Minggu, 01 Mei 2016

JURNAL PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK USIA DINI



WILDA SURI PRAWIRA
1143113034
Hasil gambar untuk SAINS ANAK

ABSTRAK
Tidak ada tercantum ilmu sains sebagai subjek eksklusif di kurikulum TK saat ini. Namun, itu tidak berarti bahwa tidak ada ilmu sains di TK . Ilmu sains di TK dianggap penting untuk mengembangkan cara berpikir ilmiah, yaitu logika , berdasarkan data / realitas. Guru TK harus sangat hati-hati dan secara sederhana dalam memperkenalkan ilmu sains untuk anak usia dini.

PENDAHULUAN
Menurut istilah secara umum, sains adalah proses pengamatan, berpikir, dan merefleksikan aksi dan kejadian/peristiwa. Sains merupakan cara kita berpikir dan melihat dunia sekitar kita. Ini adalah salah satu cabang ilmu atau subjek bahasan yang mengkaji fakta-fakta/kenyataan yang terkait dengan fenomena alam. Pengkajian inipun perlu dilakukan secara berkelanjutan (Isaac Aimov, 1995).
Sains adalah aktifitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasikan oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan. Untuk memahami alam tersebut, serta keinginan memanipulasi alam dalam rangka meluaskan keinginan atau kebutuhannya.
Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Berdasarkan webster new collegiate dictionary defenisi dari sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

         KAJIAN TEORI
Sains pada anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa.
Anak usia dini, atau usia prasekolah, berada dalam masa emas perkembangan otaknya. Salah satu hasil penelitian menyebutkan, kapasitas kecerdasan anak pada usia empat tahun sudah mencapai 50%. Kapasitas ini akan meningkat hingga 80% pada usia delapan tahun. Ini menunjukkan pentingnya memberi rangsangan pada anak usia dini.
Mengenalkan sains pada anak harus sesuai dengan tahapan umur dan perkembangannya. Sebagian besar waktu dari anak usia dini dihabiskan bersama orangtua. Maka yang perlu dilakukan orang tua adalah meluangkan sedikit waktu untuk bermain itulah kita dapat melakukan ekerimen sains dan menegenalkan matematika.
Menurut Whiterington (1979), bermain mempunyai fungsi mempermudah perkembangan kognisi anak dan memungkinkan anak melihat lingkungan, mempelajari sesuatu, dan memecahkan masalah yang dihadapi.selain itu, bermain juga dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.
Banyak manfaat yang diperoleh jika anak sejak dini telah diperkenalkan  dengan sains. Sains melatih anak bereksperimen dengan melaksanakan beberapa percobaan, memperkaya wawasan anak untuk selalu ingin mencoba dan mencoba. Sehingga sains dapat mengarahkan dan mendorong anak menjadi seorang yang kreatif dan penuh inisiatif.
Sains membiasakan anak-anak mengikuti tahap-tahap eksperimen dan tak boleh menyembunyikan suatu kegagalan. Artinya, sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan urut (sistematis). Di samping itu, dapat pula melatih anak bersikap cermat, karena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan.
Pengenalan sains untuk anak pra sekolah lebih ditekankan pada proses daripada produk.. Untuk anak pra sekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.
Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis.

Dalam pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga mengembangkan kemampuan intelektual anak.

Pembelajaran sains pada anak usia dini sangat penting untuk memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada anak tentang alam dan segala isinya yang memberikan makna terhadap kehidupannya di masa yang akan datang.

Leeper (1994) mengemukakan tujuan pembelajaran sains bagi anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya.
2.  Agar anak memiliki sikap ilmiah. Hal-hal yang mendasar, misalnya : tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.
3.  Agar anak-anak mendapatkan  penngetahuan dan  informasi ilmiah yang lebih baik dan dapat dipercaya, artinya informasi yang diperoleh anak berdasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.
4. Agar anak lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.
Berdasarkan tujuan tersebut, jelaslah bahwa pengembangan  pembelajaran sains  bukan saja membina domain kognitif anak saja, melainkan membina aspek afektif dan psikomotor secara seimbang, bahkan lebih jauh  diharapkan dengan  mengembangkan pembelajaran sains yang memadai (adequate) akan menumbuhkan kreativitas dan kemampuan berfikir kritis yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi aktualisasi dan kesiapan anak untuk menghadapi perannya yang lebih luas dan kompleks pada masa akan datang.  



        PEMBAHASAN

Ada beberapa jenis keterampilan sains dapat dilatihkan pada anak usia dini. Pertama, mengamati. Caranya, ajak anak-anak mengamati fenomena alam yang terjadi di sekeliling kita. Dimulai dari yang paling sederhana. Misalnya, mengapa es bisa mencair? Mengapa ada siang dan malam, dan sebagainya.
Kedua, mengelompokkan. Dalam hal ini, anak diminta untuk menggolongkan benda sesuai kategori masing-masing. Misalnya kelompok bunga-bungaan, kelompok biji-jian, kelompok warna yang sama, dan lain sebagainya.
Ketiga, memprediksi. Misalnya, berapa lama es akan mencair, berapa lama lilin akan meleleh, berapa lama air yang panas akan menjadi dingin, dan seterusnya. Keempat, menghitung. Kita mendorong anak untuk menghitung benda-benda yang ada di sekeliling, kemudian mengenalkan bentuk-bentuk benda kepadanya.
Jadi, sains dan matematika sebenarnya dapat diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Tentu dengan memperhatikan cara dan bahasa penyampaiannya, serta disesuaikan dengan umur dan perkembangan si anak.
Kegiatan pengenalan sains untuk anak prasekolah sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Guru/pendidik hendaknya tidak menjejalkan konsep sains kepada anak, tetapi memberikan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan anak menemukan sendiri fakta dan konsep sederhana tersebut. Teori Experimental Learning dari Carl Rogermengisyaratkan pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak. Menurutnya anak secara alamiah dengan kapasitas dan kemauan untuk belajar. Fungsi pendidik hanyalah memfasilitasi dan membantu agar anak dapat belajar secara optimal.

Ada beberapa materi sains yang sesuai untuk anak prasekolah terutama usia 5-6 tahun. Pembelajaran topik-topik sains hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (first-hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep saians yang abstrak. Selain itu pembelajaran sains hendaknya mengembangkan kemampuana observasi, klasifikasi, pengukuran, mengunakan bilangan dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat.

Ø  Strategi Pengembangan Pembelajaran Sains Melalui Seni Rupa
Banyak Taman Kanak-kanak di Indonesia yang mendekati seni dengan dua cara: pertama dengan mengajarkan seni sebagai bidang pengembangan yang tersendiri dan terbuka bagi siswa. Kedua dengan mengintegrasikan seni ke dalam semua bidang pengembangan sebagai alat belajar mengajar. Seni-seni visual (rupa) menggambar, melukis, mengukir, merancang dan instalasi sering diintegrasikan dalam pembelajaran di Taman Kanak Kanak.

                  Pendekatan yang kedua di atas, dapat di terapkan dalam bidang pengembangan sains di Taman kanak-Kanak. Akan tetapi tentu saja guru/pendidik di Taman Kanak-Kanak harus memperhatikan tipologi dan gaya karya seni rupa anak, secara umum anak juga mengalami periodisasi atau masa perkembangan menggambar. Bahkan dikatakan bahwa pada masa peka itulah anak-anak mengalami masa keemasan ekspresi kreatif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap karya gambar yang dilakukan oleh para ahli antara lain W. Labert Britain dan Viktor Lowenfeld menunjukkan bahwa setiap anak mengalami masa-masa perkembangan menggambar. Menurut Lowenfeldperiodisasi menggambar anak-anak dibedakan menjadi:
  §  Masa goresan (sekitar usia 2-4 tahun)
  §  Masa prabagan (sekitar usia 4-7 tahun)
  §  Masa bagan (sekitar usia 7-9 tahun)
  §  Masa permulaan realisme (sekitar usia 9-11 tahun)
  §  Masa realisme semu (sekitar umur 11-13 tahun)

Anak usia TK B adalah termasuk masa prabagan. Masa ini goresan-goresan yang dilakukan oleh anak masih bersifat mendatar, tegak dan melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi wujud ungkapan-ungkapan yang dapat dikaitkan dengan wujud objek tertentu, misalnya bentuk bagan manusia yang masih sederhana. Kehadiran gambar manusia yang sering diwujudkan anak-anak memang sangat wajar di mana anak selalu dalam lingkungan yang secara visual manusialah yang sering dilihatnya. Sejak masa ini anak sudah dapat mewujudkan objek gambarnya secara tetap dengan ciri-ciri tertentu, misalnya ini aku, ini ibu, ini ayah, ini kakak, dan sebagainya. Goresan-gorasan yang dibuat sudah mulai terarah sesuai dengan hasratnya untuk memberi bentuk kepada imajinasinya. Masa ini merupakan masa peralihan dari masa menoreng/menggores ke masa bentuk bagan/skematis, sehingga dikenal dengan perkembangan menggambar prabagan.

Masa seperti ini juga terjadi dalam bidang seni rupa yang lain, di mana anak mulai dapat mengungkapkan imajinasinya ke dalam bentuk tertentu.

Dengan demikian dalam pembelajaran sain melalui seni rupa untuk anak TK B, harus memperhatikan periodisasiperkembangan kognitif dan periode perkembangan seni rupa bagi anak. Di mana anak dalam periode praoperasional dari sisi kogitif dan pada masa prabagan dari sisi perkembangan seni. Berangkat dari sinilah pengembangan pembelajaran sains melalui seni mulai disusun dengan memadukan pada semua aspek pengembangan dan mengacu pada tema-tema yang telah dirangcang oleh dewan guru bersama kepala sekolah dalam rangka memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaK.

Ø  Pendekatan dan Metode Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak
Menurut R.J. Drost dalam Mardiyanto (2008:12) taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak usia prasekolah. Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk usia prasekolah sehingga kegiatannya mencakup kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal (Depdiknas, 2004:2) disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.

Berdasarkan definisi di atas, anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat sampai enam tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2007:6) yang menyatakan bahwa anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak-anak usia antara lima sampai dengan enam tahun.

Masa Kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah aturan main untuk kepentingannya sendiri (Juwita K, 1997: 27). Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya.

Pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.

Dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:



1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

2. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.

Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya.

3. Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga dijadikan subyek dalam proses pembelajaran.

Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dirancang untuk membentuk perilaku dan mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak usia Taman Kanak-kanak, tetapi dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak, seorang guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran yang digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran ini, diharapkan tujuan pendidikan yang di antaranya untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai- nilai agama dapat tercapai secara optimal. Beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak TK menurut Moeslichatoen (1999) adalah :
1. Metode bermain
2. Metode Karyawisata
3. Metode Bercakap-cakap
4. Metode Bercerita
5. Metode Demonstrasi
6. Metode Proyek
7. Metode Pemberian tugas


KESIMPULAN
Sains adalah proses sepanjang hayat sebagaimana belajar berhitung. Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh manfaat dengan menganalisis keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur sains. Anak-anak perlu didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman sains di alam, kemudian menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat, menanyakannya, dan menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.

Jika kita tidak menginteraksikan sains kepada anak-anak sejak dini, maka sama artinya kita mencetak anak-anak yang sukar menganalisis peristiwa sains. Dengan demikian, ketika kita menginginkan anak-anak kita memiliki kinerja yang baik saat duduk di jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sains mesti kita ajarkan sejak taman kanak-kanak.

Seorang guru mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan eksperimen itu bisa berupa mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar, menambah kosakata dengan saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka untuk bertanya serta mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam kurikulum untuk pendidikan prasekolah
Mungkin ada sebuah pertanyaan yang sekarang muncul di dalam benak kita, sains itu terjadi kapan saja? Sejatinya, ada banyak kegiatan sehari-hari yang mengandung inti konsep dasar sains. Menuangkan minuman memberikan penjelasan tentang sifat zat cair yang mengalir dari atas ke bawah. Kincir kertas yang berputar karena ditiup angin, bola menggelinding di atas bidang miring adalah beberapa kegiatan yang nampaknya remeh tetapi membuka peluang bagi anak-anak untuk mengajukan pertanyaan: mengapa perstiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi.






DAFTAR PUSTAKA

Paiget, J. (1970). The Science of Education amd the Psychology of the Child. NY:
Grossman.
Suyadi. M.Pd.I(2014). Teori Pembelajarn Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. ROSDA.
Nugraha, Ali.2008,Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini.Bandung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar