WILDA SURI PRAWIRA
1143113034
ABSTRAK
Tidak ada tercantum ilmu sains
sebagai subjek eksklusif di kurikulum TK saat ini. Namun, itu
tidak berarti bahwa tidak ada ilmu sains di TK . Ilmu sains di TK
dianggap penting untuk mengembangkan cara berpikir ilmiah, yaitu logika ,
berdasarkan data / realitas. Guru TK harus sangat hati-hati dan secara
sederhana dalam memperkenalkan ilmu sains untuk anak usia dini.
PENDAHULUAN
Menurut istilah secara umum, sains adalah proses pengamatan, berpikir, dan merefleksikan
aksi dan kejadian/peristiwa. Sains merupakan cara kita berpikir dan melihat
dunia sekitar kita. Ini adalah salah satu cabang ilmu atau subjek bahasan yang
mengkaji fakta-fakta/kenyataan yang terkait dengan fenomena alam. Pengkajian
inipun perlu dilakukan secara berkelanjutan (Isaac Aimov, 1995).
Sains adalah aktifitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang
dimotivasikan oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan.
Untuk memahami alam tersebut, serta keinginan memanipulasi alam dalam rangka
meluaskan keinginan atau kebutuhannya.
Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan.
Berdasarkan webster new collegiate dictionary defenisi dari sains adalah
“pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau
“pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang
terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam
hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan
fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
KAJIAN TEORI
Sains pada anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus
mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah,
sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir,
dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa.
Anak usia dini, atau usia prasekolah, berada dalam masa emas perkembangan
otaknya. Salah satu hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak
pada usia empat tahun sudah mencapai 50%. Kapasitas ini akan meningkat hingga
80% pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada
anak usia dini.
Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya.
Sebagian besar waktu dari anak usia dini dihabiskan bersama orangtua. Maka yang
perlu dilakukan orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain itulah
kita dapat melakukan ekerimen sains dan menegenalkan matematika.
Menurut Whiterington (1979), bermain mempunyai fungsi mempermudah
perkembangan kognisi anak dan memungkinkan anak melihat lingkungan, mempelajari
sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapi.selain itu, bermain juga dapat
meningkatkan perkembangan sosial anak.
Banyak manfaat yang diperoleh jika anak sejak dini telah diperkenalkan dengan sains. Sains melatih anak
bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya wawasan anak
untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga sains dapat mengarahkan dan
mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.
Sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap eksperimen dan tak boleh
menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains dapat melatih mental positif,
berpikir logis, dan urut (sistematis). Di samping itu, dapat pula melatih anak
bersikap cermat, karena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil
keputusan.
Pengenalan
sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk..
Untuk anak pra sekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara
sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi
terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada
disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari
benda-benda tersebut.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya
untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk
melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan
indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak
memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada
disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir
lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana.
Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu
perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.
Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih
menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai
dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak
berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih
menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan
rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.
Pembelajaran sains pada anak usia
dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada anak tentang
alam dan segala isinya yang memberikan makna terhadap kehidupannya di masa yang
akan datang.
Leeper (1994) mengemukakan tujuan
pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Agar anak-anak memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga
anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang
dihadapinya.
2. Agar anak memiliki sikap ilmiah.
Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan,
dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap
informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3. Agar anak-anak
mendapatkan penngetahuan dan informasi ilmiah yang lebih baik dan
dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar
keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil
temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan
yang menaunginya.
4. Agar anak lebih berminat dan
tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan
alam sekitarnya.
Berdasarkan tujuan tersebut,
jelaslah bahwa pengembangan pembelajaran sains bukan saja membina
domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor
secara seimbang, bahkan lebih jauh diharapkan dengan mengembangkan
pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas
dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi
aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan
kompleks pada masa akan datang.
Ada beberapa jenis keterampilan
sains dapat dilatihkan pada anak usia dini. Pertama, mengamati. Caranya,
ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita. Dimulai
dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair? Mengapa ada
siang dan malam, dan sebagainya.
Kedua, mengelompokkan. Dalam hal ini,
anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori masing-masing. Misalnya
kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-jian, kelompok warna yang sama, dan lain
sebagainya.
Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama
es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas
akan menjadi dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung. Kita mendorong
anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan
bentuk-bentuk benda kepadanya.
Jadi, sains dan matematika
sebenarnya dapat diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Tentu dengan
memperhatikan cara dan bahasa penyampaiannya, serta disesuaikan dengan umur dan
perkembangan si anak.
Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah
sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya
tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan
pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep
sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan
pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak.
Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi
pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara
optimal.
Ada beberapa materi sains yang
sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik
sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand
experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain
itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi,
klasifikasi, pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan
sebab akibat.
Ø Strategi
Pengembangan Pembelajaran Sains Melalui Seni Rupa
Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara:
pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan
terbuka bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang
pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni
visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir, merancang dan instalasi sering
diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak Kanak.
Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan
sains di Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman
Kanak-Kanak harus memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara
umum anak juga mengalami periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan
dikatakan bahwa pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan
ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang
dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor Lowenfeld
menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar.
Menurut Lowenfeldperiodisasi
menggambar anak-anak dibedakan menjadi:
§ Masa goresan
(sekitar usia 2-4 tahun)
§ Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)
§ Masa bagan
(sekitar usia 7-9 tahun)
§ Masa permulaan
realisme (sekitar usia 9-11 tahun)
§ Masa realisme
semu (sekitar umur 11-13 tahun)
Anak usia TK B adalah termasuk masa prabagan. Masa ini goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih
bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi
wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu,
misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia
yang sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam
lingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini
anak sudah dapat mewujudkan objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri
tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya.
Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk
memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa
menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan
perkembangan menggambar prabagan.
Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak
mulai dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.
Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B,
harus memperhatikan periodisasiperkembangan kognitif dan periode perkembangan
seni rupa bagi anak. Di mana anak
dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari sisi
perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran
sains melalui seni mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan
dan mengacu pada tema-tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala
sekolah dalam rangka memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaK.
Ø Pendekatan dan Metode Pembelajaran Di Taman
Kanak-kanak
Menurut R.J. Drost dalam Mardiyanto (2008:12) taman
Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak usia prasekolah. Taman Kanak-kanak
merupakan pendidikan untuk usia prasekolah sehingga kegiatannya mencakup
kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan
Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004:2) disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah
salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
Berdasarkan definisi di atas, anak Taman Kanak-kanak
(TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat
sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2007:6) yang
menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak usia antara lima
sampai dengan enam tahun.
Masa Kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin
menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada
saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah
aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 1997: 27). Pada masa itu,
anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh
potensi yang dimilikinya.
Pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi- fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan
sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa,
sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan
nilai-nilai agama.
Dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak (TK) dan
Raudlatul Athfal (RA) menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan
TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah
disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak
dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK
dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya
pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual,
bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan
pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan
dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
2. Bermain
Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul
Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak
dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga
ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode,
materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti
sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan
suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru
dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.
3. Kreatif
dan Inovatif
Proses pembelajaran dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak
untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran
hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan
sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran.
Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk
membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak
usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman
Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang
digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan
pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan
nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut Moeslichatoen (1999) adalah :
1. Metode
bermain
2. Metode
Karyawisata
3. Metode
Bercakap-cakap
4. Metode
Bercerita
5. Metode
Demonstrasi
6. Metode
Proyek
7. Metode
Pemberian tugas
KESIMPULAN
Sains adalah proses sepanjang hayat sebagaimana
belajar berhitung. Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh manfaat
dengan menganalisis keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur sains.
Anak-anak perlu didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman sains di alam,
kemudian menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat, menanyakannya, dan
menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Jika kita tidak menginteraksikan sains kepada
anak-anak sejak dini, maka sama artinya kita mencetak anak-anak yang sukar
menganalisis peristiwa sains. Dengan demikian, ketika kita menginginkan
anak-anak kita memiliki kinerja yang baik saat duduk di jenjang sekolah yang
lebih tinggi, maka sains mesti kita ajarkan sejak taman kanak-kanak.
Seorang guru
mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan eksperimen itu bisa berupa
mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar, menambah kosakata dengan
saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya serta
mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam kurikulum untuk
pendidikan prasekolah
Mungkin ada sebuah pertanyaan yang sekarang muncul di
dalam benak kita, sains itu terjadi kapan saja? Sejatinya, ada banyak kegiatan
sehari-hari yang mengandung inti konsep dasar sains. Menuangkan minuman
memberikan penjelasan tentang sifat zat cair yang mengalir dari atas ke bawah.
Kincir kertas yang berputar karena ditiup angin, bola menggelinding di atas
bidang miring adalah beberapa kegiatan yang nampaknya remeh tetapi membuka
peluang bagi anak-anak untuk mengajukan pertanyaan: mengapa perstiwa-peristiwa
tersebut dapat terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Paiget, J.
(1970). The Science of Education amd the Psychology of the Child. NY:
Grossman.
Suyadi.
M.Pd.I(2014). Teori Pembelajarn Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. ROSDA.
Nugraha,
Ali.2008,Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini.Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar