Selasa, 03 Mei 2016



METODE PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN
OLEH :
NURI WARDANI : 1142113008

ABSTRAK
Permainan adalah suatu kegiatan yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran  Anak Usia Dini. Karakter anak yang senang bermain menjadikan seorang guru dalam mengelola pembelajarannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu tentang konsep, tujuan dan syarat permainan untuk anak, penggolongan kegiatan bermain anak, bahan dan alat permainan yang sesuai dengan perkembangan anak, serta implementasi penggunaan permainan dan alat bermain dalam kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan penulisan ini adalah agar guru memahami dan dapat meningkatkan strategi pembelajarannya melalui metode permainan di kelas dan diluar kelas. Setelah dikaji secara teori, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode permainan sangat sesuai dengan karakter anak usia dini. Metode Pembelajaran melalui permainan dapat dilakukan didalam kelas maupun diluar kelas. Dengan pengelolaan yang tepat  permainan dalam pembelajaran dapat membantu anak sebagai upaya dalam membantu perkembangan anak semaksimal mungkin.
Kata Kunci : Metode, pembelajaran, anak usia dini, permainan
Meningkatkan Kreativitas Anak pada Usia Dini dengan Media Pembelajaran Bermain .


A.    PENDAHULUAN
Dunia bermain adalah dunia yang penuh warna dan menyenangkan. Para pelaku permainan akan merasa terhibur dan senang dengan melakukannya. Dari kata “bermain” saja sudah menunjukan bahwa kegiatan ini berdampak memberikan penyegaran pikiran dari berbagai aktifivitas yang menjenuhkan. Bagi anak-anak, bermain memiliki peranan yang sangat penting. Beberapa pakar psikologi berpendapat bahwa kegiatan bermain dapat menjadi sarana untuk perkembangan anak. Dengan melakukan permainan, anak-anak akan terlatih secara fisik. Dengan demikian kemampuan kognitif dan sosialnyapun akan berkembang. Singkatnya, permainan dimasa kecil akan mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa anak kelak. Suhendi (2001:8) yang  menjelaskan bahwa:

Setiap diri manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat hasrat untuk bermain. Seperti halnya kebutuhan bersosialisasi dan berkelompok, bermain merupakan hasrat yang mendasar pada diri manusia…Anak-anak ingin bermain karena saat itulah mereka mendapatkan berbagai pengalaman lewat bermain melalui eksplorasi alam d sekitarnya. Dari kegiatan tersebut, mereka dapat mengenal alam dan teman sepermainan dalam suasana yang menyenangkan. Sementara orang dewasa membutuhkan permainan sebagai sarana relaksasi dan menghibur diri.
Dari pernyataan diatas, dapat kita ketahui bahwa melalui kegiatan bermain berbagai kompetensi bidang pengembangan  dapat diperoleh khusunya untuk anak usia dini Kompetensi tersebut merupakan dasar pengembangan potensi anak kelak dikemudian hari. Pemilihan permainan yang berupa game-game menarik dan kreatif sangat menentukan pencapaian kompetensi-kompetensi diatas. Guru sebagai kreator, pemimpin dan pembimbing permainan di lembaga PAUD/RA/TK harus jeli dan kreatif mengoptimalkan permainan di sekolah agar bidang pengembangan dan kecerdasan anak dapat dioptimalkan.
Diperlukan wawasan yang luas bagi guru untuk terus menggali kemampuan sianak  dalam memilih permainan yang kreatif, inovatif, tepat sasaran, sarat makna dan harus tetap menyenangkan.  Inilah yang menjadi masalah besar bagi guru-guru. Kurangnya informasi tambahan pengetahuan baik secara teori maupun praktek, terbatasnya kompetensi yang dimiliki guru sebagai akibat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki guru merupakan penyebab kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar dengan menggunakan metode permainan. 
Berdasarkan kenyataan yang ada diatas, maka saya tertarik untuk mengkaji mengenai metode pembelajaran melalui permainan di lembaga PAUD/RA/TK sebagai usaha untuk memaksimalkan tugas bermain dalam perkembangan anak usia dini. Manfaat yang diperoleh guru setelah memahami tentang metode permainan ini adalah guru dapat menerapkan strategi belajar baik di dalam maupun kegiatan di luar kelas disesuaikan dengan tujuan bidang perkembangan anak. Diharapkan agar guru dapat lebih semangat untuk menambah ilmu baik secara teori maupun praktek. Usaha tersebut dapat diperoleh dari berbagai kegiatan baik yang berupa seminar, workshop maupun diklat. Kajian ini diberi judul metode permainan dalam pembelajaran anak usia dini . Istilah Anak Usia Dini pada kajian ini dibatasi pada usia sekolah awal (PAUD/RA/TK) atau usia 4-6 tahun.
PEMBAHASAN
A.    KONSEP PERMAINAN UNTUK ANAK USIA DINI
1.      Pengertian
Pelaku permainan akan  mengalami dan merasakan manfaat secara langsung. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar diruang kelas yang lebih menonjolkan aspek kognitif. Meskipun demikian, kegiatan belajar yang efektif adalah dilakukan dengan belajar langsung, dimana siswa bisa merasakan dan mengalami langsung apa yang mereka pelajari. Kegiatan bermain dan belajar berbeda jika ditinjau secara akademis. Keterampilan akademis, seperti berhitung, menulis dan membaca biasa dikuasai dengan proses belajar di kelas. Meskipun demikian bukan berarti aktivitas bermain tidak berperan penting, keterampilan lain yang berhubungan dengan Basic Life Skill, seperti keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi, bernegosiasi, dan bekerjasama dalam tim, bisa dipelajari dari proses bermain.
Dimata anak-anak, ada beberapa alasan kenapa permainan dibutuhkan sebagai media pembelajarnya. Menurut Sudono (2006: 20) beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Anak-anak membutuhkan pengalaman yang kaya, bermakna, dan menarik, (2) Otak anak senang pada sesuatu yang baru dan hal hal baru yang menantang dan menarik, (3) Rangsangan otak sensori multimedia penting dalam pembelajaran. Makin   banyak yang terlibat (visual, audio, dan audio visual) dalam suatu aktivitas, makin besar pula kemungkinan siswa untuk belajar, (4) Anak umumnya senang bergerak, jadi jangan lupa memasukan gerak dalam pembelajaran, (5) Pengulangan adalah kunci belajar. Berikan kegiatan yang membuat siswa dapat mengulang pembelajaran tanpa rasa bosan dan jenuh, (6) Permainan (games) menyenangkan bagi anak. Keinginan untuk belajar dapat meningkat dengan adanya tantangan dan terhabat oleh ancaman yang disertai oleh rasa tidak mampu atau kelelahan
2.      Kompetensi yang dicapai melalui hasil permainan 
Permainan yang diselenggarakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi khsusnya kompetensi yang erat kaitannya dengan perkembangan anak. Ralibi (2008: 23) mengemukakan tentang kompetensi dari hasil permainan adalah sebagai berikut: (1) Self Awareness, yaitu kemampuan menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari tindakan apa yang harus dilakukan atas emosi yang sedang disadarinya.(2) Self Direction, yaitu kemampuan menggunakan pilihan-pilihan dalam mengahdapi persoalan.(3) Self Management, Yaitu keampuan mengelola ataumengorganisasi persoalan atautugas secara mandiri.(4) Empathy, kemampuan menyadari emosi yang dirasakan oleh orang lain. (5) Assertive, yaitu kemampuan mengkondisikan  diri diantara perilaku submisif (cenderung mengikuti) dan agresif. (6) Followership, yaitu kemampuan memosisikan diri untuk dipimpin orang lain. (7)Craetive Thinking, yaitu kemampuan berpikir dengan car memadukan pengalaman pikiran dan tindakannya dalam menghadapi persoalan. (8) Team Work, yaitu kemampuan bekerjasama dalam sebuah tim. (9) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan. (10) Oppeness, yaitu kemampuan membuka diri terhadap oranglain. (11) Team Spirit. yaitu kemampuan menghidupkan semangat secara kolektif. (12) Effective Comunication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain secara verbal maupun non verbal. (13) Self Communication, yaitu kemampuan beinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal. (14) Self Motivation, yaitu kemampuan memacu motivasi di dalam diri     
3.  Syarat pemilihan dan penggunaan alat dan bahan permainan  
Selain permainan yang dapat dilaksanakan tanpa bantuan alat, permainan juga dapat dilakuka dengan alat bantu alat permainan. Beberapa  aspek yang  perlu diperhatikan  dalam  memilih bahan dan  peralatan belajar dan  bermain anak yaitu:
a.       Pilih alat atau bahan yang mengundang perhatiananak, Alat dan  bahan dapat  memuaskan  kebutuhan anak, menarik minat dan   menyentuh perasaan mereka baik dari warna,  jenis,  bentuk, ukuran  atau berat. Jenis dan  bentuk  alat  belajar  juga  akan  berpengaruh terhadap  perkembangan belajar anak.  Olehkarena   itu   pilih   yang   bobotnya tidak  terlalu berat sehingga  anak  mudah  memindah-mindahkannya, kecuali memang peralatan tersebut dirancang khusus untuk tidak dipindah, digeser atau dibawa oleh anak.
  1. Pilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia anak.   Dalam mencari alat permainan kita  harus mempelajari  perkembangan dan ciri-ciri belajar anak sebagaimana karakteristik anak.
  2. Pilih alat atau bahan yang memiliki unsur multiguna. Alat   dan  bahan   mainan  ini  dapat  memenuhi bermacam-macam tujuan  pengembangan atau  jika  memungkinkan seluruh aspek perkembangan anak  dan  dapat  dipergunakan  secara fleksibel dan  serba guna. Misalnya ketika anak bermain dengan balok ia akan berfikir untuk membangun sesuatu dari balok (kognitif) membolak-balik/mengeksploras balok tersebut (motorik halus) membuat bangunan baru/aneh (kreatif) atau kerjasama dengan temannya untuk menyusun balok (sosial).
  3. Alat    permainan     sebaiknya    beraneka    macam      sehingga    anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainan.
  4. Pilih bahan yang dapat memperluas kesempatan anak  untuk  menggunakannya dengan bermacam cara. Tingkat kesulitan sebaiknya disesuaikan dengan rentang usia anak.
  5. Peralatan mainan tidak terlalu rapuh
  6. Pilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan tidak meniru-niru. Sebaiknya alat   atau    bahan yang dipilih tidak  dibedakan  berdasarkan jenis  kelamin. Pada  anak usia  dini  perlu diperkenalkan berbagai peran dan hal.
  7. Pilih alat dan bahan yang sesuai dengan filsafat dan nafas pendidikan.  Alat   dan   bahan   ini   sering   disebut   dengan APE   (Alat Permainan  Edukatif)   untuk   mendapatkan  dapat  berkonsultasi dengan seorang ahli baik, ahli mainan, pendidik  anak  psikolog atau  perawat anak yang  profesional.
4.   Penggolongan kegiatan bermain anak berdasarkan dimensi perkembangan
Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi perkembangan anak menurut Gordon dalam Moeslichatoen dibagi dalam 4 golongan yaitu: “ Bermain secara soliter, bermain secara parallel, bermain secara asosiatif, dan bermain secara kooperatif”. Bermain soliter artinya bermain sendiri tanpa teman. Bermain parallel artinya  kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan menggunakan alat permainan yang sama, tetapi masing-masing anak bermain sendiri. Bermain Asosiatif artinya anak bermain dalam permainan yang  sama tapi tidak ada peraturan. Sedangkan bermain kooperatif adalah Masing-masing anak memiliki peran tertentu guna mencapai tujuan bermain. Anak-anak dari kelompok usia akan menunjukan tahapan perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda.
Penggolongan kegiatan bermain tersebut diatas dilakukan oleh anak-anak sesuai dengan perkembangan anak secara fitrah. Penggolongan tersebut merupakan tahapan-tahapan perkembangan bermain anak. Anak dapat bermain sendiri dengan bimbingan orang tua atau guru, permainan saling meniru dengan teman, bermain bersama dengan permainan yang mengandung unsur kompetisi. Perkembangan kecerdasan personal anak sangat dirasakan manfaatnya.
 Dalam proses permainan terdapat unsur aturan-aturan yang harus ditaati, mengerti orang lain, toleransi, kerjasama dan persahabatan. Oleh karena itu melalui permainan anak dapat dirangsang dan dilatih kecerdasan personalnya karena anak dapat berinteraksi sosial dan berempati.           

5. Kegiatan bermain anak berdasarkan kegemaran
Kegiatan bermain berdasarkan pada kegemaran anak, dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a.       Bermain bebas dan spontan
b.      Bermain Pura-pura, dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk:
1.      Minat pada personifikasi (bicara pada boneka atau benda-benda mati)
2.      Bermain dengan menggunakan peralatan (minum dengan menggunakan cangkir kosong, dll)
3.      Bermain pura-pura dalam situasi tertentu, misalnya situasi dalam keluarga, tempat praktek dokter,dan sebagainya)
         Pola bermain pura-pura merupakan permainan untuk mengembangkan imajinatif anak yang sangat unik, bahkan terkadang kurang difahami oleh orang dewasa. Oleh karena itu sebaiknya orang dewasa disekitarnya dapat lebih faham dan mengembangkan secara maksimal kemampuan anak dalam berimajinasi tersebut.
  1. Bermain dengan cara membangun dan menyusun. Bermain dalam bentuk seperti ini sangat baik untuk mengembangakan kreativitas anak Setiap anak akan menggunakan imajinasinya membentuk atau membangun sesuatu mengikuti daya khayalnya. Anak akan merasa bangga dan akan menunjukan kreasinya kepada teman atau gurunya. Membangun dan menyusun ini bukan hanya dengan menggunakan alat bantu (APE-Alat Permainan Edukatif)), akan tetapi bentuk gambar, lukisan (finger painting), meronce, dll, merupakan bentuk lain dari kreatitivitas anak dalam hal membentuk dan membangun.
d.      Bertanding atau berolah Raga
     Bermain dengan jenis permainan yang mengandung unsur game atau pertandingan, baik juga dilakukan di sekolah. Permainan yang bermakna pertandingan hendaknya dilakukan dengan aturan sederhana dan jelas, dan usahakan tempo permainan tidak terlalu panjang. Berbagai kegiatan bermain yang megandung unsur pertandingan misalnya:
  1. Belajar mendengar dan menguasai kosa kata
  2. Belajar mendengar dan mengapresiasi nada musik
  3. Permainan yang menuntut penguasaan anak dalam hal menjodohkan (kartu Kuartet, Domino,dll)
  4. Permainan yang menuntut penguasaan koordinasi motorik halus

6.    Bahan dan Alat permainan sesuai dengan  Perkembangan Anak
  1. Bahan dan peralatan bermain bagi pengembangan  motorik anak.
Sebaiknya sekolah memiliki tempat atau ruang khusus untuk aktivitas motorik anak. Sebaiknya anak diberikan ruang untuk melatih gerakan otot kasarnya seperti : seluncuran, besi-besi panjatan, ayunan, arena sepeda, dll. Peralatan bermain yang beroda sebaiknya dapat digunakan oleh anak untuk mengembangkan aspek sosialnya. Anak bisa bermain bersama, bergantian, sehingga interaksi social dapat terjalin diantara mereka.
  1. Bahan dan peralatan bermain bagi perkembangan kognitif anak.
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain: Kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, divergen, dan member penilaian. Kegiatan bermain dilakukan dengan cara mengamati dan mendengar.Bahan atau peralatan yang dibutuhkan hendaknya membantu dalm perkembangan anak dalam mengamati dan mendengarkan. Contohnya: Papan pasak kecil,menara gelang, balok ukur, dll
c.       Bahan dan peralatan bermain bagi pengembangan kreativitas anak.
Bermain dapat meningkatkan kreativitas anak. Kreativitas bagi anak-anak adalah suatu permainan. Anak-anak mampu membuat apa saja yang mengasyikan untuk menjadi permainan yang mengasyikan dirinya. Anak anak tidak terbelenggu oleh berbagai tabu, gengsi, dan aturan seperti permainan orang dewasa. Kreativitas adalah karakter standar yang dimiliki setiap orang sebagai suatu karunia Allah S W T, dan menjadikan manusia memiliki kelebihan dari mahlik Allah yang lainnya. Kreativitas harus terus distimulus agar dapat berkembang dengan baik. Permaina yang dilakukan bersama anak anak di sekolah sebaiknya perminan yang menantang kreatifitas anak secara maksimal.
d.      Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak .
Kemampuan berbahasa yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain bertujuan untuk:
1.      Menguasai bahasa reseptif (mendengar dan memahami apa yang didengar):
a.       Memahami perintah
b.      Menjawab pertanyaan
c.       Mengikuti urutan peristiwa
2.      Menguasai bahsa ekspresif yang meliputi:
b.      Menguasai kata-kata baru
c.       Menggunakan pola bicara orang dewasa
3.      Berkomunikasi secara verbal dengan orang lain: berbicara sendiri atau berbicara pada orang lain
4.      Keasyikan menggunakan bahasa
e.       Bahan dan Peralatan Bermain bagi Pengembangan Emosi Anak usia Taman Kanak-Kanak.
Hal penting dalam melakukan kegiatan untuk mengembangkan emosi diantaranya harus dapat :
1.      Meningkatkan kemampuan untuk memahami perasaan (dengan cara menyebutkan perasaan, menerima perasaan, mengekspresikan secara tepat, dan memahami perasaan orang lain
2.      Meningkatkan kemampuan berlatih membuat pertimbangan
3.      Meningkatkan kemampuan memahami perubahan
4.      Menyenangi diri sendiri
Bahan dan alat permainan yng dapat digunakan misalnya tanah liat/plastisin yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam bentuk, balok-balok mainan, memelihara hewan peliharaan, bermain drama,dan buku-buku cerita.
  1. Bahan dan peralatan bermain bagi Pengembangan Sosial Anak usia Taman Kanak-Kanak.
Kemampuan sosial yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain harus bertujuan untuk membina hubungan dengan anak lain dan belajar bertingkah laku yang dapat diterima dan sesuai dengan harapan anak lain. Moeslichatoen menyatakan: Peralatan bermain dan permainan yang dilakukan sebaiknya dapat digunakan secara bersama atau permainan dapat dilakukan bersama agara memperoleh makna, diantaranya adalah:
1.      Setiap perbuatan yang dilakukan dalam interaksi dengan anak lain itu ada dampaknya.
2.      Setiap tingkah laku sosial yang positif yang dapat diterima anak lain.
3.      Setiap anak akan dapat melkukan keinginannya asal dilaksanakan secara secara wajar.
4.      Setiap anak dapat menuntut haknya dengan cara yang dapat diterima anak lain.
5.      Setiap anak dapat mengekspresikan perasaannya bila dilaksanakan dengan cara yang dapat diterima anak lain.
Mengamati pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial yang harus dicapai anak merupakan wujud dari pengoptimalan kecerdasan personal, khususnya Kecerdasan Interpersonal. Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa bermain merupakan bagian utama dari kehidupan anak. Dengan demikian wajar bila kebijakan Pemerintan Republik Indonesia di Bidang Pendidikan Prasekolah (RA/TK) menetapkan  bermain sebagai alat belajar utama bagi anak. Dalam kebijakan tersebut secara eksplisit dinyatakan sebagai berikut:
“ Bermain adalah sifat yang melekat lansung pada kodrat anak.  Jika ada anak yang tidak mau bermain, itu menunjukan adanya suatu kelainan dalam diri anak tersebut.  …  Mengabaikan kenyataan ini, apalagi mengingkari, jelas bertentangan dengan kebutuhan perkembangan jiwa anak” (Depdikbud, 1994/1995) dalam Solehuddin (2000:87). 
          Kostelnik dalam montolalu mengemukakan tentang karakteristik bermain pada anak sebagai berikut:”Play is fun, not serious, meaningful, active, voluntary, intrinsically motivated, rule governed”. Selanjutnya Bergen (1988), juga mengemukakan bahwa terdapat empat kategori bermain, yaitu:
1.      Bermain bebas (free play). Dalam bermain bebas, anak memilih apapun yang dimainkannnya, bagaimana bermain, dan di mana mereka bermain. Bermain seperti ini menuntut para pendidik untuk menyediakan lingkungan yang aman, menyediakan berbagai peralatan dan bahan yang mendukung
  1. Bermain terbimbing (guided play). Bermain terbimbing memiliki aturan, lebih sedikit pilihan, dan adanya pengawasan dari orang dewasa.
  2. Bermain yang diarahkan (directed play). Dalam bermain ini kegiatan bermain ditentukan oleh orang dewasa.
  3. Work disguised play. Bermain ini menggambarkan kegiatan diorientasikan pada tugas tertentu, dan orang dewasa berusaha mentransformasikannya kedalam kegiatan bermain terbimbing atau yang diarahkan.
Dalam pengimplentasiannya para pendidik  dapat mengintegrasikan pendekatan belajar melalui bermain tersebut dalam metode-metode pembelajaran lain yang  digunakan misalnya bercakap-cakap, bercerita, karyawisata, sosiodrama atau bermain peran, proyek, eksperimen, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tuga




B.     IMPLEMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN MELALUI PERMAINAN
1.      Peran Guru dalam Kegiatan Bermain 
Bermain  merupakan upaya bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan  serta cara anak menjelajah lingkungannya. Bermain juga membantu anak untuk menjalin hubungan soial antar anak. Ketika anak mulai masuk ke suatu lembaga pendidikan prasekolah (TK/RA), anak-anak harus mulai bisa menempatkan diri pada posisi yang tepat, karena dalam beberapa hal kegiatan bermain di sekolah berbeda dengan kegiatan bermain di rumah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Perbedaan Bermain di Sekolah dan di Rumah
Kegiatan Bermain di Sekolah
Kegiatan Bermain di Rumah
Memiliki kesempatan bermain dalam kelompok yang lebih besar
 Kesempatan bermain dengan kelompok yang lebih kecil
Alat permainan lebih banyak dan beragam, misalnya jumalh balok lebih banyak, dll
Alat permainan terbatas dan jumlahnya tidak banyak
Jenis/macam permainan lebih beragam
Jenis/macam permainan lebih sedikit
Anak harus belajar belajar berbagi dengan teman-temannya
Anak dapat menguasai permainannya sendiri tanpa harus berbagi dengan teman
Waktu untuk bermain terbatas karena waktu anak berada di sekolah hanya beberapa jam
Waktu untuk bermain lebih bebas dan fleksibel sesuai dengan keinginan anak.
Setiap permainan memiliki kesepakatan/aturan bersama yang harus dipatuhi anak-anak
Aturan permainan bebas ditentukan oleh anak sendiri
Sebelum menjelaskan bagaimana guru mengelola pembelajaran melalui permainan, dibawah ini akan ditampilkan tabel Tingkat Perkembangan Bermain Sosial yang dikemukakan oleh Parten dalam Montolalu yang menjelaskan tentang 6 tahapan perkembangan bermain pada anak.


No.
Nama Tahapan
Kegiatan Bermain
1
Unoccupied
Mengamati kegiatan orang lain. Bermain dengan tubuhnya, naik turun tangga, berjalan kesana kemari tanpa tujuan bila tidak ada yang menarik perhatian dirinya.
2
Unlookers (berperilaku seperti penonton/pengamat)
Mengamati, bertanya dan berbicara dengan anak lain, tetapi tidak ikut bermain. Berdiri dari kejauhan untuk melihat dan mendengarkan anak-anak lain bermain dan bercakap-cakap
3
Bermain Solitaire (bermain sendiri)
Bermain sendiri dan tidak terlibat dengan anak lain. Bermain dengan mainannya sendiri merupakan tujuannya
4
BermainParalel
Bermain berdampingan atau berdekatan dengan anak lain menggunakan alat, tatapi bermain sendiri. Tidak menggunakan alat-alat bersama, hanya berdampingan dengan anak lain, tidak berdampingan dengannya.
5
Bermain Associative
Bermain dengan anak-anak lain dengan jenis permainan yang sama. Terjadi percakapan dan Tanya jawab serta saling meminjam alat permainan, tetapi tidak terlibat dalam kejasama, misalnya dalam kegiatan menggunting bentuk-bentuk gambar
6
Bermain Kooperatif (Group Play)
Bermain bersama melakukan suatu proyek bersama, misalnya dalam permainan drama, permainan konstruktif membangun dengan balok sebuah kota atau melakukan permainan bersama yang ada unsure kalah-menang, bermain di bak pasir atau bermain bola kaki yang sederhana, petak umpet, dll
Tabel 2. Tabel tingkat perkembangan Bermain Sosial

              Kegiatan bermain lembaga PAUD/RA/TK biasanya dilakukan di dalam ruang ataupun di luar ruangan. Pemilihan tempat kegiatan bermain ini tentu saja ditentukan oleh kompetensi apa yang ingin dicapai oleh anak. Tujuan pembelajaran ini tertuang dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru. Sesuaikan dengan bidang pengembangan yang harus dicapai anak. Pembelajaran di tingkat PAUD/RA/TK, tentu saja dilakukan secara terpadu.
2. Rancangan kegiatan bermain yang dilakukan guru
  1. Menentukan Tujuan dan Tema Kegiatan Bermain
Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia Taman Kanak-Kanak adalah untuk mengembangkan selutuh aspek perkembangan anak, baik motorik, kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan sosial. Dalam kegiatan bermain itu terlebih dahulu dikomunikasikan kepada anak dan diutarakan apa yang akan diperoleh dari kegiatan bermain tersebut dalam bahasa yang dapat difahami oleh anak-anak. Setelah menentukan tujuan, sesuaikan dengan tema yang telah ditetapkan dan tertera dalam kurikulum. Dibawah ini terdapat contoh bagaimana menentukan  tujuan dan tema.
  • Tujuan bermain: Setelah anak melakukan kegiatan bermain, anak dapat menguasai cara:
  1. Menghindari pertentangan
  2. Berbagi kesempatan atau giliran
  3. Menuntut hak dengan cara yang dapat diterima
  4. Mengkomunikasikan keinginan yang dapat diterima
  5. Menghargai hasil karya atau usaha orang lain, dan lain-lain.
  • Tema Bermain: Sesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, misalnya Tema Alat Komunikasi. Dilakukan permainan “pesan berantai” dengan cara berbisik, diadakan secara berkelompok dan mengandung unsur perlombaan.
b.      Menentukan Macam Kegiatan Bermain
Dalam menentukan jenis kegiatan bermain harus diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan. Kegiatan permainan sebaiknya merupakan permaianan yang mendidik atau lebih dikenal dengan “Edu Fun Game”. Permainan yang seru, menyenangkan, tetapi sarat dengan makna pendidikan dalam rangka membantu anak untuk mengembangkan berbagai jenis kecerdasannya. Jika permainan yang dilakukan tidak dapat mengoptimalkan seluruh bidang kecerdasan, guru dapat memfokuskan pada salah satu jenis kecerdasan apa yang ingin dicapai sebagai tujuan pembelajaran. Hal ini dapat menjadi dasar dalam pemilihan permainan. Permainan yang baik adalah permainan yang dapat mengakomodir seluruh bidang kecerdasan anak  secara optimal. Waktu permainan juga perlu diperhatikan, agar dalam waktu yang cukup, dapat digunakan semaksimal mungkin dan dapat memberi kesempatan kepada seluruh anak untuk mengikuti kegiatan. Selama kegiatan permainan berlangsung, perlu diperhatikan keselamatan anak-anak. Aktivitas anak yang kadang tidak terkontrol oleh guru. Kecelakaan kecil mungkin saja terjadi apabila kegiatan permainan tersebut dilakukan penuh dengan kegiatan fisik.

  1. Menentukan Tempat dan dan Ruang Bermain.
     Tempat bermain ditentukan di luar atau di dalam ruangan, tergantung fasilitas yang ada di sekolah, jenis permainan yang akan dilakukan, cuaca, dan tema serta tujuan kegiatan permainan tersebut. Dalam hal ini guru perlu menyiapkan kegiatan alternative apabila terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Tanpa mengurangi tujuan pembelajaran yang ditetapkan, lakukan kegiatan permainan alternatif, sehingga kegiatan pembelajaran tidak terhambat.
  1. Menentukan Bahan dan Peralatan Bermain.
     Sebelum melakukan kegiatan bermain, berbagai bahan dan peralatan pendukung hendaknya dipersiapkan dengan seksama, karena akan menentukan kelancaran kegiatan pembelajaran melalui permainan ini. Syarat utama bahan dan alat yang diguanakan adalah aman untuk dipegang, atau dimainkan oleh anak. Keselamatan anak adalah hal yang paling utama untuk diperhatikan.
  1. Menentukan Urutan Langkah Bermain
Urutan langkah permainan benar-benar dipahami oleh guru. Dalam membimbing anak bermain, komunikasikan terlebih dahulu peraturan yang harus ditaati oleh anak. Hargai pendapat anak apabila anak mengemukakan pendapat yang berhubungan dengan pelaksanaan permainan tersebut. Urutan langkah permainan ini terdapat dalam permainan yang sifatnya terpimpin, atau dibimbing langsung oleh guru. Sedangkan untuk permainan yang sifatnya bebas (anak menentukan sendiri permainannya) peraturan permainan berkisar pada waktu, mengingatkan untuk bias saling berbagi antar sesama teman, dsb. Perencanaan permainan juga harus memperhatikan kegiatan pra bermain, saat bermain dan kegiatan penutup






Penutup
  1. Kesimpulan
          Metode pembelajaran melalui permainan memberikan dampak positif terhadap kecerdasan  anak. Proses  pembelajaran melalui permainan dalam mengoptimalkan kecerdasan  anak perlu dikelola dengan sebaik baiknya. Misalnya:
  1.  Perencanaan dilakukan jauh hari sebelum program tahun ajaran baru berjalan secara bersama-sama dengan pihak yang terkait.
  2. Kondisi kelas/lapangan/tempat dilaksanakannya permainan yang kondusif
  3. Kesiapan guru dalam memimpin dan memandu permainan harus benar-benar diperhatikan,
  4. Tujuan permainan harus difahami secara mendalam
  5. Merumuskan alternatif kegiatan pembelajaran jika terjadi hambatan dari berbagai pihak atau peristiwa yang tidak terduga.
  6. Persiapan alat bantu untuk mendukung permainan.
         Pengelolaan metode pembelajaran melalui permainan yang baik dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pengelolaan  pembelajaran melalui permainan yang dimaksud adalah:
  1. Penentuan siapa pelaksana atau yang memimpin pembelajaran
  2. Pengelolaan  waktu permainan yang tepat
  3. Penggunaan alat bantu permainan yang tepat, mudah, murah, dan aman
  4. Penginformasian petunjuk permainan yang jelas pada anak-anak sesuai dengan pemahaman bahasa yang mereka miliki
  5. Penyiapan instrumen penilaian observasi yang dilakukan oleh guru pendamping, agar ketercapaian bidang pengembangan dapat langsung diamati dan dinilai sebagai bahan evaluasi.
  1. Saran
Mengingat manfaat yang diperoleh sangat besar jika pembelajaran melalui permainan ini dilaksanakan, maka disarankan agar seluruh pihak yang terkait dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran melalui permainan. Kepala Sekolah dan Guru berperan aktif untuk selalu mencari pengetahuan baru baik secara teori maupun praktek melalui berbagai kegiatan. Faktor terbesar yang mempengaruhi kelancara pelaksanaan metode pembelajaran melalui permainan adalah adanya kemauan dari guru untuk mencoba berbagai jenis permainan serta gali terus kreatifitasnya.
Daftar Pustaka
Anwar, A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini.  Bandung: Alfabeta.
Depdiknas, (2005) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat PADU PLSP.
Moeslichatoen. (2004) MetodePengajaran di tamanKanak-Kanak.
Suhendi, A., dkk  (2001)Mainan dan Permainan. Nakita. Juni 2001. Jakarta: PT. Gramedia.
Sudono, Anggani (2004) Sumber Belajar dan Alat permainan untuk Anak Usia Disiadini, Jakarta : Grasindo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar