METODE PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN
OLEH
:
NURI
WARDANI : 1142113008
ABSTRAK
Permainan adalah suatu kegiatan yang dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran Anak Usia Dini. Karakter anak yang
senang bermain menjadikan seorang guru dalam mengelola pembelajarannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu tentang konsep, tujuan dan syarat permainan
untuk anak, penggolongan kegiatan bermain anak, bahan dan alat permainan yang sesuai dengan perkembangan anak, serta implementasi
penggunaan permainan dan alat bermain dalam kegiatan pembelajaran. Adapun
tujuan penulisan ini adalah agar guru memahami dan dapat meningkatkan strategi
pembelajarannya melalui metode permainan di kelas dan diluar kelas. Setelah
dikaji secara teori, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode permainan sangat sesuai dengan karakter anak usia dini.
Metode Pembelajaran melalui permainan dapat dilakukan didalam kelas maupun
diluar kelas. Dengan pengelolaan yang tepat permainan dalam pembelajaran
dapat membantu anak sebagai upaya dalam membantu perkembangan anak semaksimal
mungkin.
Kata Kunci : Metode, pembelajaran, anak usia dini,
permainan
Meningkatkan Kreativitas Anak pada Usia Dini dengan
Media Pembelajaran Bermain .
A.
PENDAHULUAN
Dunia bermain adalah dunia yang
penuh warna dan menyenangkan. Para pelaku permainan akan merasa terhibur dan
senang dengan melakukannya. Dari kata “bermain” saja sudah menunjukan bahwa
kegiatan ini berdampak memberikan penyegaran pikiran dari berbagai aktifivitas
yang menjenuhkan. Bagi anak-anak, bermain memiliki peranan yang sangat penting.
Beberapa pakar psikologi berpendapat bahwa kegiatan bermain dapat menjadi
sarana untuk perkembangan anak. Dengan melakukan permainan, anak-anak akan
terlatih secara fisik. Dengan demikian kemampuan kognitif dan sosialnyapun akan
berkembang. Singkatnya, permainan dimasa kecil akan mempengaruhi pertumbuhan
fisik dan perkembangan jiwa anak kelak. Suhendi (2001:8) yang menjelaskan
bahwa:
Setiap diri manusia, baik anak-anak maupun
orang dewasa terdapat hasrat untuk bermain. Seperti halnya kebutuhan
bersosialisasi dan berkelompok, bermain merupakan hasrat yang mendasar pada
diri manusia…Anak-anak ingin bermain karena saat itulah mereka mendapatkan
berbagai pengalaman lewat bermain melalui eksplorasi alam d sekitarnya. Dari
kegiatan tersebut, mereka dapat mengenal alam dan teman sepermainan dalam
suasana yang menyenangkan. Sementara orang dewasa membutuhkan permainan sebagai
sarana relaksasi dan menghibur diri.
Dari pernyataan diatas, dapat kita
ketahui bahwa melalui kegiatan bermain berbagai kompetensi bidang pengembangan
dapat diperoleh khusunya untuk anak usia dini Kompetensi tersebut
merupakan dasar pengembangan potensi anak kelak dikemudian hari. Pemilihan
permainan yang berupa game-game
menarik dan kreatif sangat menentukan pencapaian kompetensi-kompetensi diatas.
Guru sebagai kreator, pemimpin dan pembimbing permainan di lembaga PAUD/RA/TK
harus jeli dan kreatif mengoptimalkan permainan di sekolah agar bidang
pengembangan dan kecerdasan anak dapat dioptimalkan.
Diperlukan wawasan yang luas bagi
guru untuk terus menggali kemampuan sianak dalam memilih permainan yang kreatif,
inovatif, tepat sasaran, sarat makna dan harus tetap menyenangkan. Inilah
yang menjadi masalah besar bagi guru-guru. Kurangnya informasi tambahan
pengetahuan baik secara teori maupun praktek, terbatasnya kompetensi yang
dimiliki guru sebagai akibat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki guru
merupakan penyebab kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar dengan menggunakan
metode permainan.
Berdasarkan kenyataan yang ada
diatas, maka saya tertarik untuk mengkaji mengenai metode pembelajaran melalui
permainan di lembaga PAUD/RA/TK sebagai usaha untuk memaksimalkan tugas bermain
dalam perkembangan anak usia dini. Manfaat yang diperoleh guru setelah memahami
tentang metode permainan ini adalah guru dapat menerapkan strategi belajar baik
di dalam maupun kegiatan di luar kelas disesuaikan dengan tujuan bidang
perkembangan anak. Diharapkan agar guru dapat lebih semangat untuk menambah
ilmu baik secara teori maupun praktek. Usaha tersebut dapat diperoleh dari
berbagai kegiatan baik yang berupa seminar, workshop maupun diklat. Kajian ini
diberi judul metode permainan dalam pembelajaran anak usia dini . Istilah Anak
Usia Dini pada kajian ini dibatasi pada usia sekolah awal (PAUD/RA/TK) atau usia
4-6 tahun.
PEMBAHASAN
A.
KONSEP PERMAINAN UNTUK ANAK USIA DINI
1.
Pengertian
Pelaku permainan akan
mengalami dan merasakan manfaat secara langsung. Hal ini berbeda dengan
kegiatan belajar diruang kelas yang lebih menonjolkan aspek kognitif. Meskipun
demikian, kegiatan belajar yang efektif adalah dilakukan dengan belajar langsung,
dimana siswa bisa merasakan dan mengalami langsung apa yang mereka pelajari.
Kegiatan bermain dan belajar berbeda jika ditinjau secara akademis.
Keterampilan akademis, seperti berhitung, menulis dan membaca biasa dikuasai
dengan proses belajar di kelas. Meskipun demikian bukan berarti aktivitas
bermain tidak berperan penting, keterampilan lain yang berhubungan dengan Basic Life Skill, seperti
keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, bernegosiasi, dan bekerjasama dalam
tim, bisa dipelajari dari proses bermain.
Dimata anak-anak, ada beberapa
alasan kenapa permainan dibutuhkan sebagai media pembelajarnya. Menurut Sudono
(2006: 20) beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Anak-anak
membutuhkan pengalaman yang kaya, bermakna, dan menarik, (2) Otak anak senang
pada sesuatu yang baru dan hal hal baru yang menantang dan menarik, (3)
Rangsangan otak sensori multimedia penting dalam pembelajaran. Makin
banyak yang terlibat (visual, audio, dan audio visual) dalam suatu
aktivitas, makin besar pula kemungkinan siswa untuk belajar, (4) Anak umumnya
senang bergerak, jadi jangan lupa memasukan gerak dalam pembelajaran, (5)
Pengulangan adalah kunci belajar. Berikan kegiatan yang membuat siswa dapat
mengulang pembelajaran tanpa rasa bosan dan jenuh, (6) Permainan (games) menyenangkan bagi anak.
Keinginan untuk belajar dapat meningkat dengan adanya tantangan dan terhabat
oleh ancaman yang disertai oleh rasa tidak mampu atau kelelahan
2.
Kompetensi yang dicapai melalui hasil permainan
Permainan yang diselenggarakan dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi khsusnya kompetensi yang erat
kaitannya dengan perkembangan anak. Ralibi (2008: 23) mengemukakan tentang
kompetensi dari hasil permainan adalah sebagai berikut: (1) Self Awareness, yaitu kemampuan
menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari tindakan apa
yang harus dilakukan atas emosi yang sedang disadarinya.(2) Self Direction, yaitu kemampuan
menggunakan pilihan-pilihan dalam mengahdapi persoalan.(3) Self Management, Yaitu keampuan
mengelola ataumengorganisasi persoalan atautugas secara mandiri.(4) Empathy, kemampuan menyadari emosi
yang dirasakan oleh orang lain. (5) Assertive,
yaitu kemampuan mengkondisikan diri diantara perilaku submisif (cenderung
mengikuti) dan agresif. (6) Followership,
yaitu kemampuan memosisikan diri untuk dipimpin orang lain. (7)Craetive Thinking, yaitu kemampuan
berpikir dengan car memadukan pengalaman pikiran dan tindakannya dalam
menghadapi persoalan. (8) Team Work,
yaitu kemampuan bekerjasama dalam sebuah tim. (9) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan. (10) Oppeness, yaitu kemampuan membuka
diri terhadap oranglain. (11) Team
Spirit. yaitu kemampuan menghidupkan semangat secara kolektif. (12) Effective Comunication, yaitu
kemampuan berinteraksi satu sama lain secara verbal maupun non verbal. (13) Self Communication, yaitu kemampuan
beinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal. (14) Self Motivation, yaitu kemampuan
memacu motivasi di dalam diri
3. Syarat pemilihan dan
penggunaan alat dan bahan permainan
Selain permainan yang dapat
dilaksanakan tanpa bantuan alat, permainan juga dapat dilakuka dengan alat bantu
alat permainan. Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan belajar dan
bermain anak yaitu:
a. Pilih alat atau bahan yang
mengundang perhatiananak, Alat dan bahan dapat
memuaskan kebutuhan anak, menarik minat dan menyentuh perasaan mereka baik dari warna,
jenis, bentuk, ukuran atau berat. Jenis dan
bentuk alat belajar juga akan
berpengaruh terhadap perkembangan belajar anak.
Olehkarena itu pilih yang
bobotnya tidak terlalu berat sehingga
anak mudah memindah-mindahkannya, kecuali memang
peralatan tersebut dirancang khusus untuk tidak dipindah, digeser atau dibawa
oleh anak.
- Pilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia anak. Dalam mencari alat permainan kita harus mempelajari perkembangan dan ciri-ciri belajar anak sebagaimana karakteristik anak.
- Pilih alat atau bahan yang memiliki unsur multiguna. Alat dan bahan mainan ini dapat memenuhi bermacam-macam tujuan pengembangan atau jika memungkinkan seluruh aspek perkembangan anak dan dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna. Misalnya ketika anak bermain dengan balok ia akan berfikir untuk membangun sesuatu dari balok (kognitif) membolak-balik/mengeksploras balok tersebut (motorik halus) membuat bangunan baru/aneh (kreatif) atau kerjasama dengan temannya untuk menyusun balok (sosial).
- Alat permainan sebaiknya beraneka macam sehingga anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainan.
- Pilih bahan yang dapat memperluas kesempatan anak untuk menggunakannya dengan bermacam cara. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan dengan rentang usia anak.
- Peralatan mainan tidak terlalu rapuh
- Pilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan tidak meniru-niru. Sebaiknya alat atau bahan yang dipilih tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Pada anak usia dini perlu diperkenalkan berbagai peran dan hal.
- Pilih alat dan bahan yang sesuai dengan filsafat dan nafas pendidikan. Alat dan bahan ini sering disebut dengan APE (Alat Permainan Edukatif) untuk mendapatkan dapat berkonsultasi dengan seorang ahli baik, ahli mainan, pendidik anak psikolog atau perawat anak yang profesional.
4.
Penggolongan kegiatan bermain anak berdasarkan dimensi perkembangan
Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi
perkembangan anak menurut Gordon dalam Moeslichatoen dibagi dalam 4 golongan
yaitu: “ Bermain secara soliter, bermain secara parallel, bermain secara
asosiatif, dan bermain secara kooperatif”. Bermain soliter artinya bermain
sendiri tanpa teman. Bermain parallel artinya kegiatan bermain yang
dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
masing-masing anak bermain sendiri. Bermain Asosiatif artinya anak bermain
dalam permainan yang sama tapi tidak ada peraturan. Sedangkan bermain
kooperatif adalah Masing-masing anak memiliki peran tertentu guna mencapai
tujuan bermain. Anak-anak dari kelompok usia akan menunjukan tahapan
perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda.
Penggolongan kegiatan bermain tersebut diatas
dilakukan oleh anak-anak sesuai dengan perkembangan anak secara fitrah.
Penggolongan tersebut merupakan tahapan-tahapan perkembangan bermain anak. Anak
dapat bermain sendiri dengan bimbingan orang tua atau guru, permainan saling
meniru dengan teman, bermain bersama dengan permainan yang mengandung unsur
kompetisi. Perkembangan kecerdasan personal anak sangat dirasakan manfaatnya.
Dalam proses permainan terdapat unsur
aturan-aturan yang harus ditaati, mengerti orang lain, toleransi, kerjasama dan
persahabatan. Oleh karena itu melalui permainan anak dapat dirangsang dan
dilatih kecerdasan personalnya karena anak dapat berinteraksi sosial dan
berempati.
5. Kegiatan bermain anak berdasarkan kegemaran
Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak,
dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Bermain bebas dan spontan
b. Bermain Pura-pura, dapat dibedakan
menjadi beberapa bentuk:
1. Minat pada personifikasi (bicara
pada boneka atau benda-benda mati)
2. Bermain dengan menggunakan peralatan
(minum dengan menggunakan cangkir kosong, dll)
3. Bermain pura-pura dalam situasi
tertentu, misalnya situasi dalam keluarga, tempat praktek dokter,dan
sebagainya)
Pola
bermain pura-pura merupakan permainan untuk mengembangkan imajinatif anak yang
sangat unik, bahkan terkadang kurang difahami oleh orang dewasa. Oleh karena
itu sebaiknya orang dewasa disekitarnya dapat lebih faham dan mengembangkan
secara maksimal kemampuan anak dalam berimajinasi tersebut.
- Bermain dengan cara membangun dan menyusun. Bermain dalam bentuk seperti ini sangat baik untuk mengembangakan kreativitas anak Setiap anak akan menggunakan imajinasinya membentuk atau membangun sesuatu mengikuti daya khayalnya. Anak akan merasa bangga dan akan menunjukan kreasinya kepada teman atau gurunya. Membangun dan menyusun ini bukan hanya dengan menggunakan alat bantu (APE-Alat Permainan Edukatif)), akan tetapi bentuk gambar, lukisan (finger painting), meronce, dll, merupakan bentuk lain dari kreatitivitas anak dalam hal membentuk dan membangun.
d. Bertanding atau berolah Raga
Bermain
dengan jenis permainan yang mengandung unsur game atau pertandingan, baik juga
dilakukan di sekolah. Permainan yang bermakna pertandingan hendaknya dilakukan
dengan aturan sederhana dan jelas, dan usahakan tempo permainan tidak terlalu
panjang. Berbagai kegiatan bermain yang megandung unsur pertandingan misalnya:
- Belajar mendengar dan menguasai kosa kata
- Belajar mendengar dan mengapresiasi nada musik
- Permainan yang menuntut penguasaan anak dalam hal menjodohkan (kartu Kuartet, Domino,dll)
- Permainan yang menuntut penguasaan koordinasi motorik halus
6.
Bahan dan Alat permainan sesuai dengan Perkembangan Anak
- Bahan dan peralatan bermain bagi pengembangan motorik anak.
Sebaiknya sekolah memiliki tempat atau ruang khusus
untuk aktivitas motorik anak. Sebaiknya anak diberikan ruang untuk melatih
gerakan otot kasarnya seperti : seluncuran, besi-besi panjatan, ayunan, arena
sepeda, dll. Peralatan bermain yang beroda sebaiknya dapat digunakan oleh anak
untuk mengembangkan aspek sosialnya. Anak bisa bermain bersama, bergantian,
sehingga interaksi social dapat terjalin diantara mereka.
- Bahan dan peralatan bermain bagi perkembangan kognitif anak.
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui
kegiatan bermain: Kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, divergen,
dan member penilaian. Kegiatan bermain dilakukan dengan cara mengamati dan
mendengar.Bahan atau peralatan yang dibutuhkan hendaknya membantu dalm
perkembangan anak dalam mengamati dan mendengarkan. Contohnya: Papan pasak
kecil,menara gelang, balok ukur, dll
c. Bahan dan peralatan bermain bagi
pengembangan kreativitas anak.
Bermain dapat meningkatkan kreativitas anak.
Kreativitas bagi anak-anak adalah suatu permainan. Anak-anak mampu membuat apa
saja yang mengasyikan untuk menjadi permainan yang mengasyikan dirinya. Anak
anak tidak terbelenggu oleh berbagai tabu, gengsi, dan aturan seperti permainan
orang dewasa. Kreativitas adalah karakter standar yang dimiliki setiap orang
sebagai suatu karunia Allah S W T, dan menjadikan manusia memiliki kelebihan
dari mahlik Allah yang lainnya. Kreativitas harus terus distimulus agar dapat
berkembang dengan baik. Permaina yang dilakukan bersama anak anak di sekolah
sebaiknya perminan yang menantang kreatifitas anak secara maksimal.
d. Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak .
Kemampuan berbahasa yang dapat dikembangkan melalui
kegiatan bermain bertujuan untuk:
1. Menguasai bahasa reseptif (mendengar
dan memahami apa yang didengar):
a. Memahami perintah
b. Menjawab pertanyaan
c. Mengikuti urutan peristiwa
2. Menguasai bahsa ekspresif yang
meliputi:
b. Menguasai kata-kata baru
c. Menggunakan pola bicara orang dewasa
3. Berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain: berbicara sendiri atau berbicara pada orang lain
4. Keasyikan menggunakan bahasa
e. Bahan dan Peralatan Bermain bagi
Pengembangan Emosi Anak usia Taman Kanak-Kanak.
Hal penting dalam melakukan kegiatan untuk
mengembangkan emosi diantaranya harus dapat :
1. Meningkatkan kemampuan untuk
memahami perasaan (dengan cara menyebutkan perasaan, menerima perasaan,
mengekspresikan secara tepat, dan memahami perasaan orang lain
2. Meningkatkan kemampuan berlatih
membuat pertimbangan
3. Meningkatkan kemampuan memahami
perubahan
4. Menyenangi diri sendiri
Bahan dan alat permainan yng dapat digunakan misalnya
tanah liat/plastisin yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam bentuk,
balok-balok mainan, memelihara hewan peliharaan, bermain drama,dan buku-buku cerita.
- Bahan dan peralatan bermain bagi Pengembangan Sosial Anak usia Taman Kanak-Kanak.
Kemampuan sosial yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermain harus bertujuan untuk membina hubungan
dengan anak lain dan belajar bertingkah laku yang dapat diterima dan sesuai
dengan harapan anak lain. Moeslichatoen menyatakan: Peralatan bermain dan
permainan yang dilakukan sebaiknya dapat digunakan secara bersama atau
permainan dapat dilakukan bersama agara memperoleh makna, diantaranya adalah:
1. Setiap perbuatan yang dilakukan
dalam interaksi dengan anak lain itu ada dampaknya.
2. Setiap tingkah laku sosial yang
positif yang dapat diterima anak lain.
3. Setiap anak akan dapat melkukan
keinginannya asal dilaksanakan secara secara wajar.
4. Setiap anak dapat menuntut haknya
dengan cara yang dapat diterima anak lain.
5. Setiap anak dapat mengekspresikan
perasaannya bila dilaksanakan dengan cara yang dapat diterima anak lain.
Mengamati pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan sosial yang harus dicapai anak merupakan wujud dari pengoptimalan
kecerdasan personal, khususnya Kecerdasan Interpersonal. Hal yang tidak dapat
dipungkiri bahwa bermain merupakan bagian utama dari kehidupan anak. Dengan
demikian wajar bila kebijakan Pemerintan Republik Indonesia di Bidang Pendidikan
Prasekolah (RA/TK) menetapkan bermain sebagai alat belajar utama bagi
anak. Dalam kebijakan tersebut secara eksplisit dinyatakan sebagai berikut:
“ Bermain adalah sifat yang melekat lansung pada
kodrat anak. Jika ada anak yang tidak mau bermain, itu menunjukan adanya
suatu kelainan dalam diri anak tersebut. … Mengabaikan kenyataan
ini, apalagi mengingkari, jelas bertentangan dengan kebutuhan perkembangan jiwa
anak” (Depdikbud, 1994/1995) dalam Solehuddin (2000:87).
Kostelnik dalam montolalu mengemukakan tentang karakteristik bermain pada anak
sebagai berikut:”Play is fun, not
serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated, rule governed”.
Selanjutnya Bergen (1988), juga mengemukakan bahwa terdapat empat kategori bermain,
yaitu:
1. Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak
memilih apapun yang dimainkannnya, bagaimana bermain, dan di mana mereka
bermain. Bermain seperti ini menuntut para pendidik untuk menyediakan
lingkungan yang aman, menyediakan berbagai peralatan dan bahan yang mendukung
- Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih sedikit pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa.
- Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain ditentukan oleh orang dewasa.
- Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan pada tugas tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya kedalam kegiatan bermain terbimbing atau yang diarahkan.
Dalam pengimplentasiannya para
pendidik dapat mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain
tersebut dalam metode-metode pembelajaran lain yang digunakan misalnya
bercakap-cakap, bercerita, karyawisata, sosiodrama atau bermain peran, proyek,
eksperimen, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tuga
B.
IMPLEMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN MELALUI PERMAINAN
1. Peran Guru dalam Kegiatan
Bermain
Bermain merupakan upaya bagi
anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan serta cara anak
menjelajah lingkungannya. Bermain juga membantu anak untuk menjalin hubungan
soial antar anak. Ketika anak mulai masuk ke suatu lembaga pendidikan
prasekolah (TK/RA), anak-anak harus mulai bisa menempatkan diri pada posisi
yang tepat, karena dalam beberapa hal kegiatan bermain di sekolah berbeda
dengan kegiatan bermain di rumah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Perbedaan Bermain di
Sekolah dan di Rumah
Kegiatan Bermain di Sekolah
|
Kegiatan Bermain di Rumah
|
Memiliki kesempatan bermain dalam kelompok yang
lebih besar
|
Kesempatan
bermain dengan kelompok yang lebih kecil
|
Alat permainan lebih banyak dan beragam, misalnya
jumalh balok lebih banyak, dll
|
Alat permainan terbatas dan jumlahnya tidak banyak
|
Jenis/macam permainan lebih beragam
|
Jenis/macam permainan lebih sedikit
|
Anak harus belajar belajar berbagi dengan
teman-temannya
|
Anak dapat menguasai permainannya sendiri tanpa
harus berbagi dengan teman
|
Waktu untuk bermain terbatas karena waktu anak
berada di sekolah hanya beberapa jam
|
Waktu untuk bermain lebih bebas dan fleksibel sesuai
dengan keinginan anak.
|
Setiap permainan memiliki kesepakatan/aturan bersama
yang harus dipatuhi anak-anak
|
Aturan permainan bebas ditentukan oleh anak sendiri
|
Sebelum menjelaskan bagaimana guru
mengelola pembelajaran melalui permainan, dibawah ini akan ditampilkan tabel
Tingkat Perkembangan Bermain Sosial yang dikemukakan oleh Parten dalam
Montolalu yang menjelaskan tentang 6 tahapan perkembangan bermain pada anak.
No.
|
Nama Tahapan
|
Kegiatan Bermain
|
1
|
Unoccupied
|
Mengamati kegiatan orang lain. Bermain dengan
tubuhnya, naik turun tangga, berjalan kesana kemari tanpa tujuan bila tidak
ada yang menarik perhatian dirinya.
|
2
|
Unlookers (berperilaku seperti
penonton/pengamat)
|
Mengamati, bertanya dan berbicara dengan anak lain,
tetapi tidak ikut bermain. Berdiri dari kejauhan untuk melihat dan
mendengarkan anak-anak lain bermain dan bercakap-cakap
|
3
|
Bermain Solitaire
(bermain sendiri)
|
Bermain sendiri dan tidak terlibat dengan anak lain.
Bermain dengan mainannya sendiri merupakan tujuannya
|
4
|
BermainParalel
|
Bermain berdampingan atau berdekatan dengan anak
lain menggunakan alat, tatapi bermain sendiri. Tidak menggunakan alat-alat
bersama, hanya berdampingan dengan anak lain, tidak berdampingan dengannya.
|
5
|
Bermain Associative
|
Bermain dengan anak-anak lain dengan jenis permainan
yang sama. Terjadi percakapan dan Tanya jawab serta saling meminjam alat
permainan, tetapi tidak terlibat dalam kejasama, misalnya dalam kegiatan
menggunting bentuk-bentuk gambar
|
6
|
Bermain Kooperatif
(Group Play)
|
Bermain bersama melakukan suatu proyek bersama,
misalnya dalam permainan drama, permainan konstruktif membangun dengan balok
sebuah kota atau melakukan permainan bersama yang ada unsure kalah-menang,
bermain di bak pasir atau bermain bola kaki yang sederhana, petak umpet, dll
|
Tabel 2. Tabel tingkat perkembangan
Bermain Sosial
Kegiatan bermain lembaga
PAUD/RA/TK biasanya dilakukan di dalam ruang ataupun di luar ruangan. Pemilihan
tempat kegiatan bermain ini tentu saja ditentukan oleh kompetensi apa yang
ingin dicapai oleh anak. Tujuan pembelajaran ini tertuang dalam perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru. Sesuaikan dengan bidang pengembangan yang
harus dicapai anak. Pembelajaran di tingkat PAUD/RA/TK, tentu saja dilakukan
secara terpadu.
2. Rancangan kegiatan bermain yang
dilakukan guru
- Menentukan Tujuan dan Tema Kegiatan Bermain
Tujuan kegiatan bermain bagi anak
usia Taman Kanak-Kanak adalah untuk mengembangkan selutuh aspek perkembangan
anak, baik motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan sosial. Dalam
kegiatan bermain itu terlebih dahulu dikomunikasikan kepada anak dan diutarakan
apa yang akan diperoleh dari kegiatan bermain tersebut dalam bahasa yang dapat
difahami oleh anak-anak. Setelah menentukan tujuan, sesuaikan dengan tema yang
telah ditetapkan dan tertera dalam kurikulum. Dibawah ini terdapat contoh
bagaimana menentukan tujuan dan tema.
- Tujuan bermain: Setelah anak melakukan kegiatan bermain, anak dapat menguasai cara:
- Menghindari pertentangan
- Berbagi kesempatan atau giliran
- Menuntut hak dengan cara yang dapat diterima
- Mengkomunikasikan keinginan yang dapat diterima
- Menghargai hasil karya atau usaha orang lain, dan lain-lain.
- Tema Bermain: Sesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, misalnya Tema Alat Komunikasi. Dilakukan permainan “pesan berantai” dengan cara berbisik, diadakan secara berkelompok dan mengandung unsur perlombaan.
b. Menentukan Macam Kegiatan Bermain
Dalam menentukan jenis kegiatan
bermain harus diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan menjadi hambatan
dalam melakukan kegiatan. Kegiatan permainan sebaiknya merupakan permaianan
yang mendidik atau lebih dikenal dengan “Edu
Fun Game”. Permainan yang seru, menyenangkan, tetapi sarat dengan makna
pendidikan dalam rangka membantu anak untuk mengembangkan berbagai jenis
kecerdasannya. Jika permainan yang dilakukan tidak dapat mengoptimalkan seluruh
bidang kecerdasan, guru dapat memfokuskan pada salah satu jenis kecerdasan apa
yang ingin dicapai sebagai tujuan pembelajaran. Hal ini dapat menjadi dasar
dalam pemilihan permainan. Permainan yang baik adalah permainan yang dapat
mengakomodir seluruh bidang kecerdasan anak secara optimal. Waktu permainan
juga perlu diperhatikan, agar dalam waktu yang cukup, dapat digunakan
semaksimal mungkin dan dapat memberi kesempatan kepada seluruh anak untuk
mengikuti kegiatan. Selama kegiatan permainan berlangsung, perlu diperhatikan
keselamatan anak-anak. Aktivitas anak yang kadang tidak terkontrol oleh guru.
Kecelakaan kecil mungkin saja terjadi apabila kegiatan permainan tersebut
dilakukan penuh dengan kegiatan fisik.
- Menentukan Tempat dan dan Ruang Bermain.
Tempat
bermain ditentukan di luar atau di dalam ruangan, tergantung fasilitas yang ada
di sekolah, jenis permainan yang akan dilakukan, cuaca, dan tema serta tujuan
kegiatan permainan tersebut. Dalam hal ini guru perlu menyiapkan kegiatan
alternative apabila terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Tanpa mengurangi tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, lakukan kegiatan permainan alternatif, sehingga
kegiatan pembelajaran tidak terhambat.
- Menentukan Bahan dan Peralatan Bermain.
Sebelum
melakukan kegiatan bermain, berbagai bahan dan peralatan pendukung hendaknya
dipersiapkan dengan seksama, karena akan menentukan kelancaran kegiatan
pembelajaran melalui permainan ini. Syarat utama bahan dan alat yang diguanakan
adalah aman untuk dipegang, atau dimainkan oleh anak. Keselamatan anak adalah
hal yang paling utama untuk diperhatikan.
- Menentukan Urutan Langkah Bermain
Urutan langkah permainan benar-benar
dipahami oleh guru. Dalam membimbing anak bermain, komunikasikan terlebih
dahulu peraturan yang harus ditaati oleh anak. Hargai pendapat anak apabila
anak mengemukakan pendapat yang berhubungan dengan pelaksanaan permainan
tersebut. Urutan langkah permainan ini terdapat dalam permainan yang sifatnya
terpimpin, atau dibimbing langsung oleh guru. Sedangkan untuk permainan yang
sifatnya bebas (anak menentukan sendiri permainannya) peraturan permainan
berkisar pada waktu, mengingatkan untuk bias saling berbagi antar sesama teman,
dsb. Perencanaan permainan juga harus memperhatikan kegiatan pra bermain, saat
bermain dan kegiatan penutup
Penutup
- Kesimpulan
Metode pembelajaran melalui permainan memberikan dampak positif terhadap
kecerdasan anak. Proses pembelajaran melalui permainan dalam
mengoptimalkan kecerdasan anak perlu dikelola dengan sebaik baiknya.
Misalnya:
- Perencanaan dilakukan jauh hari sebelum program tahun ajaran baru berjalan secara bersama-sama dengan pihak yang terkait.
- Kondisi kelas/lapangan/tempat dilaksanakannya permainan yang kondusif
- Kesiapan guru dalam memimpin dan memandu permainan harus benar-benar diperhatikan,
- Tujuan permainan harus difahami secara mendalam
- Merumuskan alternatif kegiatan pembelajaran jika terjadi hambatan dari berbagai pihak atau peristiwa yang tidak terduga.
- Persiapan alat bantu untuk mendukung permainan.
Pengelolaan metode pembelajaran melalui permainan yang baik dapat meminimalisir
hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran melalui permainan yang dimaksud adalah:
- Penentuan siapa pelaksana atau yang memimpin pembelajaran
- Pengelolaan waktu permainan yang tepat
- Penggunaan alat bantu permainan yang tepat, mudah, murah, dan aman
- Penginformasian petunjuk permainan yang jelas pada anak-anak sesuai dengan pemahaman bahasa yang mereka miliki
- Penyiapan instrumen penilaian observasi yang dilakukan oleh guru pendamping, agar ketercapaian bidang pengembangan dapat langsung diamati dan dinilai sebagai bahan evaluasi.
- Saran
Mengingat manfaat yang diperoleh
sangat besar jika pembelajaran melalui permainan ini dilaksanakan, maka disarankan
agar seluruh pihak yang terkait dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran
melalui permainan. Kepala Sekolah dan Guru berperan aktif untuk selalu mencari
pengetahuan baru baik secara teori maupun praktek melalui berbagai kegiatan.
Faktor terbesar yang mempengaruhi kelancara pelaksanaan metode pembelajaran
melalui permainan adalah adanya kemauan dari guru untuk mencoba berbagai jenis
permainan serta gali terus kreatifitasnya.
Daftar Pustaka
Anwar, A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini.
Bandung: Alfabeta.
Depdiknas, (2005) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Direktorat PADU PLSP.
Moeslichatoen. (2004) MetodePengajaran di tamanKanak-Kanak.
Suhendi, A., dkk (2001)Mainan dan Permainan. Nakita. Juni
2001. Jakarta: PT. Gramedia.
Sudono, Anggani (2004) Sumber Belajar dan Alat permainan untuk Anak
Usia Disiadini, Jakarta : Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar