyarakat yang
berubah dengan cepat. Kurikulum mendorong inisiatif siswa dengan menyediakan
materi, peralatan, dan waktu bagi siswa untuk mengerjakan kegiatan yang mereka
pilih. Pada saat yang sama, kurikulum ini juga memberikan kerangka kerja bagi
guru untuk membimbing kegiatan mandiri siswa untuk mencapai tujuan belajar
kesinambungan. Guru
memegang peranan penting dalam kegiatan instruksional untuk memilih materi yang
tepat dan sejalan dengan perkembangan, dan mendorong siswa untuk menerapkan
pendekatan pemecahan masalah aktif dalam belajar. Interaksi guru- siswa ini -
guru membantu siswa mencapai tujuan yang sejalan dengan perkembangan dan juga
mendorong siswa untuk menetapkan tujuan-tujuan mereka sendiri- membedakan
kurikulum High/ Scope dari kurikulum istruksi – langsung dan kurikulum yang
terpusat pada anak.
C. Manfaat
Pengembangan Model High Scope
Membantu anak-anak prasekolah menjadi lebih
bebas dan mandiri (independen), bertanggung jawab dan menjadi pembelajar yang
mandiri dan percaya diri. Selain itu membantu anak dalam perkembangan kecerdasan, sosial, dan fisik. High scope membantu anak untuk
menerapkan kemampuan pemerolehan pemikiran baru dalam jangkauan yang luas dan
natural berdasarkan situasi yang ada disekitar anak.
D. Kajian
Pustaka
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High
Scope mulai digunakan tahun 1962. Digunakan studi longitudinal sampai seseorang
berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa anak memiliki hubungan sosial dan
emosional yang baik. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang
memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya.
High/Scope memiliki
komponen penting, yaitu:
1) Anak sebagai
pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning
center yang beragam.
2)
Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak
untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana
mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
3)
Pengalaman kunci (key experience)
Pengalaman-pengalaman
penting anak dipakai untuk pembelajaran.
4)
Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Kurikulum High/Scope
berasal dari dua sumber: minat dan pengalaman utama anak, yang merupakan daftar
perilaku pembelajaran yang dapat diamati. Pendasaran kurikulum pada minat anak
bersifat sangat konstruktivis dan menerapkan filosofi Dewey dan Piaget.
Kelebihan
Model Highscope yaitu:
1. Membantu guru dalam berkonstibusi lebih banyak
pada perkembangan anak
2. Pada model pembelajaran ini, anak dituntut
untuk memilih pembelajaran apa yang akan mereka pelajari. Dan dengan anak
dibiarkan memilih kegiatan mereka sendiri maka itu akan sangat baik untuk
perkembangan kognitif dan bahasa anak dan membuat mereka mengingat materi lebih
lama.
3. Membentuk anak menjadi pembelajar yang aktif.
4. Membentuk kemandirian anak dalam mengambil
keputusan dan memecahkan masalah
Kelemahan Model High Scope Yaitu:
1. Dalam model high scope, anak dan guru adalah
mitra kerja dalam artian tidak ada pendidikan moral dalam menghargai guru.
2. Guru harus kreatif
menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk aktif.
a. Pandangan
Para Ahli Mengenai Model High Scope
Program
High scope merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada teori
Piaget. Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi terhadap
keberadaan anak pada tahapan perkembangan. Pendekatan ini menenkankan bahwa
anak berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu. Program disusun berdasarkan
hasil identifikasi pada tugas-tugas perkembangan setiap anak. Tugas guru melaksanakan
program sesuai dengan karakteristik anak.
Menurut HOHMAN,
BANET, DAN WEYKERT, 1995), sentral high scope menekankan
untuk semua usia bahwa pembelajaran terbaik melalui
pengalaman aktif dengan manusia, bahan, kegiatan, ide. Bahan adalah area
altifitas yang terorganisir sehingga anak dapat bahan dengan mudah dan
meletakkannya dengan mandiri. Diberbagai macam lingkungan, anak secara natural
anak mengikut sertakan diri di berbagai kunci pengembangan/aktifitas
yang memelihara perkembangan keterampilan dan kemampaun penting.
The
High/Scope Educational Foundation (Yayasan Penelitian Pendidikan High/Scope)
terus mengembangkan dan menerapkan model ini hingga sekarang, memasukkan hasil
penelitian berkaitan dengan literasi, matematika, ilmu pengetahuan alam, perkembangan
sosial, perkembangan kesehatan dan fisik, seni dan penggunaan komputer, dan
membuat orang mengaplikasikan model tersebut kepada situasi dan populasi anak
yang baru di seluruh dunia (Epstein, 2007; Hohman, 2002; Hohman & Weikart,
2002).
Jadi dapat disimpulkan Model High scope memberikan anak untuk belajar aktif sera
memberi kebebasan serta anak dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran dan
memberikan pengalaman dengan orang-orang disekitarnya dengan demikian lingkungan belajar harus dapat mendukung
aktivitas belajar anak. serta dapat membantu anak dalam mengembang
kemampuan kognitif.
E. Komponen
Pengembangan
1. Usia
: 3-4 tahun
2. Prinsip Highscope :
a. Partisipasi aktif anak dalam
memilih, mengatur, dan mengevaluasi kegiatan
belajar, yang dilaksanakan di bawah pengawasan dan bimbingan guru yang
seksama dalam lingkungan belajar, dipenuhi dengan berbagai macam materi yang
disediakan di berbagai pusat belajar.
b. Perencanaan harian oleh staf
pengajar yang sesuai dengan model kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan
observasi anak yang seksama dan
c. Tujuan dan materi yang sejalan
dengan perkembangan anak bagi anak-anak berdasarkan indikator-indikator utama
perkembangan High/Scope.
3. Pendekatan Highscope :
a.
Student centered, karena dalam highscope anak terlibat langsung menentukan aktifitas yang dipilih.
b.
Jika dilihat dari pendekatan penataan pembelajaran highscope menerapkan
pendekatan kelompok.
4. Metode Highscope
Metode
highscope pembelajaran anak aktif,dimana anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
5. Strategi Pembelajaran Highscope
Strategi
yang diterapkan adalah Plan do review artinya pembelajaran diusahakan berpusat pada anak dan memunculkan aktifitas
belajar aktif .
6. Setting kelas
Ruang
kelas didesain sesuai minat anak yang mana setiap minat memiliki area
tersendiri . Setiap area diberikan nama sederhana yang mewakili gambaran dari
area yang diminati anak.
F.
Kesimpulan Dan Rekomendasi
a.
Kesimpulan
Model highscope memberi kebebasan pada anak
bahwa sekolah bukan hanya mencetak anak yang sukses secara akademik, tetapi
juga memiliki skill melatih kemandirian dan menumbuhkan rasa percaya diri anak ,
maka dari itu anak dibiasakan untuk merencakan kegiatan mereka sendiri dan orang
dewasa adalah fasilitator yang mengarahkan dan mengingatkan mereka. Model
highscope juga mengajak anak untuk berempati, berkomunikasi , bekerja sama,dan
mengerti orang lain
b.
Rekomendasi
Dalam proses kegiatan belajar guru sebaiknya
menggunakan metode dan model pembelajaran yang menarik ,penerapan model high
scope dapat menjadi salah satu alternative dalam penerapan model pembelajaran
untuk meningkatkan motivasi belajar anak usia dini , dalam kegiatan
pembelajaran guru juga harus menggunakan media yang menarik perhatian anak,
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak usia dini.
Daftar Pustaka
Pujiawati,Intan D. “High/Scope : Model
Konstruktivis”.5 Desember 2015. http://devyintanpujiawati.blogspot.co.id/2015/06/highscope-model-konstruktivis.html.
Yus,Anita. 2011.Model Pendidikan Anak Usia
Dini.Jakarta:Kencana.
Maratus,Riska.”Konsentrasi
Kajian Taman Kanak-Kanak “Model Pendidikan High Scope”.3 Desember 2015. http://ecemaratus.blogspot.co.id/2013/10/konsentrasi-kajian-taman-kanak-kanak.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar